Laman

  • HOME
  • LOMBA BLOG
  • ARTIKEL
  • TUTORIAL
  • JUAL SUPERGREENFOOD

Pengalaman Kerja Pertama

Moocen Susan | Sabtu, Agustus 09, 2014 | Be the first to comment!
   Setelah lulus SMU aku masih saja muntah tiap pagi dan berhenti sendiri kalau sudah agak siang. Esoknya begitu lagi. Seakan jadi kebiasaan buruk. Dalam keadaan sakit pun aku masih punya mimpi untuk bekerja selepas lulus. Tapi sebelum itu 2 orang temanku mengajakku kursus komputer. Aku senang sekali karena sudah lama aku pengen kursus komputer. Kulihat jam kursusnya jam 10.00. berarti aku bisa ikut karena sudah selesai muntahnya. Waktu itu kami kursus program ms. Word dan Excel. 

   Kurang lebih 2 bulan kami kursus. Kedua orang temanku berencana akan kuliah keluar kota tapi aku sama sekali tidak ada keinginan untuk kuliah keluar kota dengan kondisi fisik seperti ini. Padahal dulu waktu ibuku masih hidup aku sangat ingin kuliah, tapi begitu ibuku meninggal dan aku sakit-sakitan keinginan untuk itupun pupus. Setelah kursus selesai, aku tak sabar ingin cepat mencari pekerjaan. Ga enak nganggur di rumah terus. 

   Salah satu jemaat gerejaku menawariku kerja di mini market yang dikelolanya, tadinya dia berencana akan membuka showroom moci (Motor china) tapi belum dibuka. Dan rencananya aku yang disuruh jadi adminnya. Tapi berhubung belum dibuka, aku diminta kerja seadaanya dulu di mini marketnya. Aku kerja dari jam 08.30-14.00 dan 17.00-21.00 (tanpa shift) di lantai 2. Aku jadi pramuniaga dan membantu kasir di sana. Gaji pertamaku sangat minim Rp130.000,-

   Pagi hari ketika masuk kerja yang kulakukan adalah menyapu dan mengepel lantai. Setelah itu baru ngecek barang. Kalau malam banyak anak-anak kecil bermain di lantai 2. Sepanjang hari aku selalu berdiri dan berjalan kesana kemari ngecek barang. Teman kerjaku sangat judes, dia sering menegurku aku mencoba sabar dan bertahan. Gaji pertamaku kubelikan sandal untuk adikku. Aku mengajak adikku ke mini market itu dan memintanya memilih sandal sendiri.

   Yang paling melelahkan karena aku punya kebiasaan ke toilet (beser) padahal toiletnya jauh dari mini marketnya (kira-kira 10 meter) dan aku harus naik turun tangga. Karena sering naik turun tangga, kakiku kaku dan bengkak. Tidak bisa ditekuk. Akupun bekerja sambil pincangan. Melihat hal itu bosku memindahku kerja di lantai 1 agar tidak naik turun tangga lagi. 

   Bulan kedua aku dipercaya jadi kasir penuh. Aku senang jadi kasir karena bisa duduk dan pegang mesin kasir. Aku belajar hal baru disana. Ada tradisi yang dibiasakan oleh teman-teman kerjaku yang mana siapa yang berulangtahun hari itu harus menraktir semua teman-temannya. Padahal gaji sangat minim. Rata-rata yang ulangtahun biasanya tekor, apalagi ulangtahunnya kalau pas gajian. 

   Suatu ketika, temanku membawa mangga muda. Ia membagi-bagikan mangga itu kepada semua karyawan mini market. Aku pun mencoba mencicipi mangga muda itu karena lapar padahal aku sakit maag. Wah, pulang kerja sambil naik sepeda geliyengan dan pusing berat. Sampai di rumah aku muntah-muntah dan pingsan. Besoknya aku keluar kerja.

Desain Blog 2

Moocen Susan | Sabtu, Agustus 09, 2014 | | 6 Comments so far
   Hai, curcol dikit ya...kemarin aku lagi galau berat, daripada stres aku mengalihkan pikiranku dengan mencoba bikin desain blog lagi sambil dengerin pujian rohani di youtube. 

   Kali ini warnanya dominan ijo. Gambar kartunnya gambar sendiri, soalnya kalau beli vektor di internet it's so expensive. berhubung aku suka nggambar jadi lumayan ngirit ongkos daripada beli. sekalian menerapkan ilmu photosopku. Ini belum dicoding jadi baru sketsa aja ya :) 


Berawal dari Maag

Moocen Susan | Jumat, Agustus 08, 2014 | 7 Comments so far
   Hai, hari ini aku mau cerita awal mula aku sakit dan hidupku berubah 180 derajat sejak itu. Aku merasa berbeda. Tidak seperti orang normal dan kurang bisa menikmati hidup. Kadang kita menjadi anak yang bandel dan mengabaikan pesan baik yang disampaikan orangtua kita. Dan ketika kita mengalami apa yang menjadi akibat dari ulah kita maka kita baru menyesal, seperti kisah saya berikut ini. 
   
    Sejak kecil bapakku selalu melarangku untuk hujan-hujanan apalagi dalam keadaan perut kosong, harus selalu membawa payung/ jas hujan kalau sudah mulai mendung. Jika hujan turun dan lupa membawa jas hujan maka harus berhenti sebentar dan berteduh sampai hujannya reda. 
   
   Mengapa beliau berkata demikian? Karena bapakku sangat mengenal kondisi fisikku yang lemah. Aku mudah masuk angin dan sakit. Ibuku selalu menyuruhku untuk rajin makan sayur. Sedangkan aku sangat tidak suka sayur sejak kecil. Aku lebih suka makan ayam dan makanan enak-enak lainnya. 

   Mari kita flashback sebentar ke tahun 1999, beberapa bulan sejak ibuku meninggal dunia karena kanker telinga. Aku adalah penggemar mie instan sejak SD. Hampir setiap hari aku membuat mie instan versi jumbo. Rasanya aku sangat addict dengan mie ini karena enak dan praktis. Kesalahan terbesarku adalah dulu, aku lebih memilih makan mie instan dibanding makan sup buatan ibuku yang sudah susah susah dimasaknya (Kalau dipikir-pikir sekarang menyesal).

    Pagi itu aku berangkat ke sekolah terburu-buru hingga tak sarapan pagi sebelumnya. Kukayuh sepedaku dengan cepat karena tiba-tiba awan mendung dan turunlah hujan yang sangat deras. Sampai di sekolah, bajuku basah kuyup . Segera aku lari ke kantin karena sudah sangat lapar. Aku memesan sepiring nasi pecel dan teh manis. Pada suapan pertama tiba-tiba perutku mual dan ingin muntah tapi kutahan. Jam pelajaran sudah akan dimulai, namun bajuku masih basah kuyup. Dan yang membuatku jadi tontonan yaitu aku lupa menarik resleting rokku karena terburu-buru berangkat. Hingga salah satu temanku memberitahukan hal itu kepadaku. Ups malu sekali. 

    Sejak aku kehujanan pagi itu, setiap pagi hari setelah bangun tidur aku selalu morning sickness. Ditambah lagi semenjak meninggalnya ibuku setiap pagi aku merasa berbeban berat. Aku dan adikku sangat bergantung pada ibuku. Masalah makanan tentunya. Kalau ada ibuku makanan selalu siap di meja makan dan tinggal makan aja. Kadang karena kelewat manja, sudah ada makanan pun ga mau ambil makan sendiri tapi minta diambilkan. Tapi sejak ibuku meninggal mau tak mau aku harus beli makan sendiri dan itu rupanya bisa bikin aku stress. 

   Karena terbiasa semua sudah siap di meja makan. Rasa malas bisa jadi stress. Karena stress muncul ketika kita tidak ingin melakukan sesuatu yang tak ingin kita lakukan dan itu membuat kita tertekan. 

   Aku masih duduk di bangku kelas 3 SMA. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, aku selalu muntah di pagi hari (karena stress) rasanya pengen cepet lulus. Aku sering bolos masuk sekolah karena muntah asam lambung berjam-jam. Anehnya muntahku berhenti setelah lewat jam 9 pagi setiap harinya. Siang harinya aku ke rumah temanku dan meminjam buku catatan sekolah. Aku masuk sekolah kalau ada ulangan/tes saja. Aku tidak pernah ikut upacara bendera karena tak kuat berdiri/ pas bolos. 

   Setiap hari adalah untung-untungan buatku. Kadang aku bisa menghentikan muntah sebelum jam 7 atau bahkan di sekolah masih muntah lagi. Kadang aku harus ikut ulangan susulan karena tidak bisa masuk pas ada ulangan. 

    Aku berobat puskesmas dan diberi antasida. Karena tak ada perubahan aku periksa ke dokter spesialis penyakit dalam dan dokter memberiku obat maag dan 6 macam obat penunjang lain namun tak kunjung sembuh. Aku tetap muntah karena stresku lebih kuat daripada keyakinanku akan obat yang bisa menyembuhkanku. 

   Yang paling menantang adalah saat ikut ujian akhir SMU. Aku harus bisa mengendalikan pikiranku supaya tidak muntah dan tak terlambat masuk sekolah. Untunglah aku lolos dan tidak terlambat saat itu. Tapi saat mengerjakan soal ujian tentunya aku tidak bisa berkonsentrasi penuh karena merasakan mual yang sangat di perutku. Akhirnya setelah berjuang dengan kelemahan diriku, aku pun lulus dengan nilai yang sangat kurang dan aku masih bergumul dengan muntah setiap bangun tidur.

Belajar Mencoba Makanan Pasca GERD

Moocen Susan | Kamis, Agustus 07, 2014 | 17 Comments so far
   Mungkin saya telat posting tentang hal ini, sejak 6 tahun yang lalu sembuh dari muntah-muntah berkepanjangan karena cairan empedu saya mengalir masuk ke lambung. Bahkan akhir-akhir ini saya lagi males nulis di blog, tetapi kemudian ada sang motivator teman baru di facebook yang sakit GERD yang membuat saya ingin posting lagi soal penyakit GERD gara-gara baca tulisan saya di blog. Terima kasih ya guys, saya jadi punya bahan menulis hihi. 

   Secara spesifik dulu saya memang pernah merasakan gejala-gejala sakit tersebut meskipun dokter bilang saya terkena bile refluks. Apa sih yang saya rasakan? Ya seperti tenggorokan mengganjal di pagi hari setiap bangun tidur, susah menelan makan, sampai-sampai karena rasanya makanan itu ga bisa turun-turun kebawah, makan siangku tak bisa kutelan dan akhirnya muntah sampai malam. Kalau anak kecil kayak gumoh gitu ya, mungkin rasanya pengen meludah mulu, karena ga nyaman jadi aku muntahin aja. Kadang kedinginan, gangguan kecemasan bila ada diluar rumah/ di tempat umum (agoraphobia). 

   Kalau masalah agoraphobia ini saya rasa wajar ya, kalau orang dengan kondisi ngedrop pasti males keluar rumah, kalau aku malesnya karena cemas aja takut muntah di jalan/ pingsan di jalan. 

   Ok, sehubungan dengan judul yang saya tulis di atas, mungkin Anda bertanya, makan kok belajar sih kayak anak kecil aja? Hehe, Coba kita bayangkan sejenak, bila makanan kita makan tidak bisa diterima dengan baik oleh pencernaan kita - misalnya nih, aku suka sate ayam wah tapi kan sate ayam itu ada bumbu kacangnya, sakit GERD tidak boleh makan makanan yang berbumbu kacang macam sate ini. Enak di mulut tapi ga enak di perut. Mau makan was was, duh kalau muntah gimana ya? Itu pikiran yang selalu menghantui saya tiap nyoba makanan setelah sembuh. 
  
  Percaya tak percaya, waktu kos dulu, saya setiap hari makan bubur abon selama 3 bulan. Bukan blenger lagi sudah sangat tidak tahu apa yang harus saya makan karena semua makanan yang saya makan tidak bisa diterima dengan baik oleh lambung saya. Namanya juga kos, terbatas mau keluar makan jauh dari warung makan, saya kemana-mana naik mersi (mersikil alias on foot/ jalan kaki) jadi kalau mau beli makan ya cari seadanya yang deket-deket situ tapi kan karena yang deket ga ada yang bisa diterima lambungku jadi amannya aku bubur sendiri pake magic com dan beli abon. 

   Betapa lemesnya makan seperti itu apalagi harus kerja juga. Di kantor bawaannya ngantuk, lemes, dan tidak bertenaga, apalagi saat itu saya juga terikat obat penenang. Sampe-sampe temen kosku bilang gini, “Emang kamu seumur hidup mau makan bubur abon mulu? Nyoba yang lain kek.” 

   Awalnya aku agak takut mencoba, pas ada soto ayam lewat depan kos, aku pun memberanikan diri makan soto. Ga pake ayam, Cuma kuahnya doang ya namanya juga percobaan. Dan saudara tahu? Saya waktu mau makan soto itu berdoanya kenceng banget. 

   “ Tuhan Yesus, aku takut makan ini, takut muntah Tuhan. Ya Tuhan berkatilah soto ini biar perutku ga demo. Dalam nama Tuhan Yesus, Amin.” 

   Saat itu saya baru menyadari bahwa bisa makan segala macam makanan itu anugrah Tuhan yang tiada taranya. Kadang kita sudah bisa makan aja masih suka milih-milih, milih yang enak dan doanya tu cepet banget kayak laporan sama komandan perang. Terima kasih Tuhan atas makanan ini. Amin. Dah selesai. 

   Tapi kalau sudah mengalami seperti saya ini, rasanya baru bisa mengucap syukur. Setiap saya habis makan reaksinya muncul setengah jam kemudian. Saya makan soto itu sampe gemeteran karena takut muntah meski sudah berdoa. Sebelum makan soto sampe saya pikir dulu, itu soto bumbunya apa aja ya, bisa gak diterima lambungku. Paranoidku benar-benar sudah diluar batas kewajaran manusia. Dan setengah jam kemudian jika memang lambungku menolak biasanya muncul pusing di dahi depan dan empeduku perih lalu muntah berjam-jam. Itu reaksiku kalau salah makan. Tetapi untungnya Kasih Tuhan masih memberkatiku. Aku lolos makan soto meski kuahnya doang. Esok harinya nyoba lagi dikit-dikit pake ayamnya meski hanya 1-2 suwir. 

   Setelah benar-benar tidak pernah muntah lagi, aku masih juga takut mencoba makan.Dulu aku tidak bisa makan sawi. Kemudian setelah bertahun-tahun baru berani nyoba meski hanya selembar, lambat laun mulai nyoba makan taoge, makanan gorengan meski aku batasi minyaknya. Tapi asli tersiksa banget kalau makan banyak pantangan dan kalau Anda model bosenan sama makanan yang itu itu aja, jangan sampe kena GERD. Tersiksa !!! Tapi saya berusaha menerima keadaan dan tetap bersyukur masih bisa makan. 

   Saya geli waktu baca status teman saya di facebook yang baru saja menikah dan harus pindah ke kota kelahiran suaminya. Dimana dia bosen dengan makanan yang ada di kota tersebut. Pikir saya, lha baru gitu aja bosen, masih bisa makan berbagai macam makanan kan bisa diatasi dengan masak sendiri atau ganti menu yang lain, kalau sudah sakit kita ga bisa milih-milih makan yang kita suka lagi. Lha mau gimana lambungnya ga mau terima. Jujur dibanding teman-teman lain yang nekad soal makan, saya lebih takut mencoba. Mengingat reaksi seperti itu siapapun dalam kapasitas saya pasti akan berpikir yang sama. 

   Bapak saya selalu bilang, kalau sudah dimakan ya jangan dipikir. Penting banget doa sebelum makan itu. Puji Tuhan setelah melewati semua hal dan percobaan bagai bayi yang baru belajar merangkak, kondisi saya sudah lebih baik daripada sebelumnya. Apa kuncinya? 

Make your life so happy although your life not so happy,
 because healthy is worthy. 

    Semoga teman-teman yang masih bergumul dengan sakit GERD lekas sembuh ya. Amin.

Cara Menghapus Fanspage Facebook

Moocen Susan | Rabu, Agustus 06, 2014 | | Be the first to comment!
   Fanspage Facebook yang sudah terlanjur dibuat pengen dihapus? Hm, mungkin ada alasan khusus ya hehe. Ok, Hari ini aku mau berbagi tutorial cara menghapus fanspage facebook. Kebetulan aku juga mau menghapus fanspage yang sudah terlanjur kubuat dan pengen buat yang baru lagi. Caranya sebagai berikut : 

  1. Masuk ke akun facebook Anda 
  2. Klik tanda segitiga di pojok kanan atas → Halaman yang Anda buat 
  3. Klik Pengaturan 
  4. Scroll mouse agak kebawah di bagian HAPUS HALAMAN → Sunting

  5. Hapus Halaman Anda secara permanen → Hapus
Nah, sekarang fanspage facebook Anda sudah tidak ada lagi kan?

Uang di ATM Tidak Keluar

Moocen Susan | Sabtu, Agustus 02, 2014 | 8 Comments so far
   Kemarin aku ke ATM BRI. Kupikir bank sudah buka eh ternyata masih dalam masa libur lebaran. Niatnya aku mau ambil uang dan bayar BPJS via ATM. Pas kumasukkan kartu ATM ku dan menekan sejumlah uang ternyata uang yang hendak kuambil tidak keluar juga. Langsung kutekan tombol cancel untuk membatalkannya. Kartu ATM ku kukeluarkan dan keluar juga struk bertuliskan ATM tidak dapat memberikan sejumlah uang yang Anda minta. Rekening Anda tidak akan didebet.” 

   Waktu aku menemukan problem ini, aku sempat bingung. Belum pernah ada kejadian ambil uang di ATM dan uangnya ga keluar. Untung ada adikku, dia langsung menyuruhku mengecek saldo. Syukurlah saldonya masih utuh. Malamnya aku cek kembali di internet bankingku, terlihat ada debet dan kredit dengan jumlah yang sama. 

   Rupanya uang tidak keluar karena persediaan uang di dalam ATMnya habis belum diisi lagi ya mungkin karena masih libur lebaran hehe.. so, jika kita mengalami hal serupa jangan panic dulu ya, asal saldonya tetep si oke, kalau saldonya berkurang dan uangnya ga keluar nah itu yang jadi masalah hihi..