Laman

  • HOME
  • LOMBA BLOG
  • ARTIKEL
  • TUTORIAL
  • JUAL SUPERGREENFOOD

Petualangan Baru ke Semarang

Moocen Susan | Sabtu, Agustus 09, 2014 | 2 Comments so far
   Sekali lagi Tuhan Yesus sangat baik dan peduli padaku. Ia memberiku kesempatan lagi untuk bekerja. Lama menganggur setelah resign dari perusahaan distributor di kotaku, aku pun ikut komsel di gerejaku. Aku ditawari pembimbing komselku untuk kerja di Semarang. Awalnya aku sangat takut karena belum pernah keluar kota sendirian dan aku masih muntah tiap pagi. Tetapi akhirnya aku berani karena disana aku akan tinggal di mess karyawan jadi aku tak perlu pusing mikir kos dan makan. Semua disediakan, aku hanya tinggal kerja aja. 

   Aku pun menyanggupi hal itu dan bosku yang sesama orang Blora datang ke Blora hanya untuk menjemputku. Interview dilakukan di rumahnya dan esok harinya aku berangkat ke Semarang naik mobil bosku. Adikku juga ikut sekalian karena dia sudah mulai masuk kuliah. Disana aku bekerja sebagai admin merangkap akunting. Kami tinggal di sebuah mess bersama bosku. Setiap minggu kami karyawannya berangkat ke gereja sama-sama bos naik mobil. Jadi hampir setiap hari aku kemana-mana sama bosku. Kantor kami jauh dari jalan raya, kami tinggal di lingkungan perumahan elite dan besar. Jarang ada ketemu tetangga. 

   Aku biasa makan pagi tapi di mess pembantunya hanya masak untuk makan siang dan malam hari saja. Lalu aku memintanya memasak nasi lebih pagi agar aku bisa sarapan. Hm special request. Aku masih muntah pagi di mess tapi tak separah waktu sekolah. Aku di mess makan singkong bakar untuk mengobati lambungku. Bulan pertama kerja jadi akunting sudah harus nombok karena uangku ditilep salesman waktu kuhitung di meja karena ga ada bukti dan aku yang salah Akhirnya aku harus rela ga gajian buat bayar uang yang hilang. Salesman yang nilep uangku akhirnya dipecat dari kantor karena ternyata dia juga korupsi. 

   Bulan kedua aku didampingi supervisorku untuk hitung uang setoran salesman. Aku benar-benar jadi akunting pupuk bawang. Ga becus jadi akunting rasanya. Karena aku tak pernah kuliah akunting dan ga paham akunting jadi aku harus sering lembur untuk belajar bikin laporan yang harus disetor seminggu sekali ke kantor pusat di Jakarta. Aku lembur sampai jam 12 malam selama 3 bulan. 

   Disini aku belajar hal baru lagi, aku belajar pake mesin fax, bikin laporan rekening koran, menghitung bonus salesman, menyiapkan kasbon sales, dll. Selama 3 bulan kami tinggal di mess dan kantor akan pindah ke Ungaran. Semua sudah disiapkan tinggal pindah saja, Kami juga sudah survey lokasi kantor baru disana. Eh tiba tiba pindahnya dibatalin karena sebuah alasan yang aku kurang tahu, jadi kami semua harus kos Setelah setahun kerja kantorku pindah lagi ke tempat yang agak jauh ~ Mangkang ~ Gabung dengan EPM. Disana aku bertemu banyak orang dan teman baru. Saat jam makan siang kami semua makan bersama bawa bekal masing masing. Aku sangat senang sekali. 

   Tapi kesenanganku harus berakhir karena perusahaan tempatku kerja gulti (gulung tikar). Bosku menawariku untuk beli tiket travel pulang ke blora tapi aku masih ingin di Semarang karena aku punya banyak teman gereja disini dan masih ingin bekerja disini.

Kesempatan Yang Terlewatkan

Moocen Susan | Sabtu, Agustus 09, 2014 | Be the first to comment!
    Setelah keluar dari mini market, aku masih muntah setiap pagi tapi tak seperti waktu sekolah dulu. Muntah setelah gosok gigi di pagi hari. Tapi karena sudah jadi kebiaasaan aku tak mengangapnya lagi sebagai beban. 

    Salah satu teman gerejaku mengajakku pelayanan jadi guru sekolah minggu buat mengisi waktu luang. Aku pun menyanggupi meski masih muntah pagi. Aku percaya kalau kita melayani Tuhan dan menyenangkan hati Tuhan maka Tuhan akan memberkati dan memulihkan kita. Aku sangat bersemangat jadi guru sekolah minggu. Tadinya hanya bertugas mengabsen anak-anak, kemudian memimpin doa persembahan, dan tantangan berikutnya adalah mendongeng kisah Alkitab kepada anak-anak kecil. 

   Waktu itu aku menceritakan tentang Yunus yang dimakan ikan teri eh salah ikan paus. Hehe geli juga kalau inget itu, aku merasa Tuhan memberiku kekuatan dan keberanian saat mendongeng. Aku mulai suka berada di lingkungan anak-anak. 

     Setelah aku selesai dongeng, teman sepelayananku menawariku pekerjaan di kantornya.Wah berkat Tuhan. Ia bekerja di sebuah perusahaan distributor di kotaku. Perusahaan itu terbilang cukup bonafit dan besar. Kesejahteraan karyawannya sangat diutamakan. 3 bulan sekali dapat seragam baru dan ada mobil antar jemput karyawan. Wah pikirku enak juga ya bisa diterima kerja disana. 

   Aku pun membuat surat lamaran kerja dan datang ke kantornya. Pas mau berangkat melamarpun karena grogi muntahku ga berhenti-berhenti sampai mukaku pucat waktu hendak melamar. Sampai disana aku bertemu langsung dengan manajernya. Dia membuka dan membaca surat lamaranku tapi hanya sepintas lalu saja. Karena mungkin aku direkomendasikan temanku jadi nilai danemku yang jeblok tak digubrisnya. Wawancara pun berlangsung, saat dia menanyakan apa aku sudah pernah bekerja. Aku agak dilemma kalau menjawab bagian ini. Kalau aku bilang cuma kerja 2 bulan dan resign karena sakit apa yang ada di pikirannya? Oh aku penyakitan! Tapi kejujuran itu nomor 1 jadi aku jawab apa adanya saja. Dan aku dijadwalkan mengikuti tes masuk minggu depannya. 

    Waktu tes masuk, ada 10 orang pelamar yang datang. Mereka semua rata-rata S1 dan D3. Cuma aku yang lulusan SMA sendiri dengan danem minimalis. Dandanan mereka modis-modis, sangat pantas untuk mendapat point plus di dunia kerja, ga sepertiku yang culun. Aku berangkat tes dalam keadaan mual berat karena muntahku belum selesai tadi. Meski konsentrasinya agak terpecah, untunglah aku bisa menyisakan sedikit kekuatan untuk mengerjakan soal hitungan. 

   Beberapa hari kemudian, aku dipanggil lagi dan bosku bilang aku diterima karena nilai tesku mencapai 9.75. Tapi bosku yang perfeksionis itu bilang, jangan sombong dulu karena kamu bisa menyisihkan sarjana dalam tes ini. Buktinya kamu masih belum 100% betul semua. Masih ada yang salah berarti kamu orang nya tidak teliti. Mak jleb dibilang gitu. Tapi ya sudahlah apa saja kata bos aku terima. 

    Esok nya waktu aku masuk kerja. Lagi-lagi aku muntah sebelum berangkat. Ini benar-benar melelahkan. Karena terburu-buru aku lupa pakai sepatu. Jadi aku ke kantor pake sandal selop dan parahnya lagi itu hari pertama masuk kerja. Aku sangat kepayahan, nasi telur dadar yang kumakan pagi tadi rasanya sudah habis dicerna oleh asam lambungku yang over. Aku lapar padahal masih jam 9.30 pagi. Perutku sudah mulai perih dan aku harus segera ngemil agar tak pingsan. 

   Di ruangan itu ada 4 orang karyawan cewek semua. Mereka terlihat tidak bersahabat denganku mungkin karena aku anak baru dan dandananku agak kuno. Tapi aku tak memperdulikan mereka. Bosku masuk keruangan kami dan menegurku karena pakai sandal. Aku dibilang tidak sopan dan tidak disiplin. Setelah itu aku segera lari ke dalam toilet dan makan biscuit yang tadi kumasukkan ke dalam kantongku. Aku makan 3 keping biscuit itu cepat-cepat karena toiletnya sudah diketuk teman kerjaku. Aku agak kepayahan kalau harus makan lari ke luar dulu karena di tempat kerja ga boleh ngemil. 

   Diterima kerja bukannya senang malah stress. Suasana kerja yang ga nyaman membuatku makin sakit. Teman yang merekomendasikanku masuk ke sana ternyata berubah sikapnya padaku. Aku juga heran. Dia sok ga kenal padaku di sana. Bahkan saat dia pulang dan aku jalan kaki dia mengacuhkanku akhirnya aku numpang mobil kantor. Aku salah apa ya? Pulang kerja kepalaku pusing berat karena manteng di depan komputer tanpa istirahat. Aku harus menghafal kode-kode barang sebelum input ke dalam komputer. Kalau badan sehat sih ga masalah, kalau tubuh sakit meski ngetik komputer saja rasanya tak ada tenaga. Esok paginya aku bolos karena muntahnya sampe siang banget. Baru sehari kerja sudah sakit. 

   Barulah lusanya aku datang ke kantor lagi. Bosku marah-marah lagi. Dia tanya apakah aku kalau hari libur juga muntah? Aku bilang sama saja. Lalu Dia bilang lambungku bisa jebol kalau dipakai muntah-muntah melulu. Dia juga bilang, percuma pinter kalau penyakitan. Aku dikira tidak punya tanggungjawab. Lama-lama kurasakan bahwa aku memang belum siap kerja dengan kondisiku. Aku menyerah dan keluar dihari ketiga. Aku merasa bersalah, gagal dan merasa tidak berguna. Depresi melandaku lagi. 

   Padahal aku adalah harapan adikku dan bapakku. Adikku hendak masuk ke perguruan tinggi dan butuh biaya. Kalau aku keluar kerja adikku harus mencari biaya sendiri. Aku sedih sekali. Tapi untunglah ayah dan adikku menerima kondisiku dan tidak menyalahkanku. Aku tak berani memunculkan wajahku lagi di gereja, aku berhenti pelayanan sekolah minggu. Aku sangat malu dengan teman yang merekomendasikanku itu. Hubungan kami tidak baik. Aku telah melewatkan kesempatan yang bagus karena sakit-sakitan.

Pengalaman Kerja Pertama

Moocen Susan | Sabtu, Agustus 09, 2014 | Be the first to comment!
   Setelah lulus SMU aku masih saja muntah tiap pagi dan berhenti sendiri kalau sudah agak siang. Esoknya begitu lagi. Seakan jadi kebiasaan buruk. Dalam keadaan sakit pun aku masih punya mimpi untuk bekerja selepas lulus. Tapi sebelum itu 2 orang temanku mengajakku kursus komputer. Aku senang sekali karena sudah lama aku pengen kursus komputer. Kulihat jam kursusnya jam 10.00. berarti aku bisa ikut karena sudah selesai muntahnya. Waktu itu kami kursus program ms. Word dan Excel. 

   Kurang lebih 2 bulan kami kursus. Kedua orang temanku berencana akan kuliah keluar kota tapi aku sama sekali tidak ada keinginan untuk kuliah keluar kota dengan kondisi fisik seperti ini. Padahal dulu waktu ibuku masih hidup aku sangat ingin kuliah, tapi begitu ibuku meninggal dan aku sakit-sakitan keinginan untuk itupun pupus. Setelah kursus selesai, aku tak sabar ingin cepat mencari pekerjaan. Ga enak nganggur di rumah terus. 

   Salah satu jemaat gerejaku menawariku kerja di mini market yang dikelolanya, tadinya dia berencana akan membuka showroom moci (Motor china) tapi belum dibuka. Dan rencananya aku yang disuruh jadi adminnya. Tapi berhubung belum dibuka, aku diminta kerja seadaanya dulu di mini marketnya. Aku kerja dari jam 08.30-14.00 dan 17.00-21.00 (tanpa shift) di lantai 2. Aku jadi pramuniaga dan membantu kasir di sana. Gaji pertamaku sangat minim Rp130.000,-

   Pagi hari ketika masuk kerja yang kulakukan adalah menyapu dan mengepel lantai. Setelah itu baru ngecek barang. Kalau malam banyak anak-anak kecil bermain di lantai 2. Sepanjang hari aku selalu berdiri dan berjalan kesana kemari ngecek barang. Teman kerjaku sangat judes, dia sering menegurku aku mencoba sabar dan bertahan. Gaji pertamaku kubelikan sandal untuk adikku. Aku mengajak adikku ke mini market itu dan memintanya memilih sandal sendiri.

   Yang paling melelahkan karena aku punya kebiasaan ke toilet (beser) padahal toiletnya jauh dari mini marketnya (kira-kira 10 meter) dan aku harus naik turun tangga. Karena sering naik turun tangga, kakiku kaku dan bengkak. Tidak bisa ditekuk. Akupun bekerja sambil pincangan. Melihat hal itu bosku memindahku kerja di lantai 1 agar tidak naik turun tangga lagi. 

   Bulan kedua aku dipercaya jadi kasir penuh. Aku senang jadi kasir karena bisa duduk dan pegang mesin kasir. Aku belajar hal baru disana. Ada tradisi yang dibiasakan oleh teman-teman kerjaku yang mana siapa yang berulangtahun hari itu harus menraktir semua teman-temannya. Padahal gaji sangat minim. Rata-rata yang ulangtahun biasanya tekor, apalagi ulangtahunnya kalau pas gajian. 

   Suatu ketika, temanku membawa mangga muda. Ia membagi-bagikan mangga itu kepada semua karyawan mini market. Aku pun mencoba mencicipi mangga muda itu karena lapar padahal aku sakit maag. Wah, pulang kerja sambil naik sepeda geliyengan dan pusing berat. Sampai di rumah aku muntah-muntah dan pingsan. Besoknya aku keluar kerja.

Desain Blog 2

Moocen Susan | Sabtu, Agustus 09, 2014 | | 6 Comments so far
   Hai, curcol dikit ya...kemarin aku lagi galau berat, daripada stres aku mengalihkan pikiranku dengan mencoba bikin desain blog lagi sambil dengerin pujian rohani di youtube. 

   Kali ini warnanya dominan ijo. Gambar kartunnya gambar sendiri, soalnya kalau beli vektor di internet it's so expensive. berhubung aku suka nggambar jadi lumayan ngirit ongkos daripada beli. sekalian menerapkan ilmu photosopku. Ini belum dicoding jadi baru sketsa aja ya :) 


Berawal dari Maag

Moocen Susan | Jumat, Agustus 08, 2014 | 7 Comments so far
   Hai, hari ini aku mau cerita awal mula aku sakit dan hidupku berubah 180 derajat sejak itu. Aku merasa berbeda. Tidak seperti orang normal dan kurang bisa menikmati hidup. Kadang kita menjadi anak yang bandel dan mengabaikan pesan baik yang disampaikan orangtua kita. Dan ketika kita mengalami apa yang menjadi akibat dari ulah kita maka kita baru menyesal, seperti kisah saya berikut ini. 
   
    Sejak kecil bapakku selalu melarangku untuk hujan-hujanan apalagi dalam keadaan perut kosong, harus selalu membawa payung/ jas hujan kalau sudah mulai mendung. Jika hujan turun dan lupa membawa jas hujan maka harus berhenti sebentar dan berteduh sampai hujannya reda. 
   
   Mengapa beliau berkata demikian? Karena bapakku sangat mengenal kondisi fisikku yang lemah. Aku mudah masuk angin dan sakit. Ibuku selalu menyuruhku untuk rajin makan sayur. Sedangkan aku sangat tidak suka sayur sejak kecil. Aku lebih suka makan ayam dan makanan enak-enak lainnya. 

   Mari kita flashback sebentar ke tahun 1999, beberapa bulan sejak ibuku meninggal dunia karena kanker telinga. Aku adalah penggemar mie instan sejak SD. Hampir setiap hari aku membuat mie instan versi jumbo. Rasanya aku sangat addict dengan mie ini karena enak dan praktis. Kesalahan terbesarku adalah dulu, aku lebih memilih makan mie instan dibanding makan sup buatan ibuku yang sudah susah susah dimasaknya (Kalau dipikir-pikir sekarang menyesal).

    Pagi itu aku berangkat ke sekolah terburu-buru hingga tak sarapan pagi sebelumnya. Kukayuh sepedaku dengan cepat karena tiba-tiba awan mendung dan turunlah hujan yang sangat deras. Sampai di sekolah, bajuku basah kuyup . Segera aku lari ke kantin karena sudah sangat lapar. Aku memesan sepiring nasi pecel dan teh manis. Pada suapan pertama tiba-tiba perutku mual dan ingin muntah tapi kutahan. Jam pelajaran sudah akan dimulai, namun bajuku masih basah kuyup. Dan yang membuatku jadi tontonan yaitu aku lupa menarik resleting rokku karena terburu-buru berangkat. Hingga salah satu temanku memberitahukan hal itu kepadaku. Ups malu sekali. 

    Sejak aku kehujanan pagi itu, setiap pagi hari setelah bangun tidur aku selalu morning sickness. Ditambah lagi semenjak meninggalnya ibuku setiap pagi aku merasa berbeban berat. Aku dan adikku sangat bergantung pada ibuku. Masalah makanan tentunya. Kalau ada ibuku makanan selalu siap di meja makan dan tinggal makan aja. Kadang karena kelewat manja, sudah ada makanan pun ga mau ambil makan sendiri tapi minta diambilkan. Tapi sejak ibuku meninggal mau tak mau aku harus beli makan sendiri dan itu rupanya bisa bikin aku stress. 

   Karena terbiasa semua sudah siap di meja makan. Rasa malas bisa jadi stress. Karena stress muncul ketika kita tidak ingin melakukan sesuatu yang tak ingin kita lakukan dan itu membuat kita tertekan. 

   Aku masih duduk di bangku kelas 3 SMA. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah, aku selalu muntah di pagi hari (karena stress) rasanya pengen cepet lulus. Aku sering bolos masuk sekolah karena muntah asam lambung berjam-jam. Anehnya muntahku berhenti setelah lewat jam 9 pagi setiap harinya. Siang harinya aku ke rumah temanku dan meminjam buku catatan sekolah. Aku masuk sekolah kalau ada ulangan/tes saja. Aku tidak pernah ikut upacara bendera karena tak kuat berdiri/ pas bolos. 

   Setiap hari adalah untung-untungan buatku. Kadang aku bisa menghentikan muntah sebelum jam 7 atau bahkan di sekolah masih muntah lagi. Kadang aku harus ikut ulangan susulan karena tidak bisa masuk pas ada ulangan. 

    Aku berobat puskesmas dan diberi antasida. Karena tak ada perubahan aku periksa ke dokter spesialis penyakit dalam dan dokter memberiku obat maag dan 6 macam obat penunjang lain namun tak kunjung sembuh. Aku tetap muntah karena stresku lebih kuat daripada keyakinanku akan obat yang bisa menyembuhkanku. 

   Yang paling menantang adalah saat ikut ujian akhir SMU. Aku harus bisa mengendalikan pikiranku supaya tidak muntah dan tak terlambat masuk sekolah. Untunglah aku lolos dan tidak terlambat saat itu. Tapi saat mengerjakan soal ujian tentunya aku tidak bisa berkonsentrasi penuh karena merasakan mual yang sangat di perutku. Akhirnya setelah berjuang dengan kelemahan diriku, aku pun lulus dengan nilai yang sangat kurang dan aku masih bergumul dengan muntah setiap bangun tidur.

Belajar Mencoba Makanan Pasca GERD

Moocen Susan | Kamis, Agustus 07, 2014 | 17 Comments so far
   Mungkin saya telat posting tentang hal ini, sejak 6 tahun yang lalu sembuh dari muntah-muntah berkepanjangan karena cairan empedu saya mengalir masuk ke lambung. Bahkan akhir-akhir ini saya lagi males nulis di blog, tetapi kemudian ada sang motivator teman baru di facebook yang sakit GERD yang membuat saya ingin posting lagi soal penyakit GERD gara-gara baca tulisan saya di blog. Terima kasih ya guys, saya jadi punya bahan menulis hihi. 

   Secara spesifik dulu saya memang pernah merasakan gejala-gejala sakit tersebut meskipun dokter bilang saya terkena bile refluks. Apa sih yang saya rasakan? Ya seperti tenggorokan mengganjal di pagi hari setiap bangun tidur, susah menelan makan, sampai-sampai karena rasanya makanan itu ga bisa turun-turun kebawah, makan siangku tak bisa kutelan dan akhirnya muntah sampai malam. Kalau anak kecil kayak gumoh gitu ya, mungkin rasanya pengen meludah mulu, karena ga nyaman jadi aku muntahin aja. Kadang kedinginan, gangguan kecemasan bila ada diluar rumah/ di tempat umum (agoraphobia). 

   Kalau masalah agoraphobia ini saya rasa wajar ya, kalau orang dengan kondisi ngedrop pasti males keluar rumah, kalau aku malesnya karena cemas aja takut muntah di jalan/ pingsan di jalan. 

   Ok, sehubungan dengan judul yang saya tulis di atas, mungkin Anda bertanya, makan kok belajar sih kayak anak kecil aja? Hehe, Coba kita bayangkan sejenak, bila makanan kita makan tidak bisa diterima dengan baik oleh pencernaan kita - misalnya nih, aku suka sate ayam wah tapi kan sate ayam itu ada bumbu kacangnya, sakit GERD tidak boleh makan makanan yang berbumbu kacang macam sate ini. Enak di mulut tapi ga enak di perut. Mau makan was was, duh kalau muntah gimana ya? Itu pikiran yang selalu menghantui saya tiap nyoba makanan setelah sembuh. 
  
  Percaya tak percaya, waktu kos dulu, saya setiap hari makan bubur abon selama 3 bulan. Bukan blenger lagi sudah sangat tidak tahu apa yang harus saya makan karena semua makanan yang saya makan tidak bisa diterima dengan baik oleh lambung saya. Namanya juga kos, terbatas mau keluar makan jauh dari warung makan, saya kemana-mana naik mersi (mersikil alias on foot/ jalan kaki) jadi kalau mau beli makan ya cari seadanya yang deket-deket situ tapi kan karena yang deket ga ada yang bisa diterima lambungku jadi amannya aku bubur sendiri pake magic com dan beli abon. 

   Betapa lemesnya makan seperti itu apalagi harus kerja juga. Di kantor bawaannya ngantuk, lemes, dan tidak bertenaga, apalagi saat itu saya juga terikat obat penenang. Sampe-sampe temen kosku bilang gini, “Emang kamu seumur hidup mau makan bubur abon mulu? Nyoba yang lain kek.” 

   Awalnya aku agak takut mencoba, pas ada soto ayam lewat depan kos, aku pun memberanikan diri makan soto. Ga pake ayam, Cuma kuahnya doang ya namanya juga percobaan. Dan saudara tahu? Saya waktu mau makan soto itu berdoanya kenceng banget. 

   “ Tuhan Yesus, aku takut makan ini, takut muntah Tuhan. Ya Tuhan berkatilah soto ini biar perutku ga demo. Dalam nama Tuhan Yesus, Amin.” 

   Saat itu saya baru menyadari bahwa bisa makan segala macam makanan itu anugrah Tuhan yang tiada taranya. Kadang kita sudah bisa makan aja masih suka milih-milih, milih yang enak dan doanya tu cepet banget kayak laporan sama komandan perang. Terima kasih Tuhan atas makanan ini. Amin. Dah selesai. 

   Tapi kalau sudah mengalami seperti saya ini, rasanya baru bisa mengucap syukur. Setiap saya habis makan reaksinya muncul setengah jam kemudian. Saya makan soto itu sampe gemeteran karena takut muntah meski sudah berdoa. Sebelum makan soto sampe saya pikir dulu, itu soto bumbunya apa aja ya, bisa gak diterima lambungku. Paranoidku benar-benar sudah diluar batas kewajaran manusia. Dan setengah jam kemudian jika memang lambungku menolak biasanya muncul pusing di dahi depan dan empeduku perih lalu muntah berjam-jam. Itu reaksiku kalau salah makan. Tetapi untungnya Kasih Tuhan masih memberkatiku. Aku lolos makan soto meski kuahnya doang. Esok harinya nyoba lagi dikit-dikit pake ayamnya meski hanya 1-2 suwir. 

   Setelah benar-benar tidak pernah muntah lagi, aku masih juga takut mencoba makan.Dulu aku tidak bisa makan sawi. Kemudian setelah bertahun-tahun baru berani nyoba meski hanya selembar, lambat laun mulai nyoba makan taoge, makanan gorengan meski aku batasi minyaknya. Tapi asli tersiksa banget kalau makan banyak pantangan dan kalau Anda model bosenan sama makanan yang itu itu aja, jangan sampe kena GERD. Tersiksa !!! Tapi saya berusaha menerima keadaan dan tetap bersyukur masih bisa makan. 

   Saya geli waktu baca status teman saya di facebook yang baru saja menikah dan harus pindah ke kota kelahiran suaminya. Dimana dia bosen dengan makanan yang ada di kota tersebut. Pikir saya, lha baru gitu aja bosen, masih bisa makan berbagai macam makanan kan bisa diatasi dengan masak sendiri atau ganti menu yang lain, kalau sudah sakit kita ga bisa milih-milih makan yang kita suka lagi. Lha mau gimana lambungnya ga mau terima. Jujur dibanding teman-teman lain yang nekad soal makan, saya lebih takut mencoba. Mengingat reaksi seperti itu siapapun dalam kapasitas saya pasti akan berpikir yang sama. 

   Bapak saya selalu bilang, kalau sudah dimakan ya jangan dipikir. Penting banget doa sebelum makan itu. Puji Tuhan setelah melewati semua hal dan percobaan bagai bayi yang baru belajar merangkak, kondisi saya sudah lebih baik daripada sebelumnya. Apa kuncinya? 

Make your life so happy although your life not so happy,
 because healthy is worthy. 

    Semoga teman-teman yang masih bergumul dengan sakit GERD lekas sembuh ya. Amin.