Laman

  • HOME
  • LOMBA BLOG
  • ARTIKEL
  • TUTORIAL
  • JUAL SUPERGREENFOOD

Tulisan Saya di Gagasan Jawa Pos

Moocen Susan | Sabtu, Februari 15, 2014 | 10 Comments so far
    Senang sekali rasanya tulisan saya yang kesekian kalinya di Gagasan Jawa Pos akhirnya bisa dimuat dengan sukses. Buat yang tidak langganan koran Jawa Pos kayak saya. Berikut ini saya tulis ulang versi asli tulisan saya yang dimuat hari ini. 

Hemat Kertas, Kurangi Sampah 

    Saya cukup senang dan terbantu dengan banyaknya fasilitas ATM khususnya BRI yang ada di kota saya. Seperti biasa ketika saya mengambil uang di ATM tersebut saya melihat banyak sekali kertas struk yang berceceran di dekat tempat sampah yang ada di ATM. Hm, meski sudah ada tempat sampah masih ada saja kertas yang tercecer artinya para pengguna fasilitas ATM tadi membuang kertas itu asal saja tidak memasukkan ke tempat sampah dengan benar. Jika tahu seperti itu biasanya saya masukkan kertas kertas bekas struk itu ke tempat sampah. 

    Awalnya saya hanya bergumam dalam hati. Sayang juga ya kalau kertas struk itu dibuang begitu saja. Kertas struk yang berguna sebagai bukti segala kegiatan yang berhubungan dengan pemakaian ATM itu menjadi mubazir ketika dibuang ke tempat sampah. 

    Apa yang saya pikirkan sepertinya mendapat jawaban ketika beberapa minggu kemudian saya kembali mengambil uang di ATM. Saya sempat terkejut karena setelah uang saya ambil, ternyata kertas struk itu tidak keluar. Demikian terjadi hal yang sama terus menerus ketika saya mengambil uang lewat ATM. Pikir saya, “Apa kertasnya habis atau sengaja tidak ada lagi kertas struk demi penghematan kertas?” Tapi meskipun demikian di layar ATM tertera pemberitahuan sisa saldo uang saya. 

    Ya, saya rasa dengan tidak keluarnya kertas struk itu lebih baik daripada boros kertas. Lagipula saya kan butuhnya untuk mengetahui sisa saldo dan uang yang kita ambil bisa keluar. Kalau cuma kertas struknya aja yang ga keluar sih ga masalah. Kalau uangnya atau kartu ATM yang ga keluar, itu yang bikin cemas. (Agustina Dian Susanti, warga Blora, Jawa Tengah – Anggota Komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis Semarang dan Kumpulan Emak Blogger)

Akhirnya Tulisanku Dimuat

Moocen Susan | Sabtu, Februari 15, 2014 | 22 Comments so far
    Pagi ini iseng-iseng saya buka daftar catatan keluar tulisan saya tentang naskah yang pernah saya kirim ke media massa. Hasilnya banyak gagalnya!! Hiks.. 


    Lalu saya mencoba mengalihkan perhatian saya untuk belajar desain. Bila belum ada order desain blog biasanya saya belajar photoshop atau iseng menulis di blog. Pas lagi asyik-asyiknya utak utik template blog, eh ada colekan dari temanku mbak Laila di facebook. 

Saya agak kaget kok dia bilang “Selamat ya…? Karena penasaran akhirnya saya klik pemberitahuan facebook saya. Rasanya hampir tak percaya, tulisan yang baru saya kirim ke Gagasan Jawa Pos kemarin siang akhirnya dimuat hari ini. Saya senang sekali, itu adalah tulisan saya kesekian kalinya ke Gagasan yang berhasil dimuat. Baca disini

    Jujur dulu saya sempat ngambek tak mau kirim ke media karena tulisan saya gagal dimuat mulu. Teman-teman saya banyak yang memotivasi untuk terus menulis. Waktu itu saya jawab, "Saya lebih suka desain daripada menulis." Tapi entah mengapa kemarin saya jadi kepengen nyoba menulis lagi. Saya pun mencoba bertanya ke mbak Arinta yang pernah share postingan tulisannya dan syarat kirim tulisan ke Gagasan jawa pos di blognya. 

    Berbekal informasi itulah akhirnya saya mencoba mengumpulkan tekad dan semangat saya untuk kirim tulisan ke media. Ada tiga hal yang saya tangkap dari kunci dimuatnya tulisan di media ini yaitu buatlah tulisan yang inspiratif, menarik, dan aktual. Awalnya saya sempat ragu, tapi karena saya iseng saja dan tak berpikir untuk berhasil dimuat (karena sudah sering gagal) jadi saya ga berharap banyak. Tapi Tuhan berkehendak lain. Tulisan saya kali ini benar-benar dimuat. Horeee…. 

    Karena saya tidak pernah langganan koran Jawa Pos, jadinya hanya ambil foto surat kabarnya dari teman. Makasi mbak Iza..:) Saya pakai nama lengkap saya Agustina Dian Susanti disitu (harus sesuai KTP) hihi. 


    Oya, buat yang mau kirim tulisan ke Gagasan berikut ini syaratnya : 
1. Tulisan diketik dengan ukuran kertas Folio 
2. Bentuk huruf Times New Roman
3. Ukuran huruf : 12 pt 
4. Spasi 1.5 (Ctrl+5) 
5. Jumlah kata : 250 kata 
6. Kirim tulisan via email ke : opini@jawapos.co.id 
7. Subyek : Rubrik Gagasan 
8. Tulis Biodata Anda di akhir naskah meliputi : (Nama lengkap, Alamat, No.Telp, No. Rekening Bank, No. KTP, No.NPWP –kalau ada) 

Ok. Selamat mencoba juga ya. Semoga berhasil :)

Menghargai Waktu Orang Lain

Moocen Susan | Kamis, Februari 13, 2014 | 4 Comments so far
      Dulu saya suka bertanya kepada seseorang tentang sebuah cara, hingga akhirnya sebuah jawaban terlontar “Mbak, cari saja di google ya!” 

     Waktu saya mendapat jawaban seperti itu ada sedikit rasa kecewa di hati saya. Tetapi lambat laun saya pun akhirnya mengerti kenapa dia berkata seperti itu. Ternyata dulu saya egois tanpa saya sadari. Saya mengkondisikan diri saya sebagai orang yang membutuhkan jawaban praktis dan saya menganggap teman yang saya tanyai itu adalah “robot/kamus/ klinik 24 jam nonstop yang bisa dengan mudah saya tanyai kapanpun saya mau.” 

    Disinilah letak keegoisan saya awalnya. Saya lupa bahwa mereka juga manusia dan punya kesibukan sendiri, jadi tidak 100% bisa standby di depan komputer hanya untuk membantu saya. Sebagian besar teman-teman saya adalah ibu-ibu dan mereka punya kesibukan layaknya ibu rumah tangga & wanita karier namun produktif dalam menulis. Dan terkadang lampu obrolan di facebook menyala. Tapi jangan dikira dengan nyalanya lampu obrolan artinya mereka standby di depan komputer dan melototin inbox. Tidak selalu begitu. 

    Ketika kita ingin jawaban praktis kita lupa kalau orang yang kita tanyai itu juga harus menyisihkan waktunya untuk bekerja dan untuk menjawab pertanyaan kita yang kadang sudah ada jawabannya kalau kita mau sedikit "repot" berusaha mencari toh untuk kepentingannya sendiri kan? 

    Saya sendiri pakai 2 media ketika online, satunya PC dan satunya HP. HP saya bisa dipakai internetan dan menyala (always on) meski saya sedang tidur. Jadi kebanyakan orang berpikir bahwa saya online terus dan tak ada istirahatnya. Bahkan ada yang bertanya kepada saya, “Kamu kok online terus to? Ga kerja apa?” 

   Kalau sudah bahas masalah itu rasanya mulai agak sensi saya, lha saya kan kerjanya online. Dipikir mainan facebook setiap hari seperti orang ga punya kerjaan lain? Rasanya pengen jelasin tapi kok ya percuma jadinya singkat saya jawab pake always on nya tri. Teman saya pernah bilang jangan selalu ingin dimengerti oleh orang lain dan berusahalah mengerti orang lain. 

   Sehubungan dengan hal ini akhir akhir ini saya agak terganggu dengan banyaknya pertanyaan tentang GERD yang mana untuk menjawabnya sudah saya tulis semua di blog saya ini. Banyak pasien GERD yang bertanya kepada saya tips-tips buat sembuh. Awalnya saya sediakan waktu untuk menjawab mereka baik lewat sms maupun telepon, tapi lama kelamaan yang bertanya makin banyak, padahal mungkin gejala mereka lebih ringan dibanding saya dulu. 

    Untuk mengatasi rasa capek saya menjawab setiap pertanyaan, akhirnya saya coba tulis diblog semuanya dari awal saya sakit, gejala yang saya rasakan hingga makanan pantangan sampai tips tipsnya komplit beserta cara sembuhnya saya. Tapi tetep saya tidak bisa menyamakan kondisi setiap orang dengan kondisi saya, dan obat obat yang saya minum juga tidak bisa saya rekomendasikan ke mereka karena takut tidak cocok, saya hanya berbagi pengalaman apa yang saya alami. 

   Saya rasa sudah cukup semua penjelasan yang saya tulis di blog. Saya bukan dokter dan saya merasa kewalahan dengan semua pertanyaan itu, Mengapa tidak mau membaca tulisan saya di blog saja? Malas membaca atau lebih suka mendengarkan langsung? Bukannya mau sombong atau apa, saya juga manusia dan punya batas kelelahan tersendiri. Saya menulis di blog tujuannya supaya tidak berulangkali menjelaskan kepada masing-masing orang. Bukankah ada dokter yang sudah menangani pasiennya sendiri? 

   Saya mohon maaf sekali jika saya tidak bisa lagi melayani pertanyaan tentang GERD. Tolong hargai orang lain juga. Jangan ingin dimengerti terus tapi mengertilah keadaan orang lain juga. Kini saya memahami bahwa kita harus jadi orang yang mandiri tidak selalu ingin ditatih untuk berjalan. Saya sungguh tidak ingin stress lagi dengan terlalu mengkuatirkan keadaan orang lain seperti dulu. Bahkan sebenarnya mereka itu sudah punya solusi yang tidak mereka sadari dan lebih yakin kalau dimotivasi orang lain. 

    Jika tak ada seorang pun yang bisa dimintai motivasi mengapa tidak mencoba memotivasi diri sendiri? Karena kesembuhan semuanya datang dari diri sendiri mau niat sembuh atau tidak, ada harga yang harus dibayar. Artinya mau sembuh tapi makan ga mau dijaga, pikiran stress terus, maunya makan enak tapi ga kambuh supaya bisa makan sembarangan lagi. Fisik kita terbatas. Dan kondisi tiap orang hanya orang yang bersangkutan yang tahu. Tanya si boleh tapi kira kira donk :)

Selektif Memilih Teman

Moocen Susan | Rabu, Februari 12, 2014 | 4 Comments so far
    Canggihnya kemajuan teknologi membuat kita dengan mudah berkomunikasi dengan orang lain. Salah satunya adalah facebook. Kok facebook lagi? Hehe, akhir akhir ini jadi sering bahas facebook ya. Ada masalah dengan facebook? Sedikit. Saya mulai buat akun facebook sejak tahun 2009 dan mempunyai banyak teman dari berbagai macam karakter dan daerah. Tiap ada permintaan pertemanan, bukannya sulit untuk saya approve. Tapi karena beberapa waktu yang lalu sempat ada sedikit masalah dengan seseorang membuat saya jadi trauma untuk langsung menerima pertemanan seseorang. 

    Saya agak paranoid dengan akun-akun palsu dan yang memiliki teman sedikit atau berkronologi singkat. Apalagi baru beberapa jam yang lalu buat akunnya. Nama nama yang tidak lazimnya nama orang, profil tidak jelas membuat saya enggan untuk menerima pertemanan. Bahkan ada juga akun facebook cowok diganti akun facebook cewek, Ini juga bikin saya eneg. Kenapa si harus misterius gitu? Saya paling males berhadapan dengan orang yang misterius. Karena saya suka keterbukaan, kejujuran dan apa adanya. 

    Awalnya saya tidak pernah mengunci wall facebook saya dan mengijinkan semua teman saya untuk bebas posting di wall, tapi gara gara kejadian semalam membuat saya harus bertindak super preventif demi keamanan privasi saya sendiri. Ada orang yang baru saja saya terima pertemanannya menulis status langsung di kronologi facebook saya dan mencoba mempermalukan saya di muka umum dengan kata katanya. Rupanya dia tersinggung ketika saya menanyakan asal usulnya dan bagaimana ia mengenal teman yang sama di facebook saya itu. Saya pikir wajar donk saya bertanya. Bahkan mau melamar kerja saja pasti kan juga ditanya profilnya. Setelah saya bertanya pada teman saya yang juga berteman dengannya di facebook ternyata teman saya juga tidak kenal (dia asal approve). Nah lo.. ?

    Pergaulan yang buruk bisa merusakkan kebiasaan yang baik dan pesan Mario Teguh akan selalu saya ingat, bahwa orang yang bergaul dengan orang yang tidak baik menjahati dirinya sendiri. Tidak baiknya karena tidak sopan. Jam 2 pagi bangunin orang tidur, yang kedua lancang karena langsung nulis di kronologi saya padahal bicara via inbox juga bisa. Saya pikir ini orang sudah terlihat ga baiknya. Saya tanya via inbox kenapa dia posting di wall fb jawabannya ? karena saya ketakutan akhirnya saya blokir. Dari awal sudah ga enak perasaan saya, jadi trauma itu muncul lagi. 

Dinding facebook kita ini bisa dibaca oleh semua teman-teman kita, apapun yang kita tulis ataupun ditulis orang lain semua bisa baca. Mudah untuk ngetik dan klik langsung kirim semua baca. Hal hal seperti ini membuat orang yang tadinya dipercaya jadi tidak bisa dipercaya. Saya sebenarnya suka berteman asal jelas. Males banget euy di misteriusi mulu. Capek…

Kertas Putih dan Setetes Tinta

Moocen Susan | Selasa, Februari 11, 2014 | 8 Comments so far
  Judulnya kayak cerpen ya? Hihi… hari ini saya mau mengemukakan tentang sebuah perumpamaan. Kertas putih dan setetes tinta. Anggap saja kertas putih itu kebaikan seseorang dan setetes tinta adalah noda / kejelekan orang lain. Hidup ini memang tak selamanya mulus. Roda itu berputar, manusia bisa mudah berubah karena labil. Kadang teman baik pun bisa sewaktu waktu jadi musuh dalam selimut atau bahkan serigala berbulu domba. Nampak baik di depan tapi di dalam hati mengandung sebongkah dendam yang siap meledak kayak bom sewaktu-waktu. 

  Teman saya pernah bilang pujian adalah teror. Kenapa? Karena bisa jadi hari ini dia memuji muji mu tapi dilain waktu dia bisa dengan mudah menyalahkanmu hanya karena masalah sepele. Manusia itu ga ada yang sempurna. Teman bisa jadi lawan dan lawan bisa jadi teman. Wah diwolak walik grempyang. Jangan memuji seseorang terlalu lebay, yang pada akhirnya jika ia punya salah kita persalahkan sampai dalam banget. Manis di mulut belum tentu dalamnya juga sama. Hatinya maksudnya. Ketulusan dari hati bisa terpancar di wajah, namun bibir yang menipu dan bermuka dua tak bisa mengelabui perasaan orang lain.

  Ada orang yang manis dan santun ketika bertutur kata namun hatinya mengandung maksud terselubung. Macam macam karakter orang, tapi saya yakin orang seperti itu ga tahan lama kalau berteman. Hari ini dia bisa bergesekan dengan si A, lain waktu si B , si C , si D pun juga akan menghadapi hal serupa. Akibatnya semua nya kena. 

 
Kembali ke masalah kertas putih dan tinta. Selagi masih jadi teman baik dan merasa hubungannya baik baik saja suatu ketika mendapati bahwa temannya itu punya salah sedikit saja wah langsung dendam mulai mengakar di hatinya. Parahnya lagi kalau dia seorang penggosip sejati dan suka bikin status di facebook. Orang yang tadinya tidak tahu apa-apa jadi ikut-ikutan terkompori. 

  Di facebook kita masing-masing itu kan banyak teman pastinya. Dalam menulis status di facebook kita perlu berhati-hati. Jangan mudah menulis status yang memicu perdebatan. Jika ada masalah dengan orang yang bersangkutan ga perlu nyindir di facebook. Langsung aja inbox ke orangnya kan beres, ga perlu orang ketiga tahu. Itu sikap dewasa namanya. 

   Teman saya juga pernah bilang, kalau lagi emosi jangan main facebook. Ada benernya juga. Karena kalau kita lagi emosional terus nulis status di facebook otomatis orang lain pasti ada yang kepo. Kenapa mbak/ mas? Nah dari situ mulai deh curhat, tapi curhatnya dibaca orang banyak. Masalah kecil bisa jadi besar kalau banyak yang ikut campur. 

   Bijaklah dalam berjejaring sosial demi terciptanya keadaan yang aman dan damai. Jangan mudah memperkeruh suasana dengan memicu perdebatan.

Tulus atau Modus?

Moocen Susan | Senin, Februari 10, 2014 | 12 Comments so far
Terinspirasi dari blog teman yang menulis tentang "romantisme palsu", membuat saya jadi inget kejadian serupa pernah menimpa saya juga. Teman lama ga pernah akrab waktu sekolah. Ya cuma kenal-kenal biasa aja, dan lama jadi teman facebook saya tapi juga ga pernah bertegur sapa hingga sampai pada suatu ketika dia menyapa saya seakan kami sudah sangat akrab. Tiba-tiba dia pengen dolan ke rumah saya. Jujur saya kalau sudah dijanji mau didolani tuh senengnya luar biasa karena maklum saya kuper dan jarang ada yang dolan. Ini ada temen lama niatnya dolan. 

Saya sih ga mikir apa apa, sampai saya ga sengaja buka profil pekerjaan dia di akunnya. Eh, lhadalah saya baru ngeh kenapa tiba-tiba dia mau dolan ke rumah saya. Bisa ditebak dia mau prospek saya. Saya sih ga mau negative thinking dulu awalnya, kemudian saya pancing dia mengapa tiba-tiba mau dolan. Dari obrolan via inbox kami, saya jujur dan terbuka mengatakan kondisi saya. Mungkin pikirnya dia wah ini orang ga bisa diprospek karena keadaannya. Eh bener dugaan saya, sampai detik ini dia ga pernah lagi hubungi saya dan janji mau dolan itu pun batal begitu saja. 

Yang kedua lucu lagi, ada teman facebook dia add pertemanan saya, mungkin asal add aja. Dan tak pernah ngobrol tiba tiba minta dukungan like karena ikutan lomba. Saya sih gampang kalau cuma like tinggal klik aja, tapi melihat cara dia saya kok jadi ilfeel. Kayaknya ngebet banget minta like demi menang lomba. Sampe dikasih tutorial cara likenya. Setelah saya like dia inbox lagi katanya cara like saya salah harus begini begini. Setelah saya like dia memberikan doa nya agar saya sukses jualan. Perasaan saya ga jualan tapi desain. Ni orang ketahuan banget kalau berteman cuma kalau ada maunya aja. 

Teman-teman seperti ini cenderung egois. Hanya mikiri keuntungannya sendiri. Dan kalau menurut saya pribadi ga enak berteman kalau ada maunya aja. Dalam berteman perlu adanya ketulusan. Berteman itu jangan hanya pas Anda butuh like aja/ cari referral/member aja, pasti akan kelihatan palsunya. Kalau kita berteman dengan tulus dengan seseorang percaya deh, ga usah “minta-minta” pasti otomatis jika kita tulus maka tanpa dimintapun teman-teman Anda akan langsung like sendiri/ join sendiri dengan bisnis yang Anda tawarkan. 

Kembali ke niat kalau dari dalam dirinya niat maka ga perlu dipaksa pasti dengan senanghati melakukannya. Ga enak lho dipaksa itu. Jangan sampai kita menodai pertemanan dengan keegoisan kita, hukuman terbesarnya bisa diblokir akun facebooknya kalau dirasa mengganggu sekali. Nah lho, berkurang deh temennya. Ga mau kayak gitu kan?