Laman

  • HOME
  • LOMBA BLOG
  • ARTIKEL
  • TUTORIAL
  • JUAL SUPERGREENFOOD

Batal Mengurus BPJS

Moocen Susan | Senin, Juni 09, 2014 | 7 Comments so far
   Hari Jumat kemarin aku ke rumah Pak RT bersama bapakku menanyakan prosedur bikin BPJS karena selama ini kami pakai Jamkesda. Kebetulan pak RT malam itu mau pergi rapat sosialisasi BPJS di Balai Desa. 

   Akhirnya kami pulang dan kembali lagi keesokan harinya. Sabtu pagi kami kembali kesana dan kata Pak RT kami harus ke kantor BPJS setempat untuk mendaftar.

   Senin pagi kami ke kantor BPJS. Aku diberi formulir isian peserta dan catatan syarat-syaratnya. 

Peserta BPJS dibagi 2 : 
  1.  PBI (Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan) : fakir miskin dan orang tidak mampu, dengan penetapan peserta sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan. 
  2. Non PBI (Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan) : PNS, anggota TNI, Polri, Pejabat Negara, Pegawai Pemerintah non PNS, pegawai swasta, dll 
Adapun iurannya dibagi 3 kelas: 
  • Kelas 1 : Rp. 59.500,-/jiwa/bulan 
  • Kelas 2 : Rp. 42.500,-/jiwa/bulan 
  • Kelas 3 : Rp. 25.500,-/jiwa/bulan 
Dengan syarat menyerahkan fotokopi (KTP, KK, Buku Rekening BRI/BNI/Mandiri, dan pas photo berwarna 3x4) masing-masing 1 lembar. 

1 keluarga mengisi 1 lembar formulir BPJS. Semua berkas harus dilengkapi dulu saat mendaftar kemudian kita membayar iuran melalui Bank setelah itu kembali lagi ke kantor BPJS untuk aktivasi kartunya. Iuran harus rutin dibayar setiap bulannya dan ada denda bila kita terlambat mengiur. 

  Nah, setelah tadi aku berkonsultasi tentang CT scan sedangkan kami punyanya Jamkesda maka aku disarankan bertanya ke kantor DKK setempat tentang rumah sakit yang cover CT Scan ini dengan jamkesda dulu sebelum memutuskan mendaftar BPJS. 

   Sampailah aku di kantor DKK. Dari situ aku mendapat info kalau Jamkesda bisa juga cover CT scan tapi harus melalui prosedur dari awal. Sedangkan ketika kutanya pihak RS di Semarang bilangnya Jamkesda nya tidak berlaku karena sekarang yang dipakai adalah BPJS. Bapakku pasti disuruh periksa dahak lagi. padahal dahaknya susah keluar. Sedangkan dokterku merujuknya ke dokter swasta. Kalau pake BPJS ke dokter swasta ini katanya harus yang kelas 1 baru bisa CT Scan tapi itupun juga ga semua. 

   Perhitungannya kalau dalam keluargaku ada 3 orang berarti perbulannya harus bayar Rp. 178.500,- masih nombok lagi buat CT Scan. Kalau lihat iklannya sih pasien jamkesda sudah otomatis menjadi peserta BPJS kesehatan, tapi dari BPS ternyata dijatah.

Kata pak RT masalah BPJS untuk PBI (jamkesda yang di PBI-kan) menunggu kerjasama bapak Bupati setempat baru bisa. Kapan itu ya? Sedangkan kondisi bapakku makin hari makin lemah. Aku keluar dari kantor sambil menangis hanya bisa pasrah pada Tuhan apapun yang terjadi. Aku berkata pada Bapakku, "Sabar ya pak, mungkin Tuhan punya rencana lain. sementara ini berobat tradisional aja nggih pak. nanti tak buatkan jus buah. Sambil menunggu mujizat Tuhan."

Curhat Senin

Moocen Susan | Senin, Juni 09, 2014 | 4 Comments so far
   Awalnya aku juga ngerasa aneh kenapa ya aku sering emosi atau sensi kalau pas dapet. Ga tau tiba-tiba ada aja yang bikin marah, tapi harus tetap menguasai diri. Ini yang susah. Ada rasa bersalah di dalam diriku kalau abis marah ga jelas gitu. Dan kalau ada orang lain yang kutemui sedang sensi aku langsung mudeng, oh lagi dapet ni mbaknya pantesan sewot.
credit

   Terlepas dari sensi tiap bulan, pernah gak diantara teman-teman yang punya teman yang kalau ngomong atau tiap kali komentar itu isinya nyinyir, nyindir, dan minder ? Saya berusaha untuk tidak minderan dan selalu memotivasi teman-teman yang suka minder. Eh minder itu ga baik lo. Serius. Minder adalah tanda bahwa kita tidak bersyukur atas talenta yang Tuhan berikan. Minder itu cenderung sombong. 

   Manusia emang ga pernah puas atas apa yang diraihnya, Disatu sisi ya emang bagus untuk memotivasi diri agar lebih maju tapi kalau minder trus ga mau berusaha itu namanya mematikan potensi diri. Atau ada yang bilang, "ah aku kan belum seperti si X yang sudah punya buku solo, atau yang sudah tembus di media ini itu." Apa ukuran kesuksesan dimatanya hanya seperti itu? 

   Rejeki itu kan Tuhan yang ngatur dan kita wajib berusaha. Dan kita ga perlu iri, karena sudah ada jatahnya masing-masing. Saya beberapa hari lalu memang sering banget ketiban menang lomba/ kuis, tapi apa ujung-ujungnya? Ada maksud Tuhan dibalik kemenangan saya ini, dikasih sangu buat berobat bapak saya. Uang itu hanya lewat. Kalau Tuhan kasih itu berarti kita sedang membutuhkan, kalau keinginan kita belum dikabulkan Tuhan itu tandanya kita belum sangat membutuhkan. Hanya sebatas ingin. 

   Seseorang bisa berhasil itu karena berusaha. Waktu yang Tuhan kasih kepada kita itu sama 24 jam sehari. Tapi kenapa berkat yang diterima beda-beda? Karena sebagian orang mau bayar harga, tidak bermalas-malasan. Ada orang yang bekerja demikian rupa sampai larut malam demi mencari sesuap nasi, ada orang yang hanya ingin menerima saja. Tentu hasilnya beda. Kadang ada juga yang minta bisa sesuatu tapi instan. Mana bisa begitu? Bahkan tumbuhan saja untuk tumbuh juga butuh waktu. Apa yang dilakukan oleh orang lain selama bertahun-tahun kita ingin lakukan dalam 5 menit? Impossible kayak gitu. Itu orang ga malas. Ga mau repot. 

   Kadang saya bingung menghadapi orang tipe begini. Kalau dibantuin terus nanti keterusan waktu saya habis buat ngurusi dia padahal saya juga butuh kerja nyari uang. Ya sudahlah mungkin lebih baik kita jaga jarak saja dengan orang model parasit begini. Kita ga akan bisa menyenangkan semua orang. Jika kamu ingin dihargai hargai diri sendiri dulu. Jangan gampangan juga biar ga diremehkan orang lain. 

   Yang kedua, beberapa hari lalu ada orang add pertemanan dengan saya. baru saya add belum ada 5 menit, eh langsung minta tolong vote karena dia mau ikutan lomba. Duh ni orang ga sopan banget, itu contoh orang yang mau menangnya sendiri. lomba kalau pakai sistem vote bikin kita kayak di tayangan "minta tolong" itu lho, bahkan  menghalalkan segala cara. orang ga kenal aja bisa sok akrab demi sebuah jempol. jempol itu gampang tinggal sekali klik aja sebenernya tapi jangan brutal gitu donk mintanya. kalau memang kita berteman baik dan udah lama kenal itu spontan dikasih. ya namanya juga usaha tapi tetep ga nyaman kalau gini. salam sensi deh.

Mengurus Surat-surat Berobat

Moocen Susan | Sabtu, Juni 07, 2014 | 4 Comments so far
   Entah mengapa masalah pengobatan bapakku ini rumit sekali. Sering mengalami penundaan dan kegagalan. Masalah kurang hasil lab, surat yang kurang lengkap, salah tulis nama dokter di surat rujukannya, belum punya kartu BPJS, dan rasanya benar-benar butuh perhatian ekstra memperkirakan tanggal kadaluwarsa surat rujukan puskesmas juga yang hanya sebulan. 

   Jadi biar ga bolak balik semua butuh persiapan dan aku adalah orang yang selalu melakukan persiapan. Meski sudah sedetil itu melakukan persiapannya ada aja gagalnya. Nah lho, jadi segala sesuatu butuh pimpinan Tuhan juga. Hari ini aku tiba-tiba digerakkan Tuhan untuk membuka website rumah sakit yang akan kukunjungi untuk mencari informasi disana. Untungnya ada dan komplit, padahal tadinya mau telepon ke bagian informasinya. 

   Dari website nya aku tahu bahwa ada surat yang kurang lengkap untuk proses pendaftaran pasiennya yaitu surat rujukan dari rumah sakit setempat. Kenapa ga terpikir dari kemarin ya? Pas di Solo kan juga perlu surat ini, jadi rencananya aku kembali ke RSU untuk meminta surat rujukan lagi ke Semarang + benerin nama dokternya yang salah. Surat rujukan puskesmas masih berlaku jadi ga perlu ke puskesmas lagi. Senin mengurus BPJS ke kantornya.

   Dan kemudahan berikutnya adalah untungnya dokternya ini fast respon kalau kuemail, jadi aku cukup terbantu. Dari emailnya aku tahu kalau beliau tidak ada di tempat minggu ini. So, aku ga kecelik. Semua aku perkirakan dengan matang, mikir transportasi, mikir kesehatanku juga, mikir dana juga karena kami dirujuknya ke dokter swasta agar tidak ribet. Beneran aku agak keki soal dahaknya bapakku yang ga bisa keluar sedangkan kalau mau periksa di umum harus pake dahak dulu. 

   Prosedur oh prosedur kenapa ga ada dispensasi sama sekali. Seharusnya kalau dahaknya emang diapa-apain ga bisa keluar ya apa ga cukup foto rontgen aja bahkan kalau mau lebih jelasnya bisa di CT Scan. Mungkin emang harus begini ya okelah diikuti aja apa maunya. Sory agak emosi karena aku mencemaskan sekali kondisi bapakku.

Aku Cemaskan Kondisi Bapakku

Moocen Susan | Jumat, Juni 06, 2014 | 13 Comments so far
   Kondisi bapakku cukup membingungkan. Aku jadi sering ga konsen menulis dan lebih banyak browsing tentang penyakit bapakku di internet. Gejala yang dialami bapakku diantaranya : 

  • Udah mulai malas ngapa-ngapain 
  • Malaise/ badan terasa lemah 
  • Nafsu makan berkurang atau kadang doyan-kadang nggak
  • Meriang hilang timbul 
  • Nafas sesak dan kadang ngos-ngosan bila sedang panic/ capek 
  • Tanpa batuk 
  • Dahak tidak bisa keluar 
  • Badan terasa pegal hingga ditempeli koyo cabe 
  • Berat badan turun terus 
  Jika diingat kembali riwayat penyebab bapakku sakit TB karena dulu waktu masih muda bapakku pernah jadi perokok pasif, bergaul di lingkungan teman-temannya yang perokok. Sering kena angin malam, tidur di tempat yang lembab, dan kurang menjaga kebersihan. 
 
foto ini diambil di RSU Blora sambil menunggu hasil rontgen
   Kadang susah juga menasihati orang lanjut usia untuk menjaga kebersihan. Kadang butuh kesabaran ekstra dan berulangkali membujuk bapakku untuk memperhatikan makanannya, tempat makannya, dan obat yang diminum. Ada rasa gregetan juga kalau ada makanan tidak segera habis atau sampai lama ga dimakan-makan. Dibuang sayang, diberikan orang sudah terlambat sudah tidak layak makan. Kalau aku ingatkan bapak itu sudah basi/ kadaluwarsa, bapakku pasti ngeyel. "Ah masih bisa dimakan, ora popo iki" - arggghhhhh!!!! Aku memang paling cerewet kalau makanan sampe disimpan berhari-hari. 
   Bapakku sempat Berobat TB dan pernah putus obat lalu jadi MDR TB. Dirujuk ke BP4 Pati baru control 2x kata dokternya ga bisa sembuh akhirnya balik lagi ke puskesmas. Cuma dikasih OBH dan obat generik kayak batuk biasa. Lama tidak berobat dan ga ngecek lagi sudah bersih atau belum TBnya dan karena sering mengeluh sesak nafas akhirnya aku bujuk berobat lagi ke rumah sakit. 
   Aku ngurus surat rujukan dari puskesmas ke rumah sakit untuk minta rontgen paru. Karena kelalaian petugas puskesmasnya untuk setempel surat rujukan puskesmas membuatku pulang pergi bolak balik puskesmas rumah sakit naik sepeda berkejaran dengan waktu karena setengah jam lagi loket pendaftaran rumah sakitnya akan tutup.
  Setelah balik ke rumah sakit sambil bawa surat rujukan yang sudah distempel dan menjalani rontgen ternyata hasilnya kondisi paru bapak makin parah 
kesan : TB Pulmo lesia luas dengan tanda aktif

dan dokter merujuk ke RS di Solo. Sampai disana kami ditolak dengan alasan tidak melampirkan hasil laborat dahak dan seandainya dahaknya tidak BTA (+) juga tidak diterima dengan alasan tidak sesuai prosedur. 
    Kami kembali ke Blora dengan tangan hampa, konsultasi lagi dengan dokter di Blora dan beliau akhirnya membuat lagi surat rujukan ke dokter di RSUP kariadi Semarang dan milih yang swasta saja (biaya sendiri) agar lebih cepat penanganannya/ tidak ribet dengan prosedur. 
   Belajar dari pengalaman di Solo, aku berusaha untuk kontak dokternya via email dulu supaya efisien waktu.  Untungnya langsung dibalas, aku tanya apa bisa konsul kesana tanpa BTA-BTA nan. Aku tunjukin foto rontgen bapak dan dia bilang harus CT Scan, lalu kami ditanya soal hasil ureum, kreatinin, dan glukosa sewaktu. Besoknya aku kembali ke rumah sakit lagi dan memeriksakan darah bapak di lab. Setelah keluar hasilnya aku email lagi ke dokter di Semarang dan beliau mengatakan jika kondisi bapakku baik bisa langsung di CT Scan. 
   Kendala muncul yaitu masalah biaya. Selama ini kami pakai jamkesda, dan aku memperoleh informasi jika sekarang jamannya BPJS. BPJS juga cover CT Scan. Tapi karena kami konsulnya ke dokter swasta katanya tetep nombok meski pake BPJS, kalau pakai cara periksa yang ke umum dokternya belum tentu dokter ini karena giliran, dan pasti yang jadi andalan BTA lagi. Mending kalau dahak bapakku bisa keluar, lah ini ga bisa sama sekali. Entahlah mungkin memang harus nombok atau ada BPJS yang cover semua tanpa diminta BTA? 
   Capek dengan prosedur sedangkan keselamatan bapakku sangat kuutamakan dan biaya jadi kendala. 6 jam sebelum di CT Scan harus puasa dulu. Kami belum sempat ke Semarang karena masih mengurus BPJS di Blora. Semoga penyakit bapakku segera ketahuan dan bisa segera ditangani. Untuk sementara aku masih mengusahakan agar bapakku makan makanan yang bergizi, mengandung karbohidrat dan protein, minum jus buah segar setiap hari, dan berjemur. Dan karena saking cemasnya, setiap malam saat bapakku sedang tidur aku selalu menjenguk bapakku di kamarnya kalau kalau ada keluhan tiba-tiba. Aku selalu menanyakan kondisinya, makannya, dan sakitnya. ini sudah cemas tingkat dewa rasanya. Adakah saran pembaca yang budiman tentang apa yang harus saya lakukan?

Jus Buah untuk Bapakku

Moocen Susan | Kamis, Juni 05, 2014 | 17 Comments so far
Sekarang setelah mempunyai juicer sendiri, setiap hari aku selalu membuatkan bapakku jus buah segar. Karena bapakku sakit paru-paru, aku browsing di internet buah apa aja yang bagus buat paru-paru. Misalnya : buah berry, jeruk, apel dan tomat. 

Ya setidaknya itu membantunya kalau pas ga doyan makan, meski banyaknya tidak seperti kalau diblender (ya namanya saja juicer tanpa air buatnya) tapi sehat lho, no sugar too. 
apel bagus buat paru-paru

Merk juicer yang kupakai adalah Cosmos CJ-388. Berikut ini cara menggunakannya :
  1. Cuci bersih buah/ sayuran. kupas kulit dan bijinya.
  2. Potong buah kecil-kecil, masukkan ke lubang pemasukan dan tekan dengan alat penekan. jangan menggunakan jari sebagai penekan. Buah/ sayur dimasukkan saat unit beroperasi.
  3. Masukkan steker ke stop kontak
  4. Tekan switch on, sesuaikan kecepatannya dengan buah/ sayur yang akan dijus. 
  5. Kecepatan 1 untuk : tomat, pir, stroberi, jeruk, plum, anggur, lemon, cerry, bawang, mentimun. Sedangkan kecepatan 2 untuk : wortel, apel, bit, kentang, nanas, kubis, bayam, dll.
  6. Selesai menjus, tekan off dan cabut stekernya.
  7. Buka pengunci dengan menekan pengunci dan angkat penutup lalu lepas saringannya.
  8. Pengunci dalam keadaan terbuka hanya pada saat unit tidak beroperasi.
  9. Cuci bagian-bagian juicer yang dapat dilepas dengan air sabun. Bilas saringan dari sisi bawah untuk menghilangkan endapan dengan mudah dari lubang saringan.
  10. Jangan menggunakan penggosok metal atau pembersih yang bersifat mengikis
  11. Cuci segera bagian juicer setelah digunakan agar tidak terjadi perubahan  warna plastik akibat menjus wortel misalnya.
  12. Keringkan semua bagian juicer sebelum dirakit kembali
  13. Jangan merendam unit bagian bawah di dalam air. Gunakan kain yang lembut untuk menyeka unit bagian bawah.
  14. Untuk merakit kembali, tempatkanlah juice container pada unit bagian bawah dan saringan di unit bagian atas pada kopel penggerak. letakkan tutup kemudian alat penekan pada lubang pemasukan.

Susan and Chingu

Moocen Susan | Kamis, Juni 05, 2014 | 5 Comments so far
   Sejak kepulanganku ke Blora tahun 2008 aku tidak punya teman main lagi, karena teman-teman seangkatanku sudah pada menikah dan punya anak. Sebagian besar waktuku kuhabiskan di rumah bersama bapakku. Karena kesepian, aku membeli boneka teddy sebagai teman mainku bila di rumah atau menjadi guling saat aku tidur. Disamping itu aku selalu sibuk di depan komputer, online, berjejaring sosial di dunia maya, browsing internet. Disitulah kutemukan teman-teman baru dan pengetahuan baru. Bisa dibilang aku kuper secara nyata, tapi di dumay temanku banyak sekali dan mereka riil walau jarak jauh dan belum sempat kopdar.

   Aku memberi nama beruang kecilku ini "Chin-gu" 친구 dalam bahasa korea artinya teman. ya Chingu adalah temanku, boneka beruang yang selalu ada bersamaku. Saat aku sedang sedih dan menangis, Chingu selalu jadi tempat menangis, entah berapa tetes air mataku mengenai bonekaku. Dan tiap kali kotor aku selalu mencucinya hingga harum dan wangi kembali. Mungkin masa kecilku kurang bahagia, karena aku tidak mempunyai banyak mainan seperti anak-anak pada jamanku, jadi ketika aku dewasa malah jadi pengen beli boneka lagi. Kalau teman-temanku yang sudah punya anak selalu foto di facebook bersama anaknya atau bahkan suaminya, aku disini berfoto bersama boneka, karena punyanya baru boneka.