Jumat, 15 November 2013 aku kembali mengantar bapakku check up ke RSU untuk perpanjangan obat Harnal (obat prostat). Pagi itu semua surat-surat sudah kusiapkan, aku pun bergegas mengayuh sepeda memboncengkan bapak ke RSU. Sesampainya di sana, aku turunkan bapakku di depan lobby RSU dan aku tinggal pergi sebentar untuk print buku tabungan ke Bank yang berjarak 15 meter dari Rumah sakit.
Sampai di Bank ternyata nasabahnya cukup banyak, jadi mau tak mau aku harus ikut mengantri. Kira-kira setengah jam kemudian, aku baru dilayani. Aku tak menyangka setelah keluar dari Bank dan kembali ke rumah sakit ternyata bapakku sudah ada di depan apotik dengan wajah kesal karena menungguku lama. Beliau tak jadi periksa ke dokter karena surat rujukan dari puskesmas sudah kadaluwarsa.
Aku pun terkejut, karena biasanya surat rujukan itu berlaku 3 bulan. Toh di suratnya tidak ada masa berlakunya. Kulihat jam sudah pukul 10.00 WIB. Dan loket pendaftaran sudah tutup karena hari Jumat. Aku bingung dan kesal juga. Kenapa hal ini bisa terlewat dari pemikiranku. Biasanya aku sangat memperhatikan hal-hal kecil tapi mungkin karena akhir-akhir ini aku sibuk, jadi sempat teledor dan lupa kalau sudah bulan November dan mungkin ada peraturan baru tentang masa berlaku rujukan yang hanya sebulan itu.
Kami pulang kerumah dengan agak kecewa. Padahal obat bapak tinggal 2 butir. Untuk hari Sabtu dan Minggu. Senin sudah tidak ada obat lagi. Obat tersebut harus dikonsumsi rutin dan tidak boleh blong meski sehari saja, Aku tak berhenti menyalahkan diri dan keadaan. Tapi apa mau dikata, ga ada cara lain selain besoknya aku harus berangkat lebih pagi ke puskesmas dulu baru ke RSU.
Keesokan harinya….
Aku bangun lebih pagi dan mulai menunggu tukang sayur lewat depan rumah, karena pasar dekat rumahku belum buka. Aku tunggu-tunggu setengah jam tidak ada yang lewat oh mungkin masih pagi pikirku. Karena putus asa, aku kembali ke rumah dan memasak nasi dulu. Pikirku kalau ga dapat sayur pagi ya sudah aku makan pake kecap dan telur saja, tapi pasti mudah lapar karena jarak puskesmas cukup jauh. Aku butuh energi ekstra kesana. Aku doa pada Tuhan, “Tuhan, mbuh lo ya aku harus ke puskesmas hari ini, tolong ah Tuhan kasih aku kekuatan mbok yao dapat sayur biar bisa makan bergizi jadi kuat nganter bapakku.”
Selesai doa, aku kembali ke depan rumah dan beberapa saat kemudian tukang sayur lewat naik sepeda motor. Syukurlah aku berhasil menghentikannya dan mulai memasak.
Setelah mandi dan sarapan, kami pun berangkat naik sepeda ke puskesmas selama 30 menit perjalanan.
Sampai di puskesmas antri lagi, dan kami dapat surat rujukannya. Dalam perjalanan ke RSU aku mampir ke pasar dulu beli pisang. Setelah itu aku fotokopi surat rujukan dan ke RSU. Sungguh hari yang cukup melelahkan dan penuh ujian kesabaran.
Sialnya sampai di loket, ada masalah lagi. Surat rujukannya belum distempel. "Hah???"
Marah, kesal, capek campur jadi satu. Bagaimana mungkin seorang pegawai bisa teledor seperti ini. Human error? Ok lah aku juga salah karena aku tidak teliti. Karena biasanya sehabis menerima surat rujukan dari puskesmas ya tidak pernah ada kejadian lupa distempel. Mau tak mau aku harus kembali ke puskesmas lagi yang jaraknya jauh banget.
"Naik sepeda gitu loh, kalau naik brompit mending mak wer… wah capek banget yooo… mana boncengin bapak juga. Duh latian sabar. Untung tadi pagi aku makan banyak banget plus beli pisang."
Waktu tinggal setengah jam lagi karena bentar lagi loket rumah sakit tutup. "Wah nyandak gak yo? Nanti jangan2 sudah dapat stempelnya eh malah tutup loketnya kan ga jadi berobat lagi? Heran 2 hari ini ada aja halangan. Serasa dikerjain setan."
Dengan mengumpulkan sisa tenaga dan kesabaran aku kayuh sepeda dan bekerjaran dengan waktu. Sambil mengayuh aku terus mengomel dan kesal. Bapakku menenangkanku dan aku pun mencoba mengendalikan diri. Setelah sampai di puskesmas dan dapat stempel kami kembali ke RSU. Tapi di tengah jalan ada halangan lagi. Jalannya penuh dengan parade, entah parade apa banyak anak sekolah jalan kayak karnaval gitu. Duh bisa telat ke RSU nih, akhirnya aku menerobos saja kerumunan orang itu.
Badan sudah capek, keringetan, dan haus, untung masih kuat. Hari yang benar-benar melelahkan dan cukup melatih kesabaran tingkat dewa. Banyak hal yang dapat kuambil hikmah dibalik semua ini, diantaranya harus lebih teliti, dan satu hal positif yang bisa kuambil yaitu eh itung-itung olahraga bolak balik puskemas ke RSU ngenjot sepeda. Untungnya lagi ga hujan deras, setelah sampai RSU baru hujan, Oh Tuhan menyertai kami. Sampai di RSU aku tenger-tenger kecapekan, lalu aku teguk sebotol air mineral yang kubawa dari rumah. Benar-benar capek.
Sampai di dalam ruang periksa, ternyata surat dari loketnya salah nulis, harus nya ke poli bedah eh salah nulis poli dalam. Aku harus kembali ke loket pendaftaran untuk membetulkan. Kalau dipikir ini yang salah pegawainya kok yang repot pasiennya? Sampai di loket pendaftaran malah ngomel lagi petugasnya, “wong karek nyoret wae ndadak mrene to mbak..mbak?” Haduh kita kan nurut sama prosedur kok jadi kita yang susah ya. Untunglah setelah semua kejadian itu terlewati tak ada lagi aral melintang. Obat sudah kami dapat untuk 15 hari ke depan. Dan kami pulang ke rumah.
Dengan mengumpulkan sisa tenaga dan kesabaran aku kayuh sepeda dan bekerjaran dengan waktu. Sambil mengayuh aku terus mengomel dan kesal. Bapakku menenangkanku dan aku pun mencoba mengendalikan diri. Setelah sampai di puskesmas dan dapat stempel kami kembali ke RSU. Tapi di tengah jalan ada halangan lagi. Jalannya penuh dengan parade, entah parade apa banyak anak sekolah jalan kayak karnaval gitu. Duh bisa telat ke RSU nih, akhirnya aku menerobos saja kerumunan orang itu.
Badan sudah capek, keringetan, dan haus, untung masih kuat. Hari yang benar-benar melelahkan dan cukup melatih kesabaran tingkat dewa. Banyak hal yang dapat kuambil hikmah dibalik semua ini, diantaranya harus lebih teliti, dan satu hal positif yang bisa kuambil yaitu eh itung-itung olahraga bolak balik puskemas ke RSU ngenjot sepeda. Untungnya lagi ga hujan deras, setelah sampai RSU baru hujan, Oh Tuhan menyertai kami. Sampai di RSU aku tenger-tenger kecapekan, lalu aku teguk sebotol air mineral yang kubawa dari rumah. Benar-benar capek.
Sampai di dalam ruang periksa, ternyata surat dari loketnya salah nulis, harus nya ke poli bedah eh salah nulis poli dalam. Aku harus kembali ke loket pendaftaran untuk membetulkan. Kalau dipikir ini yang salah pegawainya kok yang repot pasiennya? Sampai di loket pendaftaran malah ngomel lagi petugasnya, “wong karek nyoret wae ndadak mrene to mbak..mbak?” Haduh kita kan nurut sama prosedur kok jadi kita yang susah ya. Untunglah setelah semua kejadian itu terlewati tak ada lagi aral melintang. Obat sudah kami dapat untuk 15 hari ke depan. Dan kami pulang ke rumah.