Laman

  • HOME
  • LOMBA BLOG
  • ARTIKEL
  • TUTORIAL
  • JUAL SUPERGREENFOOD

Behind The Scene of Photo Contest

Moocen Susan | Minggu, Mei 11, 2014 | 15 Comments so far
   Dalam rangka #3TahunWB, aku ikutan kontes foto selfie tentang aktivitas blogging yang diadakan oleh Warung Blogger. Awalnya mau aku bikin konsep foto dengan kostum komputer, kukumpulin barang-barang bekas yang ada di rumahku seperti sisa lakban, kardus bekas magic com + gabusnya untuk membuat monitor komputer dan speaker. Ada helm juga pikirnya mau kupakai jadi webcamnya sekalian aku masuk ke dalamnya. Barang yang kubeli cuma kertas warna, spidol, dan lem. 

   Sesampaiku di rumah, aku langsung bikin prakarya. Bapakku tanya, “Ameh mbok nggo opo iku, nduk?” (Mau kamu buat apa itu, nduk?)

  “Gawe lomba foto pak, meh tak gawe komputer-komputeran.” (buat lomba foto pak, mau kubuat tiruan komputer) 

  “Kok ono-ono ae kowe iki,” (kok ada-ada aja kamu ini) 

  Aku hanya tersenyum dan melanjutkan memotong kertas. 

  Setelah aku buat properti dan tulisannya eh ternyata tulisanku ga ada bedanya ama ceker ayam, asli jelek banget. So, aku putusin buat merobek kertas yang udah kutulisi dengan spidol itu dan aku berniat mau ngeprint tulisan aja. 

  Kalau di warnet takutnya ga ada fasilitas corelnya, kalau pake ms.word bisa sih tapi ga bisa ngukur dengan pas. Jadi aku buat aja desain tulisannya dulu baru kukirim ke emailku sendiri. Pikirnya mau kucetak ke warnet aja. 

  Malam itu abis makan, aku mulai cari warnet yang printernya bagus buat nyetak warna ya karena aku ga punya printer sendiri, jadi musti sedikit berjuang buat nyetak diluar. 

   Warnet pertama yang kutuju ternyata tutup. Aku naik sepeda lagi malam-malam boncengan ama bapakku ke warnet lainnya, sampai disana eh katanya email warnet lagi eror. Wah kemana lagi nih? Di dekat situ ada counter digital printing dan cetak foto yang sepi banget. Aha mustinya bisa nih, tapi dasar lagi sial aja, sampai disana ada engkoh-engkoh yang jaga terus aku tanya, “Koh, bisa ngeprint gak?” 

“Ukurannya?” tanyanya sambil jegrangin kaki ke atas.

“Bukan untuk foto sih, tapi kertas biasa.” 

“Wah ya gak bisa dong!” jawabnya dengan ketus.

  Batinku, "Galak bener engkohnya ini, pantesan counternya ga laku." Jujur aku :( kecewa dan agak malu, akhirnya aku pun meninggalkan counter itu, Dengan kesal aku mulai menyalahkan keadaan. Coba aku punya printer sendiri, udah selesai cetak dari tadi. 

   Dalam kebingunganku itu akhirnya aku pergi ke rumah tukang komputerku langgananku. Dan akhirnya aku bisa nyetak sendiri di rumahnya. Duh, aku sangat bersyukur, untung ada tukang komputerku. Memang kalau dilindungi Tuhan itu luar biasa ya, sampai di rumah langsung hujan turun. Aku sering mengalami itu, pergi keluar rumah tadinya ga hujan, eh begitu masuk ke dalam rumah langsung bress hujannya turun. 

   Kembali ke laptop, eh komputer maksudku :D . Semua sudah oke, properti udah siap, tinggal ditambah keyboard bekas yang udah rusak dan aku mulai pake helm dan masuk ke dalam kotak magic com.

   Tinggal nunggu fotografernya yaitu bapakku sendiri. “Pak, Susan photo pak.., iki ngene ya pak carane, karek di pencet tombol tengahe. Ojo sampe geder lo pak ngko nek burem hasile.” (pak, Susan photo pak, ini begini ya caranya, tinggal ditekan tombol tengahnya. Jangan sampai goyang lho pak, nanti kalau hasilnya ngeblur) 

   “Iso pie, sik sik kualik nduk, kok ga ketok ngene?”(Emangnya bisa ya, sebentar kebalik ini nduk, kok nggak kelihatan begini?” 

    “Saged saged, wes to .. walah baleni meneh pak iki kurang cetho tulisane ga ketok.” (Bisa-bisa, sudahlah… walah, ulangi lagi pak, ini kurang jelas tulisannya ga kelihatan) 

   Bapakku mulai belajar motret aku pake kamera HP jadulku yang maksimal berukuran 640x480px aja.Berulangkali jeprat-jepret dank arena gagal melulu akhirnya foto selfie dilanjut keesokan harinya


  Aku sudah tak sabar pengen cepat setor foto meski DLnya masih lama. Dasarnya aku memang ga suka menunda kerjaan, jadi pagi itu aku pun berpesan pada bapakku. “Pak, mengko nek bar maem, Susan photo malih lho nggih. Sing ndek bengi elek, pak.” (Pak, nanti kalau selesai sarapan, Susan photo lagi ya. Yang semalam jelek, pak)

   Bapakku pun menyanggupinya, dan setelah selesai mandi aku mulai merubah rencana awal foto selfie :
rencana awal + ukuran dicroping
dengan keluar dari dalam kardus, aku foto disampingnya aja hehe. Bapakku hampir nyerah karena berulangkali gagal melulu. Aku mencoba memotivasi beliau agar mau terus mencoba memotretku dengan fasilitas seadanya ini dan inilah hasil yang lebih oke daripada yang sebelum-sebelumnya. 
 
me in my creations (before)
BBB (Bukan Blogger Biasa) Butuh Internet Super Ngebut
Hm..btw, alasan aku nulis caption "BBB (Bukan Blogger Biasa) Butuh Internet Super Ngebut" yaitu karena yang namanya blogger dan aktivitas ngeblog itu memang perlu kelancaran akses internet kalau bisa yang super ngebut.  Nah bayangkan kalau di jalan raya, yang namanya superngebut kan butuh helm tuh demi keamanan pengendaranya? Jadi kutaruh aja helm di atas kompi tiruan itu, fungsinya juga bisa jadi pengganti webcam tapi cuma ilustrasi aja ya hihi.. 

But, tapi sepertinya aku salah dan ga jadi pake foto ini buat ikutan kontes karena foto selfie harus foto sendiri tanpa bantuan orang lain. Ya, gagal deh dan berita buruknya aku DIDISKUALIFIKASI.. hiks,. nyesek.com. Mungkin bukan rejekiku.. hua hua.....

Obati dan Cegah TB Resistan Obat dengan Standar yang Tepat

Moocen Susan | Sabtu, Mei 10, 2014 | 8 Comments so far
Definisi dan Penyebab Terjadinya TB Resistan Obat 

   Tak bisa dipungkiri, hilangnya motivasi dan beratnya masa pengobatan, serta pemikiran bahwa tubuh sudah fit meski baru menjalani 2 bulan pengobatan saja, bisa membuat pasiennya malas meneruskan pengobatan. 

    Ini juga terjadi pada bapak saya. Saya selalu mengingatkan beliau agar tidak lupa meminum obatnya serta memotivasi beliau untuk tetap berobat hingga tuntas karena bapak saya sudah pernah putus obat dan terkena TB resistan obat. 

  Ketika seorang penderita TB tidak disiplin/ malas dalam meminum obatnya hingga terjadi putus obat, maka ia bisa terkena MDR TB, yaitu suatu keadaan dimana kuman mycobacterium tuberculosis sudah kebal OAT (Obat Anti Tuberkulosis) dalam hal ini INH dan Rifampisin. 
sumber gambar


   Selain itu TB resistan obat dapat terjadi apabila orang tersebut tertular kuman MDR TB dari percikan batuk dan bersin penderita MDR TB juga. Faktor lainnya yaitu dari pihak petugas kesehatannya sendiri yang memberikan pengobatan tidak tepat tentang panduan dosis, lama pengobatan, kualitas dan ketersediaan obat di apotik. 

   Adapun tanda-tanda seseorang terkena MDR TB sama dengan TB Biasa yaitu: batuk, demam, keringat dingin dimalam hari, kelelahan, dan terjadi penurunan berat badan. 

Beda Antar TB biasa dengan TB MDR 
sumber gambar

  Penyakit ini lebih berat daripada TB biasa, yah namanya aja kambuhan. Jika pengobatan TB biasa cukup 6 bulan, MDR TB  butuh 18-24 bulan. Wow lama bener ya? Yang 6 bulan aja minum obatnya sudah mulai malas apalagi hampir 2 tahun pengobatan? Pasien TB biasa hanya minum 4 jenis obat dan biasanya tidak menyebabkan efek samping. Sedangkan pasien MDR TB perlu minum lebih banyak obat lagi dan terjadi efek samping.

  Kalau udah kebal obat seperti ini mau gak mau harus mau berobat rutin dan tuntas juga. Dan kalau memang mau sembuh musti disiplin, berakit rakit kehulu berenang-renang ketepian, rajin minum obat dulu, baru sembuh kemudian. 

Efek Samping 

   Penderita TB kategori putus obat biasanya diberikan kombinasi obat INH, Rifampisin, Ethambutol, Pyrazinamid dan ditambah obat suntik Streptomycin. 

   Ketika seseorang meminum obat untuk TB resistan, akan timbul efek samping yang umum seperti nyeri di tempat suntikan, mual, dan pembakaran atau sakit di perut. Apabila hal ini terjadi, doronglah pasien untuk mengonsultasikannya dengan dokter mereka dan jangan biarkan pasien berhenti minum obat apapun tanpa petunjuk dokter. 

  Adapun efek samping yang khusus ada 2 macam, yang pertama meliputi: dering di telinga dan pusing, gangguan pendengaran, dan kram parah di kaki. 

  Sedangkan, efek samping kedua, meliputi: ruam, mata kuning atau hepatitis, kejang dan psychposis atau perilaku irrasional. 

   Jika efek samping tersebut diatas membuat pasien tidak mau berobat lagi maka dampaknya bisa menginfeksi orang terdekatnya dan jadi kebal obat serta kematian. 

   Meskipun pengobatan TB resistan obat terbilang cukup sulit dengan panduan pengobatan yang rumit, jumlah obat lebih banyak dengan efek samping yang lebih berat, pengobatan yang hampir 2 tahun dan biayanya jauh lebih mahal, asalkan kuman MDR TB cepat teridentifikasi maka ada kemungkinan pasien bisa sembuh. Seperti kisah Chasana berikut ini :



 



Cara Mencegah TB Resistan Obat 

  Ada pepatah yang mengatakan, “Lebih baik mencegah daripada mengobati.” Adapun cara mencegahnya yaitu dengan mendiagnosa penderita TB Resistan obat sedini mungkin dilanjutkan dengan pengobatan OAT lini kedua sesuai standar, secara rutin sampai tuntas serta menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan tempat tinggalnya.

   Selain itu, untuk mencegah penularan diri sendiri, maka yang perlu kita lakukan, antara lain : 

  1. Menutup mulut ketika batuk/ bersin 
  2. Tidak lupa minum obat secara rutin
  3. Tinggal di rumah dengan ventilasi udara yang baik
  4. Membuang tisu setelah dipake ke tempat sampah 
  Cara menjaga diri agar tidak terkena MDR TB yaitu dengan tidak memakai narkoba, tidak minum minuman beralkohol, dan menghentikan kebiasaan merokok, serta makan makanan bergizi. Dengan begitu maka tubuh akan mempunyai energi untuk melawan kuman MDR TB
   Kita juga bisa melakukan pencegahan di dalam keluarga (rumah) dengan sering bersosialisasi di luar rumah, tinggal di ruangan yang berventilasi udara baik, melindungi balita agar tidak kontak dengan orang yang terinfeksi MDR TB, dan tidur di tempat tidur masing-masing. 

Peran Pemerintah dalam Mencegah TB Resistan Obat 
   Indonesia sendiri berada di urutan ke-8 dari 27 negara dengan beban MDR TB terbanyak di dunia. Ada sekitar 6900 pasien yang mana 5900 orang (1,9%) dari kasus baru dan 1000 orang (12%) dari kasus pengobatan ulang (WHO Global report 2013).

 
sumber gambar
   Melihat kenyataan ini, United States Agency for International Development (USAID), badan independen Amerika yang bertugas mengelola bantuan kemanusiaan untuk negara-negara asing, bekerjasama dengan pemerintah Indonesia dalam upaya pencegahan dan peningkatan program TB. 
   Dengan ditemukannya sebuah teknologi diagnosis kuman TB MDR yaitu GeneXpert. GenXpert jauh lebih akurat daripada metode konvensional dengan memeriksa sputum di bawah mikroskop karena mesin langsung meneliti dan mengurai DNA bakteri. 
sumber gambar
   
   Melalui serangkaian uji coba oleh ahli, New England Journal of Medicine menyebutkan, GeneXpert dapat mendeteksi TB resistan obat rifampisin yang sebelumnya bisa mencapai 8 minggu kini bisa terdiagnosis dalam waktu kurang dari 2 jam (90 menit). 
  Salah satu mitra pemerintah dan USAID yaitu RSUP Persahabatan. Di rumah sakit ini disediakan poliklinik khusus untuk pasien MDR TB selama 24 jam. Di sini pasien dapat datang kapanpun untuk melakukan pengobatan. 

   Selama 2 tahun, pasien suspek MDR TB harus rutin check up dan minum obat setiap hari kecuali hari Sabtu dan Minggu. Pengobatan harus dilakukan di rumah sakit untuk meminimalisir pasien yang tidak meminum obat secara teratur. 
Cara Mengobati TB Resistan Obat 
   Semua penyakit jika tidak segera diobati maka akibatnya bisa fatal. Sama halnya dengan TB maupun TB resistan obat, jika tidak segera ditangani maka nyawa pasien jadi taruhannya. Wow serem ya? Jika sudah terlanjur kena TB Resistan Obat, maka kita perlu berobat dengan lebih serius, rutin, dan tuntas. 
   Dengan Manajemen terpadu pengendalian TB resistan obat secara terstandarisasi diharapkan pasien bisa sembuh total. Adapun strategi ini didasarkan pada 5 komponen utama DOTS: 
  • Komitmen
  • Diagnosis mikroskopis
  • Pengobatan jangka pendek yang diawasi langsung
  • Penyediaan obat rutin
  • Pencatatan dan pelaporan 
  Dengan strategi pendampingan minum obat ini dapat dicapai angka keberhasilan pengobatan yang tinggi dan terutama dapat mencegah kasus TB MDR
   Yuk, obati dan cegah TB resistan obat dengan standar yang tepat :D agar setiap pasien dapat sembuh dan sehat seperti sediakala. 
Sumber referensi :
- http://www.tbindonesia.or.id/
 

Cinta Tak Lekang oleh Waktu

Moocen Susan | Jumat, Mei 09, 2014 | 41 Comments so far
   Dalam usianya yang hampir kepala 8 beliau masih ingin terlihat muda dengan rambut tanpa uban. Di saat santai dan bercengkerama berdua, beliau selalu memintaku mencabuti ubannya. Mencabut uban bapak adalah ekspresi cinta dan sayangku kepada beliau. 

editing by photografer amatir

   Seiring waktu berjalan hingga rambutnya memutih, rasa cintaku kepada bapak makin bertambah. Aku bersyukur dan bahagia mempunyai bapak yang penuh cinta juga kepada anak-anaknya. 

    Kehidupan kami yang terus berputar bagai kincir angin ini, membuat cinta kami makin hari makin kuat dan besar. Kami yakin berbagai masalah hidup ini akan segera berlalu diterpa angin. Inilah EKSPRESI CINTA MONUMENTAL keluarga kami. 

Jumlah kata : 100
http://cintamonumental.blogspot.com/2014/05/lomba-blog-2-tantangan-untuk-2.html

Neli oh Neli

Moocen Susan | Kamis, Mei 08, 2014 | 4 Comments so far
   Ini adalah naskah FFku yang pernah kubuat dan tidak lolos audisi. Jadi daripada nganggur di dokumen Ms. word mendingan ditulis disini aja ya. Selamat membaca :D 

 ***

   “Boy…!” teriak salah seorang kawan lamanya. 

   Sambil celingak-celinguk ke kanan dan kiri, ia mencari dari mana datangnya arah suara itu, “Eh, kamu Dik? Apa kabar, lama enggak jumpa.” 

  “Ya nih, aku lagi sibuk ngurus persiapan nikahku. Kamu kapan nyusul?” 

   “Nyusul kemana? Oh nikah maksudmu? Ya gimana ya, aku belum nemu calon yang pas dan cocok dengan seleraku. Ngomong-ngomong, kamu punya kenalan cewek enggak? Kenalin dong.” 

  “Hm, ada sih tapi….,” 

  “Tapi apa?” 

  “Tapi aku takut kalau enggak sesuai dengan kriteria cewek yang kamu suka. Kalau boleh tahu seperti apa cewek idamanmu?” 

   Boy berpikir sebentar, “Hm…yang standar-standar aja sih yang penting cewek itu cantik, baik hati, dewasa, lincah, dan keibuan.” 

   Andika pun mencoba mengingat daftar teman-teman ceweknya satu per satu. Beberapa saat kemudian, “Cling” munculah satu calon untuk diperkenalkan kepada sahabatnya itu, “Oh ya, aku ingat sekarang. Ada satu cewek yang sangat cocok dengan semua kriteria yang kamu sebutkan tadi.” 

   "Serius? Siapa…siapa? Kenalin dong?” 

  “Ok, aku kasih nomor ponselnya aja ya. Kamu kenalan aja sendiri, jangan bilang dari aku. Janji?” 

  “Oh beres. By the way, siapa namanya?” 

  “Namanya Neli, cantik banget orangnya.” kata Andika sambil menunjukkan ibu jarinya. 

   Dengan semangat ia mulai meluncurkan sms perdananya kepada Neli. Setelah saling sms-an akhirnya mereka berniat untuk ketemuan di café. 

   Dengan bermodalkan petunjuk bahwa Neli akan memakai gaun warna pink, ia pun setuju untuk kopdar berdua. Malam itu Boy sengaja datang ke café setengah jam lebih awal dari jadwal yang diitentukan berdua. Dengan mengenakan jas hitam dan dasi kupu-kupu favoritnya ia terlihat sangat percaya diri bahwa Neli akan jatuh hati dengan penampilannya itu. Berulangkali ia melihat jam tangannya karena ingin segera bertemu dengan cewek idaman hatinya itu. 

   Suasana café remang-remang di sudut kota itu membuat malam itu terasa romantis. Tidak disangka hari ini adalah lembaran baru dalam catatan perjalanan cinta si Boy. Tepat pukul 20.00 WIB, datanglah seorang gadis yang sangat cantik dengan baju pinknya tersenyum ke arah Boy yang sedang duduk sambil berulangkali menata rambut dan kacamatanya. 

   Saat Boy hendak menghampiri cewek tersebut, bahunya ditepuk oleh seseorang di belakangnya. “Hai? Pasti kamu Boy ya?” 

    Boy menoleh, berulangkali ia mengucek matanya karena lampu café redup jadi ia tak begitu jelas melihat, “Siapa ya?” 

   Tampak seorang wanita dengan baju pink dan rambut pirangnya berdiri menunduk di depannya dan menjawab dengan malu-malu, “Kenalkan, namaku Neli. Aku yang sms-an denganmu itu lho.” 

   Dengan gugup ia memandang Neli lebih dekat dan ia sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya, “Haaaaah ? Neli? Tiiiidaaaaakkkkkkkkkk……Jjaaajaaajaanggggaannnnn…..! Kamu bukan Neli. Tolongggg….” 

   “Lho, Boy jangan pergi….Boy! Ya, Neli itu kan singkatan dari nenek lincah, selain itu aku kan juga masih terlihat cantik, baik hati, dewasa dan sangat keibuan. Hihihi….” Tawa nenek tua itu memamerkan giginya yang sudah ompong semua. 

   “Huwaaa…..ya enggak gitu juga kaleee…..,”Boy lari terbirit-birit hingga sepatunya lepas bagai cerita cinderela

Cara Mengubah File JPEG menjadi PDF

Moocen Susan | Kamis, Mei 08, 2014 | 11 Comments so far
   Kali ini aku mau berbagi tutorial cara mengubah file JPEG menjadi PDF sekaligus sebagai catatan pribadiku agar tak lupa caranya. 

   Kemarin sempat bingung seharian, utak-utik merubah filenya ke PDF pakai versi online tapi entah kenapa lemotnya minta ampun dan berulangkali gagal. Hingga ask more friend ga cuma satu orang. Hehe.. maaf ya sudah merepotkan kalian semua. Segala cara sudah dicoba dari pake Convert JPG to PDF for free - JPG to PDF online converter lalu http://jpg.smallpdf.com/ terus pake cara manual dimasukin ke word dulu baru diubah ke PDF. 

   Dan akhirnya ada teman yang menyarankan untuk mengubahnya dari photoshopnya yaitu dengan cara: 

   Klik File> Adobe PDF Preset> Kemudian pilih pilihan filenya, bisa High quality sampai smallest size.. 

   Masalahnya photoshopku masih versi 7. Nah ini bagaimana caranya ? Dengan fasilitas terbatas namun harus tetap bisa mengatasi masalah ini. Akhirnya setelah coba-coba lagi dengan sedikit aji-aji pernekatan, nemu cara langsung yang ternyata lebih gampang karena aku sudah ada adobe reader di komputerku. Ikuti caranya berikut ini : 

  1. Buka file JPEG di dalam program Photoshop 
  2. Klik File → Automate → PDF Presentation 
  3. Browse file JPEG yang ingin kita rubah jadi PDF 
  4. Di PDF presentation SOURCE FILE, centang Add open file Output Options → centang save as presentation dan view pdf after saving → SAVE 
  5. Beri nama file baru misalnya BROSUR dengan format presentation [*.PDF] 
  6. Di PDF Option, centang bagian Encoding (JPEG) Image Interpolation→Include vector data → Embed Fonts → OK 
  7. Klik Yes 
Dan horeee…. :D File pdf pun bisa tampil dengan sukses. Kalau ga gagal, ga belajar hal baru :D

Mupeng Payung Transparan

Moocen Susan | Rabu, Mei 07, 2014 | 16 Comments so far
   Sedia payung sebelum hujan, pakailah payung biar ga kehujanan, kalau ga punya payung daun pisang pun jadilah, kalau susah cari daun pisang kudungan aja pakai kantong kresek yang penting kepala anda terlindungi hihihi,.. 

  Di rumah, aku cuma punya satu payung merk Wella pemberian temanku yang punya salon. Warnanya merah dan berat sekali kalau dipakai, (payung apa beton?) jadi kalau pas naik sepeda aku pakai jas hujan saja biar praktis. 

   Pas aku nonton film jepang di TV, aku mupeng banget pengen punya payung transparan. Kayaknya ringan dan good looking gitu, berasa di jepang :D. Ketika ada salah seorang teman blogger yang posting tulisannya dan upload fotonya pas bawa payung transparan tambah mupeng lagi. Sayang di Blora ga ada yang jual payung begituan. 
    Kemarin nyoba beli yang hampir mirip itu sih, cuma warnanya putih bermotif aja dan sekarang rusak buat mayungin kompor gasku. Maklum atap rumahku sering bocor kena air hujan. Jadi yang payungan bukan orangnya tapi kompornya. Hm… jadi pengen beli payung transparan itu :D