Laman

  • HOME
  • LOMBA BLOG
  • ARTIKEL
  • TUTORIAL
  • JUAL SUPERGREENFOOD
Tampilkan postingan dengan label TB. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label TB. Tampilkan semua postingan

Obat TB di Puskesmas Gratis, Lho!

Moocen Susan | Rabu, April 09, 2014 | | | 15 Comments so far
    Kebetulan bapakku sendiri adalah penderita TB. Sebenarnya, bapakku bukan perokok, tapi mungkin beliau tertular orang yang terdeteksi TB saat kumpul-kumpul di arisan atau di warung kopi. Faktor pemicu lainnya yaitu karena kamar bapak lembab dan kurang sirkulasi udara yang baik. 

   Beliau mengidap TB saat aku masih bekerja di luar kota. Waktu itu karena tidak ada yang mengawasi aturan dan jadwal minum obatnya, beliau pernah putus obat. Hal ini disebabkan karena beliau merasa mual serta kurang enak badan setelah minum OAT (Obat Anti Tuberculosis). Selain itu bapak tidak sanggup membayar biaya berobat TB yang pada saat itu belum gratis seperti sekarang. 

   Namun, dengan banyaknya warga miskin yang terkena TB yang tidak mampu untuk berobat, dan untuk mengurangi angka kematian penderita akibat TB, akhirnya pada tahun 1995, pemerintah dengan tambahan bantuan dari luar negeri memberikan bantuan anggaran obat TB gratis kepada masyarakat ekonomi lemah untuk berobat di puskesmas atau rumah sakit pemerintah. 

ilustrasi oleh penulis sendiri

   Dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse chemotherapy) atau pengawasan langsung pengobatan jangka pendek yang direkomendasikan oleh WHO diharapkan para penderita TB tidak mengalami MDR (multi drug resistance) dan bisa disembuhkan.
ilustrasi oleh penulis sendiri
 

    Ketika mengetahui hal ini, aku segera membujuk bapak untuk mau berobat TB kembali. Karena selain gratis, aku ingin bapakku cepat sembuh dan tetap menjaga kesehatannya agar tidak kambuh lagi. 

    Setelah aku resign dari tempat kerjaku diluar kota dan pulang ke kampung halamanku, barulah kami mendapat kartu jamkesmas. Jadi setiap kami berobat ke puskesmas tidak dipungut biaya lagi alias gratis. Cukup dengan menyerahkan fotokopi jamkesmas sebanyak 4 lembar dan membawa kartu jamkesmas yang asli, kami mendapatkan pelayanan kesehatan secara gratis, baik itu di puskesmas maupun rumah sakit pemerintah.

    Hari itu, antrian di apotik cukup lama. Aku mengantri obat TB untuk bapakku. Sejak bapakku sakit TB, akulah yang menjadi PMO (Pengawas Menelan Obat) untuk bapak agar beliau cepat sembuh. 

   Foto rontgen kakek yang buru-buru pergi tadi masih kubawa. (baca kisah serial 1 disini). Syukurlah kakek itu kembali menghampiriku untuk mengambil fotonya: 

Aku : Lho, mbah ini lho foto rontgennya sampai ketinggalan. 

Mbah : Oh iya, aku lupa nduk soalnya terburu-buru. Makasih ya. 

Aku : Iya mbah. Bagaimana jadi periksa tadi? 

Mbah : Nah, itu dia nduk, sudah tutup puskesmasnya. Mbah disuruh kembali besok pagi.

Aku : Oh, kalau begitu besok segera periksa aja mbah. Oya, mbah kok sendirian? Anaknya dimana mbah? Besok suruh nganter anaknya mbah. 

Mbah : Anakku lagi kerja nduk, ya besok aku suruh nganter mbah. Oya nduk, obat TB itu apa saja ya? 

Aku : Kalau bapakku, diberi obat antara lain : INH, Rifampicin, Pyrazynamid  dan Ethambutol pada 2 bulan pertama. Selanjutnya 4 bulan berikutnya diteruskan dengan INH dan Rifampicin. Pengobatannya antara 6-9 bulan. Tapi pengobatan ini bisa lebih lama lho mbah, tergantung hasil pemeriksaan dokternya. 

    Minum obat TB itu harus rutin mbah, kalau minum obatnya blong-blongan nanti  kumannya kebal sama obatnya. Istilah kedokterannya MDR TB (multi drug resistance tuberculosis). Pokoknya jangan sekali-sekali malas minum obat. Sayang kan kalau harus mengulang dari awal. Nah, nanti kalau mbah minum obat ini jangan kaget ya kalau air seni mbah berubah warnanya jadi merah. Tapi tenang mbah, itu wajar kok, karena proses metabolisme obat saja. 

   Tapi sekarang untuk mempermudah pasien meminum obat, keempat jenis obat TB itu digabung menjadi satu pil saja dan obat ini dikenal sebagai Kombinasi Dosis Tetap (KDT). 

sumber : health.detik.com

Mbah : Oh gitu ya nduk. Tapi kira-kira bayar berapa ya nduk periksa TB ini? Uang mbah cuma sedikit nduk, mbah takut ga cukup nanti buat beli obat. 

Aku : Tenang mbah, jangan kuatir. Obat TB di puskesmas sekarang ini GRATIS dari pemerintah. Nah, mumpung gratis, berobatnya sing tenanan mbah. Ben ndang mari. Ya mbah ya. 

Mbah : Oh tenane nduk? Gratis? (sambil memasukkan dompetnya kembali dengan wajah sumringah) 

Aku : Coba lihat tayangan video ini kalau ga percaya : 



Mbah : Oh iya  nduk, :D..  Ya wes besok Mbah langsung capcus periksa ke puskesmas. Makasih ya nduk

   TB bisa disembuhkan, asal disiplin dan tuntas dalam minum obat. Jika Anda menemukan orang yang terjangkit TB dengan gejala-gejala : batuk lebih dari 3 minggu, demam disertai keringat dingin di malam hari, dan nafsu makan berkurang, jangan ragu lagi untuk segera berobat TB di puskesmas atau rumah sakit pemerintah. Mumpung GRATIS, lho.... 

Sumber referensi : 


- www.tbindonesia.or.id
- www.stoptbindonesia.org
- http://dokmud.wordpress.com/2010/03/17/dots-directly-observed-treatment-short-course/


 

Temukan Penderita TB/ Tuberkulosis Sejak Dini

Moocen Susan | Jumat, Maret 28, 2014 | | | 31 Comments so far
sumber: google
    Imbauan akan bahaya merokok bagi kesehatan sudah sering digembar-gemborkan baik itu di iklan media massa, TV, radio, baliho di pinggir jalan, bahkan sampai pada bungkus rokoknya sendiri terdapat imbauan itu. Namun, nampaknya hal itu sering diabaikan oleh para pecandu rokok sendiri. 

    Ketika sedang mengantri di apotik, aku duduk bersebelahan dengan seorang kakek yang membawa foto rontgen. Dia sedang asyik merokok sambil sesekali batuk-batuk. “Orang sakit kok masih merokok saja,” gumamku. 

Berikut ini hasil pembicaraanku dengannya : 

Aku : Mbah, habis rontgen ya? Sakit apa mbah? 

Mbah : Prostat nduk 

Aku : Oh, prostat ? Tapi, mbah lagi sakit kok masih merokok saja? Apa mbah terkena TB ? Setahu saya penyakit ini bisa menyebar dan menyerang prostat lho mbah.

Mbah : BB? Mbah ga punya BB nduk, ora mudeng aku 

Aku : Oalah mbah…mbah! TB mbah... TB! Bukan BB (waduh, musti pake TOA ini ) 

Mbah : Oh, hihi TB to? Maklum nduk, mbah sudah tua, tidak terlalu dengar. Tapi TB itu apa, nduk? 

Aku : TB itu singkatan dari Tuberkulosis, mbah. Hati-hati, itu penyakit menular lho mbah. 

Mbah: Nular? Ah, masa? 

Aku : Lho, mbah e nih enggak percaya. TB itu ya mbah, bisa menular melalui udara, ketika bersin, meludah, atau ketika bicara berhadapan seperti ini tanpa masker. 

    Kebetulan ada temanku yang suaminya perokok berat. Sehari merokok itu bisa habis 2 plat. Padahal mereka punya anak yang masih balita. Pas merokok, asapnya itu mengenai anaknya itu. Sekarang akibatnya anak balitanya itu malah kena TBC. Apa ga kasihan, bapaknya yang merokok malah anaknya jadi korban? Istrinya sampai mengeluh sama saya. Katanya semoga dengan anaknya sakit, bapaknya bisa sadar dan berhenti merokok.


    Pecandu rokok seperti mbah ini bisa rentan terkena TB juga, karena merokok itu bisa menurunkan daya tahan tubuh kita. Sel-sel pernafasan perokok itu rentan terkena gangguan atau kerusakan sehingga pecandu rokok rentan tertular infeksi khususnya TB

   Seseorang yang berdekatan/ terkena asap rokok lebih mudah tertular TB dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Selain itu penyakit ini bisa mematikan lho kalau tidak segera diobati.  

Mbah : Oh, pantesan kamu pakai tutup hidung yo nduk, apa itu tadi namanya? 

Aku : Masker, mbah. Ya, aku pakai masker untuk melindungi diri agar tidak tertular kuman penyebab TB, karena kuman yang masuk dalam tubuh kita bisa berkembangbiak, lamanya dari terkumpulnya kuman sampai timbulnya gejala penyakit itu bisa memakan waktu berbulan-bulan bahkan sampai tahunan. 

Mbah : Kuman apa lagi itu nduk? 

Aku : Nama kumannya itu Mycobacterium tuberculosis

Mbah : Wah jenenge kok angel men, yo? 

Aku : Ya mbah, kuman ini berbentuk batang yang sifatnya tahan asam jadi dinamakan Batang Tahan Asam (BTA). Ini lho bentuknya seperti ini: 
sumber: google

Mbah : Oh gitu, kog ngeri gitu ya bentuknya. Lha itu siapa yang menemukan kuman-kuman itu? 

sumber: wikipedia
Aku : Ini lho mbah tak tunjukkan fotonya ya, namanya Robert Koch, ahli mikrobiologi asal Jerman. Sesuai nama penemunya oleh sebab itu bakteri ini disebut bakteri Koch dan dia juga memberi nama lain pada penyakit TB ini dengan nama Koch Pulmonum (KP). 

    Dia menemukan bakteri ini tepat pada tanggal 24 Maret 1882. Makanya, setiap tanggal 24 Maret diperingati sebagai Hari TB sedunia, mbah. 

    Indonesia sendiri tercatat sebagai negara ke-4 terbesar di dunia dalam kasus TBC. TB cepat menular di daerah yang padat penduduknya.

    Setiap tahun, ada sekitar 9 juta orang terkena TBC dan 3 juta diantaranya tidak mendapat pelayanan medis. Mereka yang tidak terjangkau ini bisa meninggal jika tidak segera ditolong. Sedangkan yang lain yang masih hidup dan terjangkit TB bisa menularkan kuman TB-nya ke orang lain di sekitarnya. 

    Jika mereka yang tidak terjangkau ini tidak segera ditolong maka jumlah pengidap TB akan terus bertambah . 

Mbah : Wah, kasihan betul ya. Lha terus yang tidak terjangkau ini siapa saja nduk? 

Aku : Mereka yang tidak terjangkau diantaranya : 
  1. Pengidap TBC yang tidak mendapat akses kesehatan sama sekali. Penyebabnya misalnya : kemiskinan, terdiskriminasi, tingkat kewaspadaan dan pengetahuan mengenai penyakit TBC yang rendah sehingga tidak tahu kapan dan mengapa harus mencari bantuan tenaga kesehatan, terbatasnya layanan kesehatan dan pendistribusian yang tidak merata, kesulitan ekonomi: biaya pengobatan, biaya transportasi dan hilangnya pendapatan, konflik dan rasa kecurigaan.
  2. Pengidap TBC yang tidak terdiagnosa karena tidak dilakukannya pemeriksaan penunjang diagnosa TBC. Hal ini disebabkan karena gagalnya mengidentifikasi gejala dan tanda penyakit TB, tidak akuratnya alat diagnostik penyakit TBC, dan sulitnya akses ke pemeriksaan penunjang.
  3. Pengidap TBC tidak tercatat apakah sudah diobati atau belum meski sudah terdiagnosa . Hal ini disebabkan karena tidak adanya kerjasama dokter pribadi, laborat, rumah sakit, dan layanan kesehatan publik atau pemerintah atau lembaga non pemerintah , lemahnya sistem pencatatan/ pelaporan. Tidak adanya suatu kewajiban untuk pelaporan kasus penyakit TBC oleh para penyelenggara layanan kesehatan 
Oya, kalau boleh tahu mbah ini usianya berapa ya? 
 
Mbah : Aku? Aku masih sweet sepentin (17)
Aku : Ah ngarang ah mbahe ini :D. Masa sweet seventeen kok rambutnya udah putih semua. Ini uban apa semiran?
Mbah: Hihi, kamu bisa aja nduk. Umurku 54 tahun, nduk

Aku : Nah, cocok itu. Biasanya TB menyerang usia-usia produktif antara 15-55 tahun. 
Mbah : Wah jangan nakut-nakuti mbah to nduk. Terus, gejalanya itu apa saja nduk kalau kena TB ini?
Aku : Gejalanya macem-macem mbah. Umumnya itu batuk lebih dari 3 minggu, demam disertai keringat dingin di malam hari, nafsu makan berkurang akibatnya jadi lemas dan berat badannya menurun. Badannya jadi kurus mbah.
Nah, selain itu juga ada gejala khususnya, diantaranya : 
- Nyeri dada : jika terdapat cairan di rongga pembungkus paru-paru/ pleura 
- Sesak nafas/ mengi : bila terjadi sumbatan pada saluran yang menuju ke paru-paru (bronkus) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar 
- Keluar nanah : Jika infeksi mengenai tulang dimana membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya. 
- Meningitis pada anak yang mana gejalanya adalah demam tinggi, kejang-kejang, dan tak sadarkan diri 

Mbah: Wah aku juga pernah merasakan gejala itu nduk. Aku pikir malah batuk biasa. Sampai aku obati jeruk nipis sama kecap. Tapi kok tidak sembuh-sembuh juga.  Jangan-jangan aku memang sudah terkena TBC ya nduk? Aduh, kok malah jadi takut begini aku. Lalu apa langkah yang perlu kita lakukan kalau menemukan orang yang terjangkit TB

Aku : Pertanyaan yang bagus, mbah. Langkah yang perlu kita lakukan jika menemukan pasien TB yaitu : 
pinjam & edit gambar oleh penulis sendiri

  1. Bawa pasien segera berobat ke dokter supaya cepat mendapat pengobatan secara rutin. 
  2. Awasi minum obat secara ketat
  3. Beri makanan bergizi pada pasien TB
  4. Sirkulasi udara dan sinar matahari di rumah harus baik.
  5. Hindarkan kontak dengan percikan batuk penderita
  6. Jangan menggunakan alat-alat makan/minum/mandi bersamaan. 
Mbah : Wah, berarti selama ini aku termasuk pasien yang tidak terjangkau yang tidak tahu apa-apa tentang TB. Untung kamu beritahu nduk, wes kalau begitu tak ndang periksa meneh ah selak kasep.
Aku : Lho mbah…mbah.. foto rontgennya ketinggalan.

Mbah : Titip duluuuu…(Kakek itu langsung membuang puntung rokoknya dan lari ke ruang dokter SPPD sampai sarungnya hampir lepas.) 
   Temukan penderita TB lainnya yang  mungkin ada di lingkungan sekitar kita, bisa teman, kenalan, atau bahkan anggota keluarga kita sendiri. 
   Segera bawa ke rumah sakit agar penderita TB dapat ditangani dan disembuhkan. Penangan sejak dini dapat membantu mengurangi angka kematian penderita akibat TB di dunia. 
   Bergabunglah dengan forum STOP TB Partnership yang dapat diakses melalui: 

   Dukung dan suarakan aksi peduli TB dengan menemukan orang-orang yang terjangkit TB. Mari, kita dukung gerakan Indonesia bebas TB mulai sekarang. 

Sumber referensi : 
- http://www.tbindonesia.or.id
- http://www.stoptbindonesia.org
- http://www.tanyadok.com