Sebenarnya aku malas kalau harus mengingat kembali kejadian ini. Kalau dipikir ini semua memang salahku. Aku yang terlalu agresif sehingga cocok sekali dengan syair dalam lagu ♪♪ Semakin kukejar, semakin kau jauh…♪♪
Mumpung ada Giveaway tentang Move On, ya okelah aku coba share lagi (menghela nafas panjang fiuh… :) Aku menjalin hubungan tanpa status selama 4 tahun dengan seorang cowok yang kukenal di dumay. Meski kami seiman dan berasal dari kota dan tempat ibadah yang sama, tapi kami tidak terlalu kenal satu sama lain. Belum pernah berpapasan dan ngobrol waktu masih kanak-kanak dulu. Aku hanya tahu tentang dia, tahu wajah dia, tahu dimana rumahnya tapi dia sama sekali tidak tahu aku. Aneh kan? Ya itu karena aku adalah pengagum rahasianya.
Dia bekerja di luar kota. dan hanya pulang setahun sekali yaitu saat hari Natal.
Aku mendapat nomor teleponnya dari temanku yang juga mengenalnya. Meski kami berjauhan, namun kami sering sms-an atau telepon setiap malam. Di sms/ telepon, kami sangat akrab dan mesra. Dia tampak sayang dengan banyaknya nasihat dan candaan yang dilontarkannya padaku. Aku terlena dengan rayuannya dan cara dia membuatku tertawa. Aku hanyut dalam ilusi cinta semu. Dia sering mengajakku untuk simulasi, pura-pura sudah punya anak. Dia ingin tahu bagaimana caraku mendidik anak kecil kelak.
Tapi anehnya setiap dia pulang kampung, dia selalu menolak bertemu denganku dengan alasan belum siap, pikirku “Padahal kan cuma ketemuan? Wajar kan kalau kenalan lama dan sms an sudah lama lalu minta ketemuan?”
Entah apa yang dia pikirkan, mungkin karena waktu itu dia sedang naksir dengan adik kelasku yang notabene sudah punya pacar dan kini sudah menikah. Dia ingin bertemu dengan adik kelasku itu sebelum bertemu denganku, karena dia pernah bilang
“Wong cewek yang kusuka aja belum kutemui kok, malah kamu minta ketemu aku dulu. Ya nanti kalau aku sudah ketemuan sama dia, baru aku ajak kerumahmu. Atau aku bawa temenku cewek, kita ketemuan di warung sate depan rumahmu? Nanti kamu datang langsung ke warung sate kalau mau ketemu aku? hayoo.. gimana? Mau?"
(Whats???!! Hello, apa ga salah? Ini penghinaan besar untuk seorang cewek. Terus aku ngapain nyamperin dia kesana sama cewek, kayak pengemis cinta aja)
Waktu aku mengajaknya untuk ketemuan, aku sungguh tidak menyangka jawabannya yang sangat membuatku sakit hati lagi. Dia juga bilang : “Aku pengennya ketemuan sama cewek yang kusuka, yang cantik. Kirim foto kamu dulu yang asli kalau kamu cantik aku baru mau ketemuan sama kamu. Kamu jangan berusaha mengubahku. Minimal wajah harus lumayan, kalau kamu itu bagaikan kue yang tak enak dimakan.”
(Busyet.. sampe disini seharusnya aku langsung mundur dan move on. Tapi entah kenapa aku jadi : ♪♪ Aku rela oh aku rela walau aku harus menjadi selir hatimu untuk selamanya oh aku rela kurela ♪♪….oh tidaaaak…!!!)
Padahal sudah berulangkali aku kirim fotoku padanya via MMS. Tapi dia tidak percaya kalau foto yang kukirimkan adalah fotoku. Nyesek gak sih? Dia pikir aku ini ngerjain/ ngetes dia dengan mengirimnya foto cewek lain. Untuk apa aku ngelakuin itu? Impossible.
Sungguh dia telah membuatku jadi bingung dan merasa seperti seorang penipu padahal aku sudah sangat jujur dengan keadaanku.
Atau mungkin ini cara dia untuk menghindariku. Tapi jika dia tidak suka kepadaku, kenapa dia selalu seakan memberiku harapan palsu dengan merayuku di sms/ telepon?
Jujur HP-ku adalah ini HP murahan, lama dipake telepon sedikit kepalaku pusing akibat radiasi. Sedangkan dia kalau telepon itu kira-kira 1-2 jam setiap hari. Kadang pernah sampe 5 jam. Dari malam sampai pagi. Gila kan? Ngomong apa aja itu? Aku disuruh menunggunya tidur dulu baru boleh tutup teleponnya. Kalau habis teleponan itu kepalaku pasti kukompres dengan es batu.
Waktu aku mengeluh sakit kepala dia bilang, pake handfree biar ga panas. Aku beli handfree sesuai sarannya, tapi kepalaku tetap sakit. Berulangkali aku marah dan tak mau terima teleponnya karena pasti kepalaku pusing. Tapi dia juga tidak mau tahu kalau telepon lama bisa menyebabkan sakit kepala karena dia sendiri tidak merasa pusing sepertiku. Dia malah menyalahkan HPku yang murahan dan disuruh lembiru (lempar aja trus beli yang baru).
Pengorbananku tak sebanding dengan apa yang kudapat. Dia yang terlihat akrab dan baik di sms/ telepon, ternyata sangat sulit untuk ditemui. Aku mati-matian membujuknya untuk ketemuan. Dia pernah ingkar janji mau pulang saat lebaran ternyata dia tak jadi pulang.
Akhirnya saat natal di tahun kedua perkenalan kami, kami saling bertemu di gereja. Tapi aku sangat kecewa karena ketika kuhampiri dia, dia acuh dan cuek padaku. Aku sedih sekali dan waktu itu aku sms dia, kalau itu aku. Namun dia tetap tidak percaya. Dia pikir aku ini orang lain yang menurutnya cantik seperti artis korea dan ngetes dia dengan menyuruh orang lain mengaku-aku itu aku.
Untuk beberapa waktu aku tidak mau membalas sms/ teleponnya. Tapi kemudian, dia minta maaf dan berjanji akan menemuiku setahun kemudian.
Aku tertipu. Dia hanya ingin melampiaskan rasa sepinya padaku dan patah hatinya karena cewek yang disukainya menikah dengan pria lain. Lalu dia minta maaf lagi dan kami sms-an lagi seperti biasa.
Saat mendekati kepulangannya di tahun berikutnya, dia mulai mencari alasan lagi. Dia takut kalau aku berasumsi lain kalau dia kerumahku sendirian, dia merasa aku akan berpikir kalau dia suka padaku, padahal tidak. Bahkan pernah suatu kali dia mengajukan syarat, kalau mau jadi pacarnya harus bisa menaklukan dan mendekati adik perempuannya dulu. Padahal adik perempuannya ini juga sombong sekali, tidak mudah diajak kenalan. Aku semakin tersudut dan putus asa. Aku tertipu lagi, di tahun ke-4 dia kembali ingkar janji. ♪♪ Bodohnya diriku slalu menunggumu yang tak penah untuk bias mencintai aku ♪♪
Berulangkali aku nonton acara TV Mario Teguh dan disana ada tema tentang Move On. Aku sadar dia tidak pernah bisa mencintaiku. Oleh karena itu di tahun ke-4 hubungan tanpa status dari si PHP ini akhirnya aku memutuskan untuk Move On.
Aku ganti nomor HP dan mulai mengisi hari-hariku dengan belajar hal baru, ngeblog, ikut berbagai lomba blog, kerja dan melakukan hal positif lainnya. Pokoknya aku ingin menyibukkan diriku agar tak ingat dan berharap lagi dengan cintanya.
Dia bukan cowok yang baik buatku.
Aku tak mau pusing lagi soal jodoh atau memikirkan dia lagi. Yang kupikir sekarang adalah bagaimana aku bisa cari uang yang banyak dan bisa buat kamar untuk bapakku. Ada bapak disampingku sudah cukup buatku.
Kesedihan dan kekecewaan yang kualami saat ini pasti akan diganti dengan sukacita yang tak terkira dari Tuhan. Aku yakin dan beriman, Tuhan sayang padaku dan Dia tak ingin aku mengalami penyesalan seumur hidup dengan memilih jalan yang salah.
Kadang jika terbesit inget dia, aku selalu memposisikan dan menganggap dia sudah menikah/ sudah meninggal. Jadi aku tak perlu memikirkannya lagi. Aku tak ingin menyakiti diriku sendiri lebih lama lagi.
Sejak tidak berhubungan dengannya, aku tak pernah sakit kepala lagi karena radiasi HP akibat terlalu lama teleponan sama dia.
Sekarang aku bisa Move On, How about you?