Semua itu berawal dari setelah Ibuku meninggal dunia saat aku duduk di bangku kelas 2 SMA.
Entah kenapa setiap pagi rasanya begitu berat. FYI, aku dulu pecinta mi instan, gaya hidupku tidak sehat, sering berbaring/ langsung tidur setelah makan, kurang olahraga dan yang lebih parahnya lagi aku stress hingga depresi akibat kehilangan ibuku.
Awalnya, aku sering kena types, dan akhirnya kena maag dari yang ringan sampai berat. Dari yang cuma sering lapar, jadi gampang mual dan sering muntah.
***
Pagi itu, jam 4 aku terbangun karena perutku terasa mual dan perih karena tak tahan aku berusaha memuntahkan asam lambung meski rasanya sangat sulit untuk muntah, tenggorokan seperti tercekik, nafas tidak bisa plong.
Kalau sudah begitu, aku masuk ke toilet, bawa sebotol besar air mineral dan kuminum - hanya untuk memancing agar muntahku keluar. Aku minum lagi aku muntahin lagi gitu terus sampai lega, ini yang bikin lama.
Aku sangat kelelahan karena rasanya muntahnya tidak kunjung selesai kucekik leherku sendiri, kupukulin perutku kadang kucolokkan jariku ke dalam mulut - cuma agar bisa muntah.
Sesekali aku menangis dan terduduk lemas di toilet bajuku basah kena cipratan air saat menyiram muntahku.
Tak terasa sudah 3 jam di toilet tapi muntahku belum tuntas namun setidaknya nyeri di perutku sudah hilang hanya rasa tidak nyaman di tenggorokan yang masih ada, rasanya seperti ingin terus meludah.
Ini bukan pertama kalinya aku muntahin paksa asam lambung hampir setiap pagi aku melakukannya aku sangat depresi dengan keadaanku.
Setelah agak lega, aku minum air pelan-pelan lalu minum obat mual dari dokter. Pernah juga aku coba minum obat saat mual banget, namun aku muntah dan obat itu ikut keluar lagi .
Aku sudah mencoba berobat kemana-mana. Sembuh sebentar, kumat lagi.
Beruntungnya, kos-kosanku waktu itu sepi, karena yang kos cuma aku. Tidak seperti kos sebelumnya yang sangat ramai anak kos.
Dulu di kosan lamaku, agar tidak ketauan, aku muntah di kamar, aku taruh ember beralaskan kresek untuk wadah muntahku dan aku setel musik keras-keras biar ga kedengeran kalau aku lagi muntah karena keras sekali muntahku kadang sendawaku juga sangat keras.
Ketika hari sudah malam, aku mengendap-endap ke toilet untuk buang muntah yang hanya cairan asam lambung campur air.
Suatu hari, ada temanku yang tahu hal ini. Lalu, aku dilaporkan ke ibu kos dan diusir. Alasannya karena teman-teman kosku itu jijik dan terganggu suara sendawa / muntahku yang keras.
***
Kulihat sudah jam 07.30 aku baru saja selesai muntah dari jam 4 tadi, lalu aku pun bergegas mandi dan makan serta berangkat kerja.
Tapi ketika aku hendak berangkat, badanku terasa sangat lemas dan rasanya tidak sanggup berangkat kerja.
Meski jarak kos ke kantorku hanya 450 meter, aku ga kuat berjalan. Akhirnya aku naik becak ke kantor.
Kali ini aku harus berangkat, karena sudah beberapa hari sering bolos kerja karena muntahku kadang belum selesai juga, padahal sudah waktunya kerja.
Karena terlalu sering bolos kerja, akhirnya aku di-PHK. Tapi ya, aku sadar diri, memang kondisiku sudah semakin melemah dan tak sanggup lagi untuk bekerja.
Uang pesangonku habis untuk bayar hutang rumah sakit. Melihat hal ini, teman-temanku berdonasi untuk membantuku. Dan anehnya jumlahnya sama persis dengan uang pesangon yang seharusnya kuterima.
Tak hanya itu saja pertolongan Tuhan bagiku ada salah satu teman kenalanku yang mengantarku pulang ke kampung halamanku dengan menyewa mobil.
Seharusnya mobil datang jam 8 pagi tapi entah kenapa datang jam 7. Padahal aku masih mau makan eh jadi terburu-buru dan kemrungsung rasanya.
Di sepanjang perjalanan, sopirnya ngebut padahal jalannya cukup jelek. Akhirnya aku muntah-muntah lagi. Temanku memijit tengkukku dan menadahi muntahku dengan kantong kresek.
***
Setelah tiba di kampung halamanku, sampai di depan rumah, aku melihat ayahku sudah menunggu.
Kuperhatikan rumah kayuku seperti habis dicat ulang. Ini seperti penyambutan buatku. Kulihat Ayahku sudah berdiri di depan rumah kami dan tersenyum menyambut kedatanganku.
Tapi aku sedih karena merasa jadi anak yang gagal, entah berapa kali aku sering keluar masuk kerjaan karena sakitku kumat.
Meski demikian ayahku tidak pernah kecewa padaku. Ia lebih mementingkan kesehatan anaknya daripada bekerja ikut orang dalam keadaan sakit.
Saat aku turun dari mobil, hampir setiap orang melihatku dari atas ke bawah sambil bergunjing : “Ya ampun kok kurus dan pucat banget sakit apa sih itu?” tapi aku ga mau sedih dan memikirkan hal itu.
===
Saat sudah tinggal di rumahku sendiri, kumatku pindah jam. Ini yang aneh, kadang kupikir apa aku kena guna-guna? Bukan pagi hari bangun tidur lagi. tapi siang hari sekitar jam 2 siang .
Di jam tersebut asam lambungku mulai naik dan aku sangat mual hingga akhirnya aku muntah dari jam 2 siang sampai jam 6 sore (setiap hari) bahkan kadang bisa sampai jam 8 malam baru berhenti dan baru bisa makan.
Sedangkan toilet di rumahku ada agak jauh di luar rumah (maklum rumah di kampung).
Jadi agar tidak kecapean bolak-balik toilet , ayahku menaruh kaleng bekas cat untuk wadah muntahanku.
Selesai muntah, baru bisa minum obat dan makan. Setiap pagi aku gak berani makan nasi karena takut tenggorokanku sakit saat muntah.
Kegiatanku setiap pagi bangun tidur yaitu mendengarkan kotbah di radio rohani. Waktu itu nama acaranya "Kata Hari Ini" yang dibawakan oleh Pdt. Gilbert Lumoindong.
Aku rajin berdoa dan selalu mencatat ringkasan kotbah itu sebagai bahan saat teduh. Hingga suatu hari mujizat terjadi, aku mengenal seseorang yang kebetulan ayahnya adalah terapis dan menyarankan minum obat herbal dan suplemen. Tak hanya itu karena hatiku damai dan tenang dekat dengan ayahku maka lambat laun penyakitku sembuh, muntahku bertaun-taun seketika itu berhenti.
Aku merasa ini bukan soal herbalnya, tapi lebih ke psikisku. Perubahan mindset dan memang dibantu dengan herbal. Maaf, aku ga bisa spill herbalnya karena jujur aku tidak tahu namanya.
Kenapa aku bilang ini mujizat, karena yang Namanya herbal itu cocok-cocokan. Dan terapisku itu sudah wafat. Tapi untuk suplemen yang kuminum saat maag kumat aku klik link ini :
https://moocensusan.kkd.id/category/supergreen-food
Aku tidak pernah muntahin asam lambung lagi lambat laun aku pulih dan berat badanku bertambah dari 30 kg jadi 40 kg, tapi ini juga ga instan prosesnya. Jadi setelah sembuh, bisa makan normal baru nambah BBnya.
Setelah sembuh aku mulai buka usaha sendiri di rumah dengan menjadi guru les privat di sela-sela kesibukanku aku juga belajar menulis.
Sampai suatu saat aku memenangkan sebuah lomba menulis dan impianku untuk membahagiakan ayahku terwujud aku mendapat hadiah uang tunai untuk renovasi kamar ayahku yang saat itu sakit TBC. Cerita tentang ini bisa dilihat di link ini :
https://www.youtube.com/watch?v=Qy7Ljd4aOZs
Hingga akhirnya ayahku meninggal dunia setelah menempati kamar tersebut 5 bulan kemudian. Meski hanya sebentar, aku bersyukur karena sudah bisa membagiakan ayahku sampai saat terakhir.
Demikianlah kisah perjuangan hidupku melawan sakit. Semoga bisa menginspirasi.
Buat kalian yang ingin berbagi cerita perjuangan melawan penyakit juga bisa tulis di kolom komentar ini. Cerita akan dibacakan pada episode cerita gerd selanjutnya.
Semoga kalian selalu sehat. Jangan banyak pikiran. Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah keringkan tulang.
Beda asam lambung sama maag, tapi hampir sama permasalahannya. Soal yang satu ini memang rentan, apalagi asam lambung itu bahaya kalau sampai telat makan. Harus jaga pola makan dan kebersihan pastinya, terima kasih informasinya!
BalasHapusbetul
Hapus