Laman

  • HOME
  • LOMBA BLOG
  • ARTIKEL
  • TUTORIAL
  • JUAL SUPERGREENFOOD

Cerita Tentang Pola Pikir

Moocen Susan | Senin, Mei 23, 2016 | 3 Comments so far
 Ada seorang pasien yang datang ke dokter dan mengeluhkan segala macam hal mengenai keluhan sakit yang dialaminya. Dokter memeriksa semuanya tapi semuanya normal. 

   Akhirnya, dokter itu  memberikannya  obat berupa kapsul kepada pasien karena pasien memintanya, meski dokter bilang dia tidak sakit apa-apa. 

  Sesampainya di rumah, pasien itu meminum kapsulnya dan badannya terasa lebih sehat. Namun, ketika obatnya habis dia mulai panik dan kembali ke dokter itu meminta obat. 

   Lalu dokter memberikannya lagi. Di kali ketiga pasien itu kontrol, dokter itupun berterus terang ketika pasien minta obat. 

 "Kenapa kamu terus datang, padahal kamu tidak sakit apa-apa?"

 "Tapi badan saya sakit dok kalau saya tidak minum kapsul yang dokter beri itu."

   Kemudian dokter itu pun memberikannnya kembali. Tapi kali ini dokter itu bilang. 

  "Kamu minum kapsul ini dan kamu merasa sehat? Ini kapsul yg biasa kuberikan padamu. Coba buka kapsul itu!" kata dokter

   Alangkah terkejutnya si pasien karena kapsul itu kosong. Ia pun mulai menyadari. Jadi slama ini pasien itu minum kapsul kosongan dan ia berpkir bahwa ia merasa sehat. 

  Ini adalah sebuah ilustrasi belaka. Ambil hikmah dari cerita ini. Bahwa semua berasal dari mindset kita sendiri. kecemasan adalah ketakutan yang diciptakan sendiri dan diperbesar hingga membuat orang yang mengalaminya ketakutan ga jelas dan depresi.

  Jangan sampai pikiran negatif melumpuhkan segala aktivitas anda dan membatasi ruang gerak Anda. salam sehat dari saya...

Aplikasi My Blue Bird Membantuku Sampai ke Rumah Sakit Tepat Waktu

   Jika mendengar nama Blue Bird aku teringat 8 tahun lalu saat pulang dalam keadaan sakit keras ke Blora, salah seorang temanku memesankan taksi Blue Bird Semarang untuk mengantarku. Sopir taksinya datang lebih awal dari perjanjian. Janjian jam 8 eh jam 7 aku udah dijemput. 

   Beberapa tahun kemudian, aku kembali ke Semarang untuk interview di daerah Mangkang, sedangkan aku tinggal sementara di kosku di Widosari. Karena aku belum tahu jalan kesana, aku kembali memesan taksi Blue Bird pulang pergi. Waktu itu aku masih menggunakan versi lama yaitu memesan lewat SMS karena kebetulan temanku dulu punya nomer HP sopirnya. 

   Dan kini,  untuk memesan taksi Blue Bird jadi lebih mudah karena Blue Bird Group menyediakan Aplikasi Pemesanan Taksi - My Blue Bird yang dapat diunduh di bawah ini (klik banner)

http://www.bluebirdgroup.com/taxi-mobile-reservation


   Ketika mengetahui Blue Bird punya aplikasi ini, aku langsung menginstalnya di smartphoneku. 



   Aku mulai melakukan proses registrasi dan akunku sudah terdaftar di Aplikasi My Blue Bird. Tapi belum kugunakan untuk memesan, hingga sebuah kejadian membuatku naik taksi ini kembali. 


    Jadi ceritanya malam itu adalah jadwal kontrol ke dokterku. Tadinya aku diantar adikku naik motor kesana. Sesampainya di sana, dan mengantri untuk daftar ulang, eh ternyata dokterku tidak praktek dan diganti esok harinya begitu kata petugasnya kepada adikku. Hanya saja aku pahamnya mungkin besok prakteknya sama sama jam 7 malam. Kemudian aku pulang ke rumah. 

   Esok harinya kira-kira jam 12 siang, aku teringat mau telepon rumah sakit menanyakan kembali jadwal praktek dokterku. Apakah aku perlu daftar ulang kembali atau tidak. Ya tadinya cuma ingin tahu hal itu aja, tapi sungguh betapa kagetnya aku karena jadwal praktek dokterku jam 2 siang bukan jam 7 malam seperti dugaanku. Dan petugasnya bilang kalau aku harus menyerahkan berkas-berkas pendaftaran pasien rawat jalan pada pukul 13.30 WIB. Rupanya adikku kurang jelas memberitahuku kalau praktek dokterku jam 2 siang. Wah aku langsung panik, karena waktuku cuma 1 ½ jam. Mana aku belum mandi, belum makan, belum siap-siap, sedangkan Adiku sedang pergi dan ga ada yang mengantarku. Aku kontak teman-temanku ga ada yang bisa karena bekerja. 

   Kemudian aku melihat Aplikasi My Blue Bird yang sudah lama terinstal di Smartphoneku. "Aha, kenapa ga pesan taksi aja sekalian mencoba aplikasi baru ini?" pikirku.

   Pertama yang kulakukan adalah membuka aplikasi My Blue Bird dan menyalakan GPS di smartphoneku. Kemudian aku klik menu order dan disitu tertera alamat penjemputanku. Karena rumah kontrakanku masuk gang dan tidak bisa dilalui mobil jadi aku memasukkan alamat depan gangku. 


    Karena penasaran pengen tahu berapa biaya yang dibutuhkan buat nyampe ke RS Pantiwilasa Dr Cipto maka aku masukkan alamat di bagian Destination lalu munculah estimasi biayanya yaitu sekitar Rp 65.000,- . lalu klik ORDER. Hm, oke yang penting sampai tujuan.

   Aku menunggu taksi menjemputku ya kira-kira 15 menitan lah. Dan inilah penampakan taksi pesananku (FR 350) dari jauh.


   Aku buru-buru masuk ke taksi dan disambut senyum ramah dari sopir taksinya. Nama sopir itu pak Achmad. Beliau baru 4 bulan bekerja di Blue Bird. Sepanjang perjalanan kami ngobrol panjang lebar. Aku iseng-iseng nanya gimana kalau sudah terlanjur pesan taksi tapi batal. Kemudian pak Achmad menjelaskan kalau sudah begitu akan kena charge Rp.10.000,- dan minimum pembayaran Rp.25.000,- .

    Aku terus memperhatikan argonya dan lihat jam terus karena takut terlambat daftar ulang. Sampai di depan rumah sakit aku lihat lagi argonya jadi Rp.68.500, ya beda sedikit lah dengan estimasi biaya tadi karena jalan agak macet tadi di Jatigaleh. Sesampainya di rumah sakit aku cukup lega karena aku datang tepat waktu. Terima kasih Blue Bird  yang sudah mengantarkanku dan mempermudahku memesan taksi dengan Aplikasi My Blue Bird.

Tulisan ini diikutsertakan pada My Blue Bird Blogging Competition yang diselenggarakan oleh PT Blue Bird Tbk

Pengalaman Endoskopi di RS Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang

Moocen Susan | Kamis, April 07, 2016 | 26 Comments so far
    Setelah aku masuk ke kamar rawat inap, suster datang dan memberiku baju ganti. Besok sebelum diinfus kamu ganti baju ini ya, baju biru bertali 2 di punggung dan kain putih. 


    Dokter datang jam 23.30 WIB karena kebetulan malam itu beliau praktek, jadi bisa langsung ketemu dokter dan mengabarkan kalau endos akan dilakukan besok jam 7 pagi. Wow semuanya terasa sangat lancar. Tengah malam aku gatal-gatal hebat dan aku minta obat gatal. Setelah itu suster datang dan memberiku pil warna kuning (CTM) 

    Mulai jam 00.00 aku puasa – 06.00 . aku awalnya takut gimana kalau aku muntah saat endoskopi. Saat pagi bangun tidur aku kembali mual.tapi tidak bisa muntah sama sekali. Hanya berulangkali mengeluarkan asam lambung. 

    Jam 7.30 aku diantar suster masuk kamar operasi. Aku ganti baju lagi kali ini warnanya ijo dan aku memakai topi ijo juga. 


   Sebelum endoskopi aku ijin ke toilet dulu. Dokternya nyariin aku. Susternya bilang baru pipis dok. Kemudian aku masuk ke kamar endoskopi. Aku disuruh tiduran dan mulutku disemprot cairan berasa tajam aku disuruh menelan sambil menghirup nafas panjang dan tenggorokanku terasa makin menebal. Hidungku dipasangi selang oksigen, dan aku dibius total disuntik di infusku. Mulutku dipasangi alat untuk masuknya selang berkamera. Aku merasa ingin menelan ludah namun tak bisa, nafasku makin susah tapi karena ada selang oksigen aku terbantu. Aku melihat suster menyiapkan selang yang akan dimasukkan ke mulutku. Setelah itu aku tidak ingat apa-apa lagi. 

    Aku sudah tertidur pulas karena dibius total. Ketika aku bangun sudah pukul 09.30 dan aku sudah kembali ke kamar rawat inap. Aku pikir kok cepat amat endoskopinya dan tidak berasa apa-apa. Semua berjalan lancar dan ini hasil endosku. 


   
     Setelah menunggu sehari semalam di kamar pasien, kamis, 7 April 2016 aku boleh pulang. Prosedur kepulangan pasien sebagai berikut :
- Menunggu suster menghitung dulu semua biaya. setelah dapat surat baru ke kasir
- dari kasir dapat kenang-kenangan tas alkitab dan surat ijin pulang yang harus diserahkan ke satpam
- kembali lagi ke ruang perawat untuk ambil obat sambil mengembalikan kartu tunggu. kalau kartu tunggu hilang kena denda Rp.15.000,-
- di ruang perawat pasien diminta tanda tangan dan mendapat hasil foto endoskopi, beserta surat kontrol, hasil lab, dan obat yang dibawa pulang.
- dari ruang perawatan menuju pos satpam dan memberikan surat ijin pulang.
udah deh. gitu aja sekelumit kisahku menjalani endoskopi di rs. dr. cipto semarang.

Akhirnya Dapat Kamar Rawat Inap

Moocen Susan | Kamis, April 07, 2016 | 2 Comments so far
  
Setelah kemarin aku cerita gimana sulitnya dapat kamar dan akhirnya aku mengurus pindah kepesertaan BPJS dari kelas 3 jadi kelas 1 hanya untuk bisa endoskopi di pavilion garuda Kariadi rupanya Tuhan berkata lain. 

   Hari yang kunanti tiba, April 2016 saat aku resmi jadi kelas 1. Semangatku muncul, yes aku pasti bisa endoskopi di garuda. Tapi pagi-pagi aku dapat pesan bbm dari rekanku yang memberitahukan bahwa mulai April 2016 pav garuda tidak menerima BPJS. 
   
   Waduh, sedih campur bingung aku. Keesokan harinya saat aku control lagi ke dokterku, aku memberitahukan hal ini, dan beliau mengiyakan kalau pav garuda tdk terima bpjs lagi. Akhirnya dokterku bikin surat pengantar ke TPPRI dan mengubah kelas ku dari kelas 3 jadi kelas 1. Dan beliau berkata mungkin sekarang kamu lebih mudah dapat kamar karena sudah kelas 1. Coba dulu aja, nanti kalau masih penuh lagi terpaksa kamu saya rujuk ke merpati. 

   Akhirnya saya bawa surat itu ke TPPRI dan dicatat namaku untuk masuk daftar tunggu kamar pasien. Setelah itu aku pulang. Dan kembali berobat jalan seperti biasa sambil berusaha rajin menelepon setiap hari tanya kamar. Pagi itu aku coba kembali menelepon, dan hasilnya tetap saja penuh, tidak ada kamar kosong. 

    Keesokan harinya aku dengan enggan mencoba kembali telepon, ya iseng iseng aja sih sebenernya karena aku tau pasti jawabannya ngga ada kamar lagi. Tapi entah kenapa Tuhan menggerakkan aku untuk tetap menelepon. 

  Jadi inget kisah Simon Petrus waktu seharian nyari ikan ga dapat-dapat terus ketemu Tuhan Yesus, Kata Yesus kepada mereka: "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" Jawab mereka: "Tidak ada." Maka kata Yesus kepada mereka: "Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan. 

    Ini kalau dibahasain pake kisahku. Hai Susan apa kamu sudah dapat kamar? Jawabku belum Tuhan penuh terus og e. Maka Kata Yesus padaku, coba telepon lagi sekarang, maka kamu akan dapat kamar. Dan aku menelepon TPPRI lagi, dan awalnya jawabannya sama tidak ada kamar, sudah penuh semua. Dan entah kenapa ada sesuatu yang menahanku untuk tidak menutup telepon, demikian juga petugas itu. aku bilang, kalau tidak ada kelas 1 yang kosong, kelas 2 juga tidak apa-apa mbak, aku cm butuh endoskopi aja. Aku sudah tidak kuat lagi, help…dan entah kenapa juga petugas itu jadi lembut, tunggu ya seperempat jam lagi saya carikan kamar dulu. Tunggu ya, nanti kami hubungi kamu. 

    Oh yes yes yes.. serasa mendapat angin segar aku percaya ini pasti ROh Kudus yang gerakin. Dan benar saja, jam 13.15 aku ditelepon dan dipanggil untuk datang ke RS untuk rawat inap. Senang mendengar kabar ini aku beritahu adiku untuk antar aku opname jam 18.00. Jam 17.00 Aku sudah siap-siap berangkat, tapi sebelum opname aku pengen bubur ayam di simpang lima, dari banyumanik ke simpang lima Cuma mau beli bubur ayam terus langsung ke RS panti wilasa dr. cipto. Sampai di tukang buburnya ternyata belum datang buburnya, yah sudahlah akhirnya tetep berangkat ke rs dr.cipto tanpa bawa makanan hanya buah pisang beberapa sisir. 

    Jam 18.30 sampailah kami di rumah sakit. Aku masuk ke TPPRI menyerahkan surat pengantar rawat inap, fotokopi KTP, fotokopi BPJS, surat rujukan dr rs banyumanik dan legalisasi surat rujukan dr. keluarga masing –masing 2 lembar. 

     Lama juga menunggu dipanggil. Sudah jam 20.30 WIB akhirnya aku dipanggil juga, aku disuruh mengisi dan menandatangani 3 berkas formulir, ditensi dan diambil darahku. setelah semua itu aku dipasangi gelang plastik bertuliskan namaku. dan aku diantar ke ruang kamar kelas 2. Aku pikir akan ada 4 bed ternyata ada 2 bed dan satunya kosong. disana ada AC dan kamar mandinya diluar.

Sulitnya Dapat Kamar Rawat Inap di Semarang

Moocen Susan | Kamis, Maret 24, 2016 | 29 Comments so far
    Setelah pengalaman ke IGD, esoknya aku check up lagi ke RS Banyumanik. Untuk ketemu dokter SpPD, KGEH – Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Gastro Enterologi Hepatologi (spesialis pencernaan dan hati). 
   Dokter ini yang pernah endoskopi aku 8 tahun lalu. Setelah kusampaikan keluhanku muntah asam lambung keluar bercak darah dan perih di kerongkongan tiap pagi dari jam 4-8 selama 7 bulan berturut-turut akhirnya dokter langsung sarankan endoskopi ke RS. Panti Wilasa Dr. Cipto. Aku dikasih obat Lanzoprasol, Domperidon dan Ulsidex 2x sehari sebelum makan. 
    Sebelumnya, aku cari tahu kapan dokterku praktek di RS dr, Cipto. Aku mendaftar via telepon untuk dapat nomor antrian kemudian pada hari H ada daftar ulang kembali. Aku dapat nomor urut 21. Dokter praktek jam 19.00 baru datang sekitar jam 20.00. Aku naik motor dengan adikku sampai disana jam 19.30. Aku baru diperiksa jam 21.00 dan dokter kasih surat rawat inap untuk dilakukan endoskopi. Sayang TPPRI (Tempat Penerimaan Pasien Rawat Inap) sudah tutup jadi aku harus kembali besok paginya. 
   Sebelum kesana aku hubungi via telepon, jam 7 pagi oh masih kepagian nanyanya karena petugas baru datang. Aku telepon lagi jam 8.30 ternyata kamar sudah full ga ada yang kosong dari kelas 1 -3. Berkali kali hampir setiap hari aku rajin bertanya ada kamar atau tidak namun jawaban tetap tidak ada. Seakan akan petugasnya sudah hafal diluar kepala. Udah penuh aja ketika ditanya apalagi tau kalau aku bpjs kelas 3. Karena putus asa akhirnya aku tanya yang ada kamar apa? Utama A katanya. Lalu aku tanya CS BPJS di situ katanya ga boleh pindah ke kamar utama A yang semalemnya kamarnya seharga 475rb. karena aku kelas 3 nanti tombok banyak sekali dan akan kena masalah. 
  Lalu aku tanya gimana kalau ga dapat dapat kamar terus sampai kapan saya nunggu endoskopinya? Petugas cuma bilang sabar dan rajin nanya aja mbak. Telepon atau kesini. Udah habis banyak pulsaku buat nanya kamar. Kalau naik motor setengah jam baru nyampe Cuma nanyai kamar? Hadeh… ini kalau yang periksa orang rumahnya jauh dan ga mampu akan ribet dan boros ongkos. Ya udah akhirnya sampai check up berikutnya tetep ga ada kamar. Aku tanya dokternya bagaimana sebaiknya agar cepat dilakukan endoskopi karena aku sudah ga kuat, muntahku yang tadinya selesai jam 8 kini jam 10 atau kadang lebih baru selesai. Tenggorokanku rasa nya sudah iritasi. Lemes banget. 
    Dokter buat surat rujukan ke Paviliun Garuda RS Kariadi tapi rawat jalan. Surat udah dibuat tiba tiba dokter tanya saya kelas berapa? Setelah aku bilang kelas 3 dokternya langsung tepok jidat. Waduh!! Ga bisa harus kelas 1. Surat yang udah terlanjur dibuat ditarik lagi, dan aku kembali dikasih surat control rutin rawat jalan dan pasrah nunggu kamar kosong. Adikku langsung mengusulkan ganti kepesertaan kelas 1 biar bisa endoskopi meski rawat jalan. Yah kemungkinan bulan April aku lanjutkan lagi perjuanganku endoskopi. 
    Aku sempet tanya via telepon ke pavilion garuda jadi kalau periksa kesana pake bpjs tetep bayar iuran 150rb untuk semua jenis tindakan. Ya sudah lah ya yang penting berhasil endoskopi. Ini ada apa sebenernya ama isi perutku..biar segera dapat solusi. Aku kan juga pengen nikmati indahnya dunia kalau sehat,.

Pengalaman ke IGD

Moocen Susan | Kamis, Maret 03, 2016 | 22 Comments so far
   Sudah hampir 6 bulan ini tiap pagi kira-kira jam 4-8 pagi muntah asam lambung bercampur bercak darah kecoklatan kadang juga hitam. BABku agak encer tapi tidak terlalu encer. Pola makanku kacau, sedikit dan terbatas di menu tertentu. Kadang bisa sejam lapar atau maksimal 2 jam harus diisi makanan lagi. Entah mungkin kemarin lagi ga kebeneran aja, pisang yang biasanya aku makan dengan lahap kali ini berasa agak pait sampai lidahku terasa kebas. 

    Perutku mulai mual dan kepalaku pusing, rasa tidak nyaman itu membuatku muntah hingga berjam-jam. Dan bercak darah kembali muncul. Aku mulai panic dan tidak kuat karena muntahku tak kunjung berhenti. Ada rasa terbakar di kerongkonganku. 

   Aku meminta adikku mengantar ke IGD terdekat. Sepanjang perjalanan aku muntah di atas motor. Aku sudah lemas. Sampai di IGD disuruh berbaring aja sama perawatnya. Diperiksa dokter jaga dan menunggu adiku mengurus pendaftaran. Aku terus muntah. Ternyata adiku mendaftar di poli penyakit dalam. Aku turun dari ranjang IGD dan periksa ke dokter. Aku duduk masih dalam keadaan muntah. Dapat antrian nomor 13 pula. Aku sempoyongan masuk ke dalam ruang dokter. Dokternya udah kayak nenek-nenek ketika mengetahui aku muntah dia kayak jijik gitu. 

   Dia tidak memeriksaku sama sekali cuma bilang, loh kok muntah? Jangan muntah disini. Adiku langsung bilang, dia bawa tas kresek kok dok. Wah ya harus mondok kalau gitu, tapi suster bilang kamar sudah penuh jadi harus dirujuk ke rumah sakit lain. Dokter itu membuat surat pengantar dan memberikannya kepada kami sambil kayak orang ngusir gitu. Udah ini ini… tunggu diluar. 

    Adiku menghubungi temannya untuk bawa motor karena kami akan naik taksi. Di pinggir jalan aku nunggu teman adiku datang, aku masih muntah. Aku pegangan tembok rumah orang karena lemas. Setelah kira kira 20 menit teman adiku baru datang. Udah gitu masih nunggu cari taksi lagi. Plus hp adiku baterenya lowbat. Dia cari pinjaman telepon di kantor rumah sakit. 


   Setelah menunggu beberapa saat taksi datang. Aku masih muntah. Sampai di IGD rumah sakit kedua, aku tiduran aja menunggu adiku mengurus administrasi dengan BPJS. Tak ada yang memeriksaku ataupun menghampiriku. Aku terus muntah. Dan tak terasa ternyata aku datang bulan tapi lupa tak bawa pembalut. Waduh kebayang betapa ga nyamannya antara muntah dan mens tanpa pembalut. 

   Aku memanggil salah seorang suster dan meminta pembalut tapi dengan ketus suster itu bilang tidak ada. Dan dia ngacir pergi. Aku menunggu kira kira 1 jam, adiku datang dan bilang kalau kamar udah penuh jadi aku pindah ke rumah sakit ketiga. Di rumah sakit ketiga aku diperiksa dokter jaga dengan cermat. Ada 2 dokter yang memeriksaku. Aku ditensi, disuntik dan direkam jantungku. Muntahku masih belum berhenti juga. 

   Dokter memberiku lanzoprazole tapi kumuntahkan lagi. Jam sudah menunjukan pukul 22.00 WIB tapi aku masih belum berhenti muntah. Hingga aku mulai mengantuk sehabis disuntik namun masih terasa mual. 

   Dalam keadaan setengah sadar, aku kaget seperti ada dokter menghampiriku. Aku hanya merasa nyaman saja. Kulihat dokter itu bersama seorang dibelakangnya menggunakan jubah warna putih tapi bukan jubah dokter. Aku melihatnya samar-samar tapi tak terlihat wajahnya. Dokter itu tidak bilang apa apa. Dan aku mulai memperhatikan dengan seksama keluar tirai lho dokter yang memeriksa aku kok duduk di tempatnya lha yang kesini tadi siapa? Aku tertidur kembali sebentar dan terbangun dalam keadaan lebih baik. Muntahku berhenti dan aku mulai makan. 

   Aku masih bertanya tanya siapa dokter dan seorang berjubah yang tak kelihatan wajahnya itu. mungkinkah IA TUHAN YESUS? Tuhan menjengukku di IGD memberiku kekuatan dan aku berhenti muntah. Setelah makan pisang yang kubawa dari rumah aku minum obatku. Pisang yang kubawa untungnya tidak pait seperti tadi siang. Kemudian Adikku datang dan membawakan bubur nasi bersama telur rebus yang direbus oleh teman adikku yang kos di dekat rumah sakit. Aku makan dengan lahap dan kondisiku mulai membaik. 

   Adiku mengajakku pulang malam itu juga karena aku tidak perlu diopname. Tensiku baik, jantungku normal yang tak beres hanya pencernaan saja. Aku diberi obat ulsafat sucralfate untuk melapisi dinding lambung, scopma untuk nyeri perut, ondansetron untuk mual/ muntah, dan lanzoprazole untuk menekan produksi asam lambungku.

    Pulang kerumah aku kuat bonceng motor seperti ada yang menopang punggungku sepanjang perjalanan. Aku pulang kerumah pk.00.00 WIB. Aku pun bisa tidur setelah serangkaian perjuangan muntahku meski esok paginya masih muntah asam lambung yang tak terhindarkan. Terima kasih Tuhan Yesus Kau sudah menguatkanku dan mengunjungiku di IGD.