Laman

  • HOME
  • LOMBA BLOG
  • ARTIKEL
  • TUTORIAL
  • JUAL SUPERGREENFOOD

Detik-Detik Terakhir Bapakku

Moocen Susan | Kamis, Maret 12, 2015 | 60 Comments so far
   Rabu, 4 Maret 2015 siang, bapak merasa badannya lemas. Memang akhir-akhir itu bapak sudah kehilangan selera makannya. Dan menjelang sore bapak semakin gelisah dan memintaku membawanya ke rumah sakit untuk opname. Jam menunjukkan pukul 15.00 WIB. 

   Murid lesku sudah datang sedangkan kondisi bapak makin drop. Perasaanku tak enak maka segera aku bilang kepada orangtua murid lesku untuk menunda lesnya karena aku harus antar bapak opname. 

   Segera kusiapkan beberapa pakaian bapak dan pakaianku serta surat surat, obat-obatan bapak kemudian memanggil becak. Nafas bapak makin sesak dan lemas karena tidak ada asupan makan yang masuk ke lambungnya. 

   Aku menelepon adikku agar dia pulang ke Blora. Sampai di UGD, bapak langsung diperiksa tekanan darahnya dan diinfus. Sambil menunggu dipindahkan ke kamar pasien aku terus mendampingi bapak. Kulihat bapak sudah agak mendingan karena sudah diinfus. 

   Beberapa pasien masuk UGD dan ada 1 pasien yang baru masuk UGD sudah dinyatakan meninggal. Aku mendaftarkan bapak sebagai pasien rawat inap dengan menyerahkan kartu BPJS kepada petugas. Untung ga usah pake rujukan faskes 1. 

    Ketika bapak dipindahkan ke kamar pasien, ternyata di kamar itu ada 4 bed yang kosong, di kamar itu pasiennya cuma bapak. Jadi lebih tenang. Kira-kira jam 9 malam adikku baru datang ia capek karena naik motor sendirian dalam keadaan hujan deras. Karena aku kasihan adikku, maka yang menjaga bapak di malam hari cuma aku, sedangkan adikku bertugas belikan aku makan dan pulang ke rumah mencuci baju bapak dan aku. Adiku ga kuat kalau ga tidur semalaman maklum dia kerja keras juga.

   Sejak diinfus bapak masih belum mau makan. Dan yang terjadi berikutnya adalah bapak mengeluh pengen BAK dan BAB sekaligus. Jadi aku bolak balik antar bapak sambil pegang infus ke toilet di kamar pasien. Aku sudah memberitahu perawat apa tidak dipasang selang kateter aja biar bapak ga capek bolak balik toilet? Tapi perawatnya bilang dokter belum datang jadi nunggu besok diperiksa dokter dulu baru dipasang selang. Akhirnya bapak harus mencoba bertahan dalam semalam 15x bapak bolak balik toilet. Sedangkan beliau susah BAB maupun BAK. 

    Esok harinya dokter datang dan memeriksa bapak. Barulah dokter menyuruh pasang kateter dan merencanakan USG. Di awal dipasangi kateter air seni bapakku lancar dan berwarna kuning. Tetapi kemudian bapak mengeluh sakit saat BAK. Ternyata ada pendarahan di air seninya. Aku segera melaporkan pada perawat. Tapi perawat bilang itu mungkin karena bapakku kurang minum air putih. Dan perawat menyuruhku sementara mengompres dengan air dingin di perut bawah bapak dekat kelaminnya. 

    Dalam kesakitannya bapak menyanyi lagu"Yesus Juruselamatku kutunggu datangMu." Itu saja yang diucapkannya berkali kali. Ketika kutanya bapak dimana ini? Bapak bilang ini di gereja, kadang bilang ini di rumah, bapak mau pake sepatu atau sandal? Pengen kerumah sakit? Padahal sudah di rumah sakit dan diopname. Dan sekali lagi kami harus menunggu dokter memeriksa bapak keesokan harinya. Aku cuma berharap besok segera dilakukan USG agar ketahuan penyakit bapak.

    Memang dulu bapak pernah kena infeksi/ pembengkakan prostat. Tapi sayang, dokter yang kemarin memeriksa bapak tidak datang dan digantikan dokter jaga. Waktu saya tanya kapan bapak bisa di USG? Dokter itu malah menunda rencana USG, katanya karena bapak masih sesak nafas kondisinya tidak memungkinkan untuk di USG. Jadi? Haruskah menunggu bapak stabil nafasnya? Kapan? 

   Setiap hari bapakku memang sesak nafas. Aku tidak tega melihat bapak makin menderita karena pendarahan dan sakit waktu pipis. Aku merasa gelisah dan akhirnya menanyakan ke perawat bukankah kemarin dokter yang pertama menjadwalkan USG? Lalu kenapa dokter jaga ini malah menunda? Kesal campur gelisah, aku mendesak perawat untuk segera mengonfirmasi kepastiannya. Perawat bilang memang sudah diajukan ke bagian USG, menunggu dokter USG datang. 

   Lega aku rasanya. Setelah beberapa saat perawat meminta bapak untuk minum air yang banyak sebelum USG. Dengan semangat aku membantu bapak minum air putih. Aku berharap semoga cepat ditemukan solusinya. Bapak masih kesakitan dibawa keruang USG. Dokter USG langsung datang dan mulai melakukan USG. Perut bapak diberi semacam gel dan terasa dingin. Sakit bapakku mulai berkurang dan setelah USG selesai, aku agak lega karena air seni bapakku kembali normal. 

    Sejak itu aku selalu menyuruh bapak minum air putihnya tapi bapak kembali malas minum dan juga makan. Setiap buang air kecil bapak mengeluarkan keringat berlebihan dan suhu badannya dingin (34 derajat C). Aku mulai panik, dan melaporkannya pada perawat. Sekali lagi jawaban perawat kami disuruh menunggu dokter memeriksa besok. Aku ga sabar, ku SMS dokter yang pertama melaporkan keluhan bapak. Tapi dokter pertama malah menyuruh melaporkan ke dokkter jaga besok. Dan ketika dokter jaga datang, agak kaget karena bapak sudah di USG. Sempat berdebat agak panjang dengan dokter karena aku hanya ingin bapakku cepat mendapat perawatan yang tepat setelah di USG. 

   Jawaban dokter jaga membuatku agak jengkel, dia bilang yang terpenting sekarang mengobati sesaknya dulu, prostatnya itu ga terlalu penting padahal sudah pendarahan gitu. Aku sempat ingin meminta second opinion dokter bedah urologi yang dulu merawat bapak. Tapi dokter jaga bilang, nggak bisa sak dek sak nyet gt, kondisi bapak tidak memungkinkan untuk dioperasi. Toh katanya pembengkakan prostatnya tidak terlalu parah. Apa ga terlalu parah? sudah pendarahan bilangnya ga terlalu parah? Loh aku kan ga minta bapak dioperasi, aku minta bapak dikasih obat untuk infeksinya. 

   Dokter itu bilang kalau mau ganti dokter prosedurnya harus pulang paksa dulu baru daftar lagi dengan status ganti dokter bedah. Aku pikir itu makan waktu, maka kuputuskan untuk manut dokter jaga ini dan akhirnya bapak diberikan injeksi antibiotik untuk prostatnya. Kondisi bapak semakin memburuk. Ditambah lagi perawat ngasih obat salbutamol yang biasa dosisnya ½ jadi 1 tablet. Aku ingat dokter spesialis paru bapak di semarang pernah bilang kalau dosisnya kebanyakan bisa ga kuat jantungnya. Untung sebelum aku minumkan ke bapak aku konfirmasi ke perawat, kemarin dosisnya ½ kok jadi 1 setelah diteleponkan dokter dikasih ½ lagi. 

   Keesokan harinya perawatnya beda lagi dan ngotot kalau dari UGD dosisnya 1. Ini mulai bikin aku merasa ada yang ga beres. Setiap bapak mau pipis keringat dingin mulai bercucuran lagi, darah terus ada di air kencingnya. Aku tak tega lagi karena bapak juga mengigau berkata kacau, tidak respon kalau diajak bicara dan susah menelan makan. Akhirnya bapak diberi minuman susu dan air tajin. Bapak makin ga doyan. 

   Makin hari kondisinya makin buruk, tensinya drop dan akhirnya bapak dibawa ke ruang perawatan pada hari Senin, 9 Maret 2015. Bapak dipasangi berbagai macam alat di dada, di telunjuk kiri dan tangan kanan diinfus. Bapak juga diberi dopamin untuk menaikkan tekanan darah. Perawat cuma bilang, berdoa ya mbak, siap siap aja. Dan usahakan agar bapaknya ga gerak gerak berlebihan hingga mencabut semua alat seperti yang dilakukan malam-malam sebelumnya. 

   Saat malam-malam sebelumnya karena ga kuat menahan sakit bapak sempat meronta dan melepas sendiri selang infus sehingga darah berceceran di lantai. Aku sampai tidak tidur selama menemani bapak di Rumah sakit. Awal-awal tekanan darah bapak bagus, 2x dokter koas memeriksa kondisinya baik. Tapi setelah dokter koas pulang, tensi bapak naik turun dan kemudian drop. Lampu monitor menyala kadang biru, hijau, kuning. 

   Adikku meminta ijin keluar sebentar cari makan, aku jaga bapak di kamar perawatan itu. Kulihat bapak mulai menggerak-gerakkan tangannya karena gelisah, karena takut bapak cabut semua alat maka kedua jari bapak diikat di tempat tidur. Bapak kembali mengeluarkan keringat dingin berlebihan dan terus mengerang kesakitan. Kuperhatikan tensi bapak menurun drastis kemudian kejang. Aku berlari ke ruang perawat yang ternyata perawatnya sedang tidur. Aku melaporkan kejadian bapak kejang pada perawat tapi dengan santai perawat itu jalan menuju ke ruang perawatan bapak dengan perawat lain. Ketika aku kembali ke ruang perawatan aku kaget luar biasa karena bapakku sudah kaku dan setelah kejang tadi rupanya bapak muntah darah. Perawat datang dan mengelap darah di mulut bapakku kemudian menyatakan bapak sudah tidak tertolong lagi. Aku lemas, nyeri di kedua lengan tanganku syok berat ditinggal bapak, namun aku tidak bisa menangis.

    Adikku kutelepon padahal sedang memesan makan, segera dia kembali ke ruang perawatan dan beberapa kali memanggil-manggil bapak. Aku menghentikannya, sudahlah bapak sudah tiada lagi. Aku tahu adikku lapar jadi kuberikan biskuit agar dia bisa makan seebentar agar kuat. Selasa,10 Maret 2015 dini hari jam 01.30 WIB bapakku berpulang ke Sorga dalam usia 80 tahun. Aku dan adikku terduduk lemas di lantai dan bingung mau apa lagi. Baru saja tadi malam mindahin barang barang keruang perawatan eh pagi ini kami harus segera bawa jenasah bapak pulang ke rumah. 

   Segera pihak perawat menelepon petugas pembawa jenasah dan bapakku dimasukkan ke keranda dan dibawa pulang naik mobil. Dua orang teman gereja datang dan membantu kami memindahkan bapak ke rumah, dan ada beberapa tetangga yang melihat ambulance datang pagi-pagi buta, lalu membantu menurunkan jenasah bapak dari mobil. Semua dilancarkan Tuhan, hati kami diberi keikhklasan dan kedamaian. Jam 12.30 ada upacara pemberangkatan jenasah di rumah kami dan jam 13.00 WIB bapak dimakamkan disamping makam ibu dan nenekku. 

   Selamat jalan bapak, kami sangat kehilanganmu namun kami percaya kematian hanyalah perpisahan sementara, seperti seorang yang bepergian keluar kota, suatu hari kami semua akan bertemu lagi di Sorga dikehidupan selanjutnya. Memang fisik bapak sudah meninggal. Tapi roh bapak tetap hidup dan sudah tenang. Tuhan sudah datang menjemput bapak. Aku tahu hari ini akan datang, dulu aku cemas tapi sekarang aku ikhlas. Ini yang terbaik. Bapakku pulang ke rumah Bapa di Sorga tersenyum. Belum pernah aku melihat bapak tersenyum seperti ini. Sungguh damai, dalam pelukan Tuhan Yesus.

Les Privat Khusus SD di Blora

Moocen Susan | Minggu, Maret 01, 2015 | 8 Comments so far
   Apakah Anda Sibuk, repot, bingung, dan nggak punya waktu menemani buah hati Anda belajar? Kami Solusinya : 


     Susan Bimbel "care to share" hadir di 
Kota Blora, Jawa Tengah.

Mengapa belajar di Susan Bimbel?
   Karena cuma disini putra-putri Anda ajan diajar lebih fokus secara privat sesuai kebutuhan akan penguasaan materi yang kurang di sekolahnya masing-masing. 

     Belajar di Susan Bimbel lebih santai dan fleksibel. Oleh sebab itu doronglah putra-putri anda untuk rajin mengikuti jadwal les kami agar hasil yang didapat memuaskan. Kami peduli berbagi ilmu dengan putra-putri Anda.

Pilihan program : Privat 2x/ minggu
Info selengkapnya contact kami di moocensusan@gmail.com
 

Cara Berhenti Mengikuti Blog Seseorang

Moocen Susan | Sabtu, Februari 28, 2015 | 6 Comments so far
    Hai teman-teman, kembali lagi saya mau bagi bagi tutorial. Kali ini tentang cara unfollow blog seseorang dengan sebuah alasan khusus mengapa kita sampai berhenti mengikuti blognya, Hehe 

Ok langsung saja saya bagi caranya ya, pertama kita menuju ke widget follower/ pengikut blog yang biasanya terdapat di sidebar: 
  1. Klik tanda double persegi di pojok kanan atas 
  2. Klik Sign In 
  3. Masuklah dengan akun google anda 
  4. Klik Setting
  5. Klik Berhenti Ikuti Situs Ini
  6. Klik Berhenti Mengikuti 
Nah, coba dicek lagi ke blog yang ingin anda unfollow.. udah hilang kan ? selamat mencoba.

Ketika Salah Makan

Moocen Susan | Jumat, Februari 27, 2015 | 6 Comments so far
    Apa yang akan anda pikirkan atau lakukan ketika dokter menyarankan anda untuk mengurangi atau menghindari makanan tertentu karena penyakit yang anda derita, misalnya alergi atau gangguan pencernaan? 

   Tentunya pilihan menu makan anda jadi terbatas dan bagi yang sudah terbiasa makan dengan bebas jadi merasa bosan lalu kurang nafsu makan. 

    Kalau masih dilarang makan pedas sih ga begitu berpengaruh ke saya, karena memang dari kecil saya tidak suka pedas. Tapi bagi orang yang terbiasa makan pedas lalu tidak boleh makan pedas lagi, pasti rasanya hambar, contoh konkrit bapak saya akibatnya jadi ga nafsu makan. 

   Tapi ada juga orang yang walau sudah dilarang makan pedas masih aja nekad makan, karena tidak bisa meninggalkan kebiasaannya makan pedas. Katanya sih kalau ga pedas ga nikmat rasanya. 

    Saya sering mendengar keluhan teman-teman yang menderita GERD, yang jadi bingung mau makan apa ya? Salah makan sensasinya jadi macam-macam, yang sesek nafas, perut kembung, mual, dll. 

   Makan enak adalah kesukaan semua orang, termasuk saya yang dulu pecinta makanan berlemak, seperti seafood dan kulit-kulitan (kulit ayam, kulit babi). Ketika saya kena bile refluks, empedu saya jadi tidak bisa mencerna lemak lagi. Kalau saya salah makan, yang perih bukan lambung tapi empedu saya yang sakit kayak ditusuk gitu. Jadi dokter menyarankan saya untuk menghindari makanan berlemak. Saya sih nurut aja, karena saya orangnya penurut dan disiplin. 

   Okelah demi saya ga mual saya akan hindari makanan berlemak itu. Saran dokter itu toh bagus kok buat menjaga kesehatan saya. Dengan begitu saya mulai makan sayur dan buah-buahan. Kebiasaan yang baik yang dulu jarang saya lakukan. Tapi kabar buruknya adalah trauma karena salah makan itu yang bikin saya jadi paranoid kalau mau makan. 


   Demi mengurangi rasa cemas saya akan makanan, saya masak sendiri. Saya belanja sayuran segar di pasar pagi hari. Tapi kalau pas apes kadang penjualnya agak malas belanja di pasar induk akhirnya dia jual lagi sayuran kemarin, itu kadang bikin saya tambah parno. Semisal beli sawi lah kok bolong-bolong bekas gigitan ulet? Itu saya takutnya setengah mati. Padahal sayuran yang dimakan ulet justru yang ga pake pestisida. Setelah paham akan hal itu saya ga takut lagi. 

   Setiap pagi saya sarapan oatmeal. Kalau beli di swalayan, saya pasti nyari tanggal kadaluwarsa yang paling lama meski beda sebulan. Ini gangguan kecemasan paling akut kayaknya. Sampe sebegitunya milih-milih makanan dan mikir dulu kalau mau makan. Itu yang bikin hidup tambah stress. 


   Dulu, saya pernah makan di warung sama adik saya. Pas warung itu sepi pembeli, kami makan sepertinya warungnya sudah mau tutup. Ketika sudah pesan makanan dan dihidangkan ternyata baru nyicip sesendok sayurnya basi.  Ketika saya sadar kalau makanan itu basi saya berhenti makan karena mual. Sedangkan adik saya makan dengan lahap dia ga tau kalau itu basi. Setelah saya beritahu kalau itu basi, dia malah cuek aja karena sudah dimakan.

   Pikiran saya mulai macam-macam, sedangkan adik saya tenang-tenang saja. Paling-paling dia cuma mencret. Kalau saya langsung muntah. Lambung saya memang sangat sensi. Sejak saat itu saya kalau mau makan apa pun saya cium dulu baunya ini basi kagak ya?  


    Parahnya lagi kalau beli buah ga di toko buah yang laris, tapi di swalayan yang masuk lemari pendingin itu. Apel misalnya, sudah ga seger lagi itu juga ngefek ke perut saya yang sensi. Jadi ribet makan terbatas gitu. Ini cerita saya yang ekstra ribet soal makan. Meski sudah ekstra hati-hati dalam makanpun kadang masih bisa kecentok makan yang bikin lambung makin demo. 

    Seringkali bapak saya bilang, "Sudah to wong sudah dimakan ya jangan dipikiri lagi." 

   Duh tadi kok buahnya ga seger ya, boleng-boleng, baunya kok agak gimana gitu. Kalau orang mikir simple ya jangan dimakan. Kalau sudah pikiran negative, perut mual, kepala pusing, langsung muntah ga berhenti-berhenti. 

   Bagaimana dengan teman-teman yang menderita GERD? Yang kadang nekat makan makanan yang dipantang? Ah sekali sekali gapapa dilanggar makan itu. sekali ga ada sensasinya aman, besoknya diulang lagi sudah mulai kembung-kembung dikit ah gapapa lambung super ini. Sampai sudah over baru kerasa sensasinya, pas kumat bilangnya kapok ah ga mau makan itu lagi. Tapi lain waktu dicoba lagi ya memang ga salah mencoba tapi jangan langsung hajar sekaligus, karena memang tubuh kita ini butuh nutrisi, makan makanan yang seimbang. 

   Kira-kira makan kalau diatur atur gitu kita jadi bebas gak sih? Oh tentu tidak.Ternyata kita baru nyadar kalau bisa makan makanan tanpa pantangan makan itu nikmatnya luar biasa ya? Kadang bisa beli makan tapi ga bisa nikmati. Tapi jarang disyukuri. Disisi lain ada orang ga bisa beli makan tapi bisa makan makanan kita, karena pencernaanya masih bagus. Ini saatnya buat berbagi. 

   Waktu saya sakit diopname di rumah sakit, setiap temen saya bawa roti yang makan rotinya itu pasien lain. Karena saya ga bisa makan roti jadi rotine tak berikan pasien sebelah saya. Sering kayak gitu, dapat berkat makanan dari hajatan, lihat wah ada opor ayam, kering kentang, daging lapis, wah enak-enak nih, tapi saya ga bisa makan, akhirnya tak kasih ke orang lain. 

   Yang paling sorrow itu waktu saya ada acara kebaktian padang diluar kota dulu. Makan siangnya ayam goreng bumbu rujak. Semua pada makan dengan nikmat, saya cuma berani makan nasi putihnya doang. Lapar iya, tapi daripada muntah? Saya cari amannya aja makan nasi putih. Dalam hati rasanya pengen nangis. 

   Ini ada makanan yang seharusnya enak dimulut enak diperut, di saya malah cuma enak di mulut saja tapi perut demo. Tapi meskipun saya sudah kehilangan satu kenikmatan hidup yaitu nikmatnya makan enak, tapi ada hikmah dibalik kelemahan saya. Saya jadi bisa berbagi makanan dengan orang yang membutuhkan. Saya tetap bersyukur masih bisa makan meski makanannya banyak pantangannya. Demi menjaga kesehatan, saya ga mau ceroboh lagi. Saya makan tepat waktu, makan teratur, dan makanan saya jadi lebih higienis.

Obat Mata Belekan

Moocen Susan | Rabu, Februari 25, 2015 | 12 Comments so far
    Beberapa hari ini kuperhatikan mata kiri bapakku sering keluar blobok (belekan) dan sepertinya tidak wajar karena bloboknya cukup banyak. Dan nampak ada daging tumbuh di ujung kelopak matanya. 

   Aku cukup kuatir, belum tuntas bapak menjalani pengobatan paru dan kini muncul penyakit baru lagi. Kemarin baru saja kami pulang dari puskesmas lalu ke rumah sakit untuk minta obat paru parunya dan esoknya balik lagi ke puskesmas untuk pengobatan matanya. 

   Setelah diperiksa oleh dokter koas di puskesmas, dituliskan diagnosanya mata bapak kena pterygium dan dirujuk ke rumah sakit poli mata. Waktu kami berangkat ke rumah sakit, nafas bapakku sesak karena cemas, dan lemes karena ga doyan makan membayangkan takut dioperasi. 

   Aku coba menenangkan bapakku agar tidak usah cemas karena sebelum ke dokter aku sudah browsing di internet apa itu pterygium sehingga aku bisa tenang karena tidak terlalu berbahaya. Setelah tiba giliran bapak dipanggil masuk, dokter matanya memeriksa kondisi mata bapakku. Leganya karena daging tumbuhnya ga perlu diambil kalau tidak mengganggu dan hanya diberi tetes mata aja 3x sehari nama obatnya Tria Xitrol 5ml Sterile Ophthalmic Suspension. 

   Baru sehari ditetesi mata bapakku sudah tidak blobokan lagi seperti kemarin.Kata dokter kalau sudah merasa nyaman matanya, tidak blobokan lagi obat tetesnya boleh dihentikan. Keluar dari ruang dokter bapak kembali sumringah dan ceria karena tidak jadi dioperasi dan tidak perlu minum obat, hanya tetes mata. 

   Ini bukti bahwa pikiran dapat melemahkan atau membangkitkan semangat seseorang. Jika pikiran kita negative duluan yang ada lemes aja bawaannya, kalau pikirannya positif keceriaan pasti muncul. Jadi lupa sama lemesnya hihi..

Cara Membersihkan White Board

Moocen Susan | Kamis, Februari 19, 2015 | 3 Comments so far
    Ceritanya pas murid lesku mau ngerjain soal di papan tulis eh ga sengaja dia keliru ambil permanent marker. Aku baru nyadar kalau yang diambil permanent marker. Muridku pun kaget setelah aku bilang ini permanent. Spontan dia langsung memberi solusi, “Coba ditebeli pake boardmarker kak, nanti baru dihapus.” 

    Segera saya ambil boardmarker dan lakukan hal itu. Untung segera ketahuan dan syukurlah bisa dihapus sehingga papan tulis pun kembali bersih seperti semula. Langsung deh saya pisahkan tempat permanent markernya dari spidol biasa biar ga keliru ngambilnya :D