Laman

  • HOME
  • LOMBA BLOG
  • ARTIKEL
  • TUTORIAL
  • JUAL SUPERGREENFOOD

Cara Membuat Pagging Navigasi Blogspot

Moocen Susan | Selasa, September 10, 2013 | 4 Comments so far
Untuk mempercantik tampilan blog, tak ada salahnya kita memasang Pagging Navigasi atau Halaman bernomor:


Navigasi membantu pengunjung blog untuk mencari artikel di halaman tertentu. Cara Membuatnya sebagai berikut:

1. Log in ke www.blogger.com 

2. Klik Tata Letak 

3. Klik Tambah Gadget 

4. Klik HTML/ Java Script 

5. Copy dan paste (Ctrl+C→Ctrl+V) kode script di bawah ini ke dalam kotak HTML → Simpan

Kode Script:
<style> .showpageArea {padding: 0 2px;margin-top:10px;margin-bottom:10px; } .showpageArea a {border: 1px solid #794E11; color: #794E11;font-weight:normal; padding: 3px 6px !important; padding: 1px 4px ;margin:0px 4px; text-decoration: none; } .showpageArea a:hover { font-size:11px; border: 1px solid #; color: #794E11; background-color: #FFFFFF; } .showpageNum a {border: 1px solid #794E11; color: #794E11;font-weight:normal; padding: 3px 6px !important; padding: 1px 4px ;margin:0px 4px; text-decoration: none; } .showpageNum a:hover { font-size:11px; border: 1px solid #; color: #794E11; background-color: #FFFFFF; } .showpagePoint {font-size:11px; padding: 2px 4px 2px 4px; margin: 2px; font-weight: bold; border: 1px solid #; color: #fff; background-color: #794E11; } .showpage a:hover {font-size:11px; border: 1px solid #; color: #794E11; background-color: #FFFFFF; } .showpageNum a:link,.showpage a:link { font-size:11px; padding: 2px 4px 2px 4px; margin: 2px; text-decoration: none; border: 1px solid #794E11; color: #794E11; background-color: #FFFFFF;} .showpageNum a:hover {font-size:11px; border: 1px solid #; color: #794E11; background-color: #FFFFFF; } </style> <script type="text/javascript"> function showpageCount(json) { var thisUrl = location.href; var htmlMap = new Array(); var isFirstPage = thisUrl.substring(thisUrl.length-14,thisUrl.length)==".blogspot.com/"; var isLablePage = thisUrl.indexOf("/search/label/")!=-1; var isPage = thisUrl.indexOf("/search?updated")!=-1; var thisLable = isLablePage ? thisUrl.substr(thisUrl.indexOf("/search/label/")+14,thisUrl.length) : ""; thisLable = thisLable.indexOf("?")!=-1 ? thisLable.substr(0,thisLable.indexOf("?")) : thisLable; var thisNum = 1; var postNum=1; var itemCount = 0; var fFlag = 0; var eFlag = 0; var html= ''; var upPageHtml =''; var downPageHtml =''; var pageCount=10; var displayPageNum=5; var firstPageWord = 'Home'; var endPageWord = 'Last'; var upPageWord ='Previous'; var downPageWord ='Next'; var labelHtml = '<span class="showpageNum"><a href="/search/label/'+thisLable+'?&max-results='+pageCount+'">'; for(var i=0, post; post = json.feed.entry[i]; i++) { var timestamp = post.published.$t.substr(0,10); var title = post.title.$t; if(isLablePage){ if(title!=''){ if(post.category){ for(var c=0, post_category; post_category = post.category[c]; c++) { if(encodeURIComponent(post_category.term)==thisLable){ if(itemCount==0 || (itemCount % pageCount ==(pageCount-1))){ if(thisUrl.indexOf(timestamp)!=-1 ){ thisNum = postNum; } postNum++; htmlMap[htmlMap.length] = '/search/label/'+thisLable+'?updated-max='+timestamp+'T00%3A00%3A00%2B08%3A00&max-results='+pageCount; } } } }//end if(post.category){ itemCount++; } }else{ if(title!=''){ if(itemCount==0 || (itemCount % pageCount ==(pageCount-1))){ if(thisUrl.indexOf(timestamp)!=-1 ){ thisNum = postNum; } if(title!='') postNum++; htmlMap[htmlMap.length] = '/search?updated-max='+timestamp+'T00%3A00%3A00%2B08%3A00&max-results='+pageCount; } } itemCount++; } } for(var p =0;p< htmlMap.length;p++){ if(p>=(thisNum-displayPageNum-1) && p<(thisNum+displayPageNum)){ if(fFlag ==0 && p == thisNum-2){ if(thisNum==2){ if(isLablePage){ upPageHtml = labelHtml + upPageWord +'</a></span>'; }else{ upPageHtml = '<span class="showpage"><a href="/">'+ upPageWord +'</a></span>'; } }else{ upPageHtml = '<span class="showpage"><a href="'+htmlMap[p]+'">'+ upPageWord +'</a></span>'; } fFlag++; } if(p==(thisNum-1)){ html += ' <span class="showpagePoint"><u>'+thisNum+'</u></span>'; }else{ if(p==0){ if(isLablePage){ html = labelHtml+'1</a></span>'; }else{ html += '<span class="showpageNum"><a href="/">1</a></span>'; } }else{ html += '<span class="showpageNum"><a href="'+htmlMap[p]+'">'+ (p+1) +' </a></span>'; } } if(eFlag ==0 && p == thisNum){ downPageHtml = '<span class="showpage"> <a href="'+htmlMap[p]+'">'+ downPageWord +'</a></span>'; eFlag++; } }//end if(p>=(thisNum-displayPageNum-1) && p<(thisNum+displayPageNum)){ }//end for(var p =0;p< htmlMap.length;p++){ if(thisNum>1){ if(!isLablePage){ html = '<span class="showpage"><a href="/">'+ firstPageWord +' </a></span>'+upPageHtml+' '+html +' '; }else{ html = ''+labelHtml + firstPageWord +' </a></span>'+upPageHtml+' '+html +' '; } } html = '<div class="showpageArea"><span style="font-size:11px;padding: 2px 4px 2px 4px;margin: 2px 2px 2px 2px;color: #794E11;border: 1px solid #333; background-color: #FFFFFF;" class="showpage">Page '+thisNum+' for '+(postNum-1)+': </span>'+html; if(thisNum<(postNum-1)){ html += downPageHtml; html += '<span class="showpage"><a href="'+htmlMap[htmlMap.length-1]+'"> '+endPageWord+'</a></span>'; } if(postNum==1) postNum++; html += '</div>'; if(isPage || isFirstPage || isLablePage){ var pageArea = document.getElementsByName("pageArea"); var blogPager = document.getElementById("blog-pager"); if(postNum <= 2){ html =''; } for(var p =0;p< pageArea.length;p++){ pageArea[p].innerHTML = html; } if(pageArea&&pageArea.length>0){ html =''; } if(blogPager){ blogPager.innerHTML = html; } } } </script> <script src="/feeds/posts/summary?alt=json-in-script&callback=showpageCount&max-results=99999" type="text/javascript"></script>
6. Seret kotak gadget pagging navigasi tersebut tepat di bawah Linkwithin

NB : Anda dapat mengubah warna dan background tampilan pagging navigasi ini sesuai warna kesukaan Anda. (lihat kode warna disini

Selamat mencoba ^_^

Cara Menonton Video dengan KMPlayer

Moocen Susan | Selasa, September 10, 2013 | Be the first to comment!
Sebelumnya saya akan sedikit menjelaskan, apa itu KMPlayer? KMPlayer merupakan media player untuk memutar berbagai jenis video seperti avi, mkv, mp4, dll. Tapi syaratnya Anda harus download film dulu dari internet baru dimasukin ke file dokumen di komputer. Ok tanpa banyak basa-basi lagi mari kita coba bersama caranya : 

1. Klik 2x pada icon KMPlayer → Klik Open File 
 2. Klik film yang ingin Anda tonton dari file komputer Anda → Klik Open All File/ folder 

Simple kan? Selamat nonton :)

Enaknya Mandiri

Moocen Susan | Selasa, September 10, 2013 | Be the first to comment!
Jika bukan karena sakit dan harus makan dengan pantangan makan tertentu mungkin saya tidak akan pernah mau belajar memasak sendiri. Karena mau gimana coba, makan di warung makan sembarangan juga lambungku tidak mau terima. Jadi mau tidak mau aku harus masak sendiri supaya aman. Kalau masih ada ibu, tinggal bilang sama ibu dan ibu yang masakin. Tapi berhubung ibuku sudah wafat, maka saya harus mengurus diri sendiri terutama dalam hal makan.

Ada hikmahnya juga, meski aku tidak bisa makan segala macam makanan yang kusuka tapi disini aku bisa belajar mandiri memasak untuk diri sendiri. Entah enak atau ga yang penting bisa makan. Hehe… Kerasa banget susahnya cari makan waktu masih kos di luar kota. Karena disana tidak boleh masak sendiri sedangkan transportasinya cuma “mersi” (mersikil=jalan kaki) jadi mau ga mau ya cari warung yang deket-deket kos an. Kalau tutup ya alamat ga bisa makan. Cuma bisa masak nasi pake magic com sama makan abon. Hiks..Begitu aku sakit, plus ga bisa masak karena dilarang masak sama ibu kos akhirnya pakai jasa cattering. Begitu pulang kampung yah masak sendiri lagi deh. 

credit
Sebagai cewek aku memang harus membekali diriku untuk bisa masak sendiri dan aku mulai merasakan manfaatnya dengan bisa masak sendiri tentu aku tidak perlu bergantung kepada warung makan. Ya memang sih sekarang banyak sekali jasa catering dan warung makan tapi kan boros euy… apalagi kalau sudah berumahtangga dan ga bisa masak? Ga tega aja sama anak dan suami, meskipun banyak cowok yang sudah tidak mempermasalahkan kalau istrinya ga bisa masak gapapa yang penting sayang. Bahkan impianku jika berumahtangga nanti aku tidak mau pakai jasa asisten rumah tangga, lebih baik dikerjakan sendiri selain hemat uang juga lebih bebas kalau mandiri. 

Kebayang deh para ibu yang tergantung dengan kehadiran asisten rumah tangga dan tidak membekali dirinya untuk mandiri begitu ditinggal mudik sama asistennya jadi kalang kabut sendiri. Hal inilah yang membuatku ingin mandiri ya agar tidak bingung kalau tak ada yang membantu. Mungkin ada beberapa orang yang terpaksa memakai jasa asisten rumah tangga karena kesibukannya sebagai wanita karier, ga salah sih. Cuma kalau tetep bisa masak sendiri kan lebih enak ya. Jadi meski ditinggal mudik dan ga ada warung yang buka tetep ga kelaperan. Hal ini bukan bermaksud apa-apa sih, meski ga harus pinter masak kayak koki tapi minimal bisalah sedikit-sedikit hehe…ya buat mengantisipasi aja pas keadaan darurat. 

Hidup di desa tidak seperti hidup di kota, disini kalau ada cewek ga bisa masak selalu saja jadi bahan obrolan. Contohnya dulu ketika aku masih belum bisa masak baru beli makan di warung aja, eh penjualnya sinis banget lho, 

“Kamu kok beli sayur terus apa ga pernah masak? Kenapa? Ga bisa masak ya? Cewek kok ga bisa masak? Bla bla bla…” 

Semakin dicerna semakin menyakitkan kata-kata itu. Kalau diluar kota ga mungkin ada yang tanya seperti itu. Hal yang menekan itu mengubah saya untuk mau mencoba mandiri dan belajar memasak sendiri. Sekarang saya bisa merasakan manfaatnya. Itulah enaknya mandiri.

Lebih Baik Diam

Moocen Susan | Senin, September 09, 2013 | 2 Comments so far
credit
Ada bermacam-macam karakter orang yang kita temui. Tak jarang ada diantara mereka yang suka tak mau kalah dalam perbincangan. Atau disebut dengan istilah paling vocal. Jika berbicara dengan orang seperti ini tentunya akan sangat menjengkelkan karena ia ingin selalu merasa benar sendiri sedangkan orang lain harusnya mau menerima pendapatnya.

Jika ia adalah orang yang lebih tua dengan kita dan sedang berselisih pendapat dengan kita maka lebih baik kita diam daripada terus berdebat dan akibatnya pertengkaran pun tidak akan ada habisnya jika tak ada yang mau mengalah. Orangtua yang sedang memarahi anaknya dengan mengomel tiada henti apabila dilawan maka kita akan jadi durhaka. Meskipun anak merasa dirinya benar terkadang orangtualah yang paling benar jadi tidak boleh dibantah. 

Ada sebuah ilustrasi, seperti ini. Ada sebuah keluarga yang hidup dalam kemiskinan. Sang ibu beranak satu ini sudah tidak mempunyai suami. Ia mendidik anaknya untuk hidup jujur. Di sekolah, ada seorang temannya yang usil dan ia difitnah mencuri uang SPP temannya. Hal ini dibuktikan dengan uang SPP yang dimasukkan sendiri ke dalam tas anak ini. Ibu guru pun memanggil ibu si anak ini. 

Mendengar bahwa anaknya dituduh mencuri maka ibu inipun menghajar anaknya karena ia sangat kecewa pada anaknya. Walaupun si anak membela dirinya bahwa ia hanya difitnah, bukti itu tidak bisa dipungkiri. Ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk membuktikan bahwa itu semua hanya fitnah dari teman sekolahnya yang tidak suka dengannya. Dalam keadaan seperti ini, bagaimana anak ini mau melawan?

Diam adalah solusi terbaik ketika sedang diomeli tiada henti. Sampai suatu saat, diam-diam ia mulai mencari cara untuk membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah dan menjadi korban fitnahan temannya itu. Jadi saat kita dimarahi akan sebuah perbuatan yang tidak kita lakukan, jangan melawan detik itu juga. Namun carilah cara untuk membuktikan bahwa Anda tidak bersalah. 

Contoh lainnya, saat berhadapan dengan teman kita yang suka tak mau kalah dalam perbincangan. Saat kita sedang mengemukakan pendapat kita selalu dibantahnya, dengan asumsinya sendiri. Jika berhadapan dengan orang semacam ini lebih baik kita diam dan biarkan saja dia terus bicara sampai dia capek sendiri. 

Di satu sisi itu akan menghentikan perbantahan dan disisi lain itu akan membuat kita tidak membuang terlalu banyak waktu dan energy percuma hanya untuk meladeni orang semacam ini. Jika sesuatu bisa dipermudah mengapa harus dipersulit?

True Story : Cinta Tak Pernah Salah

Moocen Susan | Minggu, September 08, 2013 | Be the first to comment!
Perkenalan Tono dan Yanti bisa dibilang cukup singkat. Karena umurnya yang sudah kepala empat membuatnya tak ingin menunda lagi rencana pernikahannya dengan Yanti, wanita yang baru dikenalnya sebulan itu. Tono nekad menikahi Yanti walaupun ia belum mapan. Pekerjaannya sebagai tukang cat panggilan mungkin kurang menjanjikan untuk bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka nantinya. 

Demi membantu menambah penghasilan, Yanti membuka warung kelontong kecil-kecilan dirumahnya. Hasilnya memang tak seberapa tetapi mereka bersyukur setidaknya uang itu masih cukup untuk makan sehari-hari. Selisih umur 16 tahun mungkin terbilang cukup jauh, namun alasan Yanti mau menikah dengan Tono karena ia memandang Tono sebagai laki-laki yang matang dan berperilaku baik. Lain dengan mantan pacarnya dahulu yang notabene lebih muda usianya dibanding Yanti dan perilakunya kurang baik.

Pernikahan yang dilangsungkan secara sederhana di rumah keluarga Yanti itu berjalan cukup lancar. Tono mengenakan jas hitam dan dasi sedangkan Yanti mengenakan baju kebaya. Meski diadakan secara sederhana namun banyak juga tamu undangan yang datang. Kado-kado pernikahan banyak dan bertumpuk di atas meja penerima tamu. Tono dan Yanti terlihat bahagia dengan pernikahan mereka.

 *** 

Setelah menikah mereka dikaruniai dua orang anak. Anak pertama mereka berjenis kelamin perempuan sedangkan anak keduanya laki-laki. Karena tuntutan ekonomi yang besar akhirnya Tono mencoba mencari pekerjaan lain dan akhirnya ia diterima bekerja menjadi Tata Usaha di sebuah Sekolah Dasar sedangkan Yanti mulai membuka warung nasi pecel disamping membuka toko klontong. 

Nasi pecel Yanti cukup laris karena selain ramah, ia juga pandai memasak. Banyak pelanggan laki-laki yang datang untuk menikmati nasi pecel buatannya. Setiap hari Yanti bisa setor uang ke Bank untuk ditabung dari hasil jualannya. Merasa mempunyai penghasilan lebih besar dari suaminya dan godaan para pelanggan laki-laki yang makan di warungnya membuat sikap Yanti berubah terhadap suaminya. Ia merasa suaminya lemah dan tidak pandai mencari uang sepertinya. Sempat terbesit penyesalan karena menikah dengan Tono yang jauh lebih tua itu. 

Ada seorang pelanggan laki-laki yang bernama Sigit mulai membujuk Yanti untuk menceraikan Tono. Bahkan demi menarik perhatian Yanti, ia mendekati anak-anaknya. Anak-anak Yanti sering ditraktir makan dan diberi uang oleh Sigit. Melihat hal ini, Tono hanya memendam rasa cemburunya di dalam hati saja. Suatu hari Sigit meminta Yanti untuk bekerja di Jakarta sebagai pembantu rumah tangga dirumahnya. 

“Gimana Yan, kamu mau engga kerja di rumahku? Disana semuanya sudah pakai listrik, sumurnya aja sudah disanyo jadi kamu ga perlu susah-susah nimba air, ada mesin cuci, dll. Kerjaan jadi lebih ringan.” Bujuk Sigit. 

Dengan iming-iming gaji yang cukup besar, Yanti meminta ijin kepada suaminya untuk merantau ke Jakarta. “Mas, kita butuh uang banyak untuk membesarkan anak-anak. Aku juga ingin bebas. Pokoknya, aku mau kerja di Jakarta!” 

“Ya, terserah kamu saja bagaimana baiknya. Lakukan saja yang kamu suka, mas engga mau mengekang kamu.”

Walaupun sebenarnya hati Tono tidak rela melepaskan kepergian istrinya dan mengingat anak-anaknya masih kecil yang butuh kasih seorang ibu, namun ia berusaha sabar serta mendukung niat baik istrinya. 

Rencana Tuhan berkata lain, salah satu anak mereka sakit sehingga terpaksa Yanti harus membatalkan kepergiannya ke Jakarta. Dalam kekecewaannya itu lalu ia mencurahkan kekesalannya dengan menulis di papan tulis yang biasa dipakai anak-anaknya belajar itu. Ia menulis sebuah kalimat, “AKU INGIN BEBAS.” 

Semenjak kejadian itu Yanti jadi sering marah-marah dan melampiaskan kemarahannya kepada suami dan anak-anaknya. Ia merasa suaminya menjadi penghambat cita-citanya. Karena Yanti tidak bisa berangkat ke Jakarta, akhirnya ia mencarikan pembantu penggantinya untuk bekerja dirumah Sigit. Bukan hal sulit bagi Yanti untuk mencari pembantu karena kenalannya cukup banyak. Akhirnya ia meminta Siti, temannya untuk berangkat ke Jakarta bersama Sigit. 

*** 

Seminggu kemudian, Yanti dikejutkan oleh kedatangan Siti yang tiba-tiba saja kembali dari Jakarta. Siti mengabarkan bahwa Sigit meninggal akibat kecelakaan dan yang lebih mengejutkan lagi ternyata selama ini Sigit menipunya. Apa yang dulu dikatakan Sigit tentang adanya sanyo, mesin cuci, dan lain-lain itu semua bohong. Siti tetap menimba air di sumur dan mencuci dengan tangan. Melalui kejadian ini Yanti disadarkan akan jati diri Sigit yang sebenarnya. Ia pun menyadari bahwa sikapnya selama ini pada Tono suaminya tidak berkenan di hati Tuhan. Yanti pun meminta maaf kepada suaminya dan hubungan mereka kembali berjalan dengan baik. 

*** 

Beberapa bulan kemudian, rumah tangga mereka kembali diguncang oleh kehadiran laki-laki lain yaitu Idris, salah seorang pelanggan juga di warung nasi pecelnya. Yanti sering diajak bepergian dan pulang larut malam oleh Idris yang berprofesi sebagai karyawan di sebuah bengkel yang cukup besar di Blora. Kali ini Tono pun masih bersabar melihat perselingkuhan istrinya itu. Ia hanya bisa berdoa mohon pengampunan kepada Tuhan tentang sikap istrinya yang mudah tergoda pria lain ini. 

Tuhan pun mendengar doa Tono dan menegur Yanti dengan sebuah kejadian. Suatu hari Yanti mengeluh sakit di kepalanya. Sakit yang amat sangat seperti dipukul dengan martil. Bahkan pendengaran Yanti sebelah kanan tidak berfungsi normal. Ia pun akhirnya berobat ke sebuah klinik THT dikotanya. Berkali-kali menjalani pengobatan namun kondisinya masih belum pulih juga. Idrispun meninggalkan Yanti saat sakit, sebaliknya Tono lah yang selalu setia menemani Yanti berobat. Karena tidak ada kemajuan, Yanti dirujuk ke rumah sakit lain di luar kota. Bagai petir di siang bolong, mereka berdua terkejut dengan vonis dokter bahwa Yanti menderita kanker telinga. Ini disebabkan karena kebiasaannya membersihkan telinga terlalu dalam sehingga terjadi infeksi yang mengarah munculnya kanker. 

Yanti pasrah dengan keadaannya. Berbagai cara dilakukan Tono untuk mencari obat demi menyembuhkan istrinya itu. Walaupun sudah menjalani CT Scan, bestral sebanyak 25 kali dan operasi tiga kali, namun kondisi Yanti semakin buruk saja. Setiap malam ia mengerang kesakitan. Sel-sel kanker telah menggerogoti daun telinga kanannya. Tubuhnya kurus kering dan kepalanya gundul. Dalam keadaannya yang memprihatinkan itu ia hanya bisa pasrah menerima takdir. Dengan setia Tono merawat istrinya itu, ia tidak mendendam walaupun Yanti sering melukai hatinya. Yanti menyesal karena berulangkali ingin bercerai dengan suami yang telah memberikannya dua orang anak ini. 

Demi mencari kesembuhan untuk istrinya, hampir semua saran orang dilakoninya. Ia bahkan rela menelan cicak hidup untuk menyembuhkan kankernya. Namun usaha itupun sia-sia. Penyakit Yanti makin parah. Ia serasa dekat dengan ajal. Tak ada lagi upaya yang dilakukan selain menunggu hari kematiannya. Setiap hari Tono memandikan dan mengobati Yanti dengan obat seadanya. Ia bahkan membuatkan kamar baru untuk istrinya agar lebih mudah dijenguk oleh orang lain. 

pinjam gambar
Ketika Tono menggendong Yanti untuk memindahkannya ke kamar baru itu, Yanti berkata “Mas, sekarang kamu sudah kuat menggendongku ya karena aku kurus engga kayak dulu. Maafkan aku mas karena aku pernah mencela tubuh kecilmu.” Mendengar ucapan Yanti, Tono hanya mengangguk dan tersenyum kecil. 

Pagi itu sebelum berangkat kerja, Yanti minta dibuatkan minuman bermacam-macam, ada teh, wedang kacang hijau, susu, dan air putih hangat. Dengan sabar Tono membuatkannya, namun tiba-tiba Yanti berperilaku aneh. Ia mengatur ulang gelas-gelas yang berisi minuman itu seperti membentuk barisan. Namun Tono tidak punya firasat apapun. Tono pun pamit berangkat kerja dan ia meminta ibu mertuanya untuk menjaga Yanti. Ketika sedang bekerja tiba-tiba Tono menyenggol gelas sehingga jatuh dan pecah, perasaannya mulai tidak enak sehingga ia memutuskan untuk segera pulang kerumahnya. Baru saja ia masuk ke rumah dilihatnya Yanti sudah terbujur kaku di tempat tidur. Air matanya pun menetes menangisi kematian istrinya. Ia masih belum rela dengan kematian istrinya itu, segera diambilnya minyak kayu putih dan dibalurkan ke sekujur tubuh Yanti sambil mencoba membangunkannya, “Yan,….Yanti…. bangun yan…. Ayo bangun…. Yan….!” 

Tubuh Yanti sudah dingin, bibirnya merot karena sarafnya tertarik kesamping. Daun telinga kanannya sudah tidak lagi. Kepala sebelah kananya berlubang dengan diameter 5 cm. Yanti sudah berbau busuk karena luka di telinganya itu bernanah dan berdarah. Usaha Tono gagal, ia harus menerima kematian istrinya itu. Cinta memang tak pernah salah, hanya orang yang salah mengartikan cinta dengan kepuasan fisik semata. Janji setia pernikahan yang diucapkan Tono kepada Yanti teruji melalui peristiwa ini.

Akhirnya, Yanti meninggal pada tanggal 29 Maret 1999 dalam usia ke 43 tahun. Ia meninggalkan suami dan dua orang anak. Kisah ini adalah kisah nyata kedua orang tua saya dan saya adalah anak pertama dari ibu Yanti, dengan nama lengkap Muryanti.

Cara Mengatur Jarak Widget di Sidebar Blog

Moocen Susan | Minggu, September 08, 2013 | 9 Comments so far
Untuk melengkapi tampilan blog biasanya terdapat gadget untuk menambah widget di bagian sidebar blog. Letaknya bisa di samping kanan atau kiri postingan blog. Nah, untuk mengatur jarak widget yang satu dengan yang lainnya ikuti caranya berikut ini : 
1. Log in ke www.blogger.com 
2. Klik Template 
3. Klik Edit HTML 
4. Cari kode ]]></b:skin> dengan cara tekan Ctrl+F di dalam kotak template 
5. Copy dan Paste (Ctrl+C→Ctrl+V) kode script berikut tepat di atas kode ]]></b:skin>
.main-inner .widget {margin: 15px 0px;}
6. Simpan Setelan→Lihat Blog 

NB: Anda dapat mengatur besarnya margin sesuai keinginan Anda.