Sudah hampir 6 bulan ini tiap pagi kira-kira jam 4-8 pagi muntah asam lambung bercampur bercak darah kecoklatan kadang juga hitam. BABku agak encer tapi tidak terlalu encer. Pola makanku kacau, sedikit dan terbatas di menu tertentu. Kadang bisa sejam lapar atau maksimal 2 jam harus diisi makanan lagi.
Entah mungkin kemarin lagi ga kebeneran aja, pisang yang biasanya aku makan dengan lahap kali ini berasa agak pait sampai lidahku terasa kebas.
Perutku mulai mual dan kepalaku pusing, rasa tidak nyaman itu membuatku muntah hingga berjam-jam. Dan bercak darah kembali muncul. Aku mulai panic dan tidak kuat karena muntahku tak kunjung berhenti. Ada rasa terbakar di kerongkonganku.
Aku meminta adikku mengantar ke IGD terdekat.
Sepanjang perjalanan aku muntah di atas motor. Aku sudah lemas. Sampai di IGD disuruh berbaring aja sama perawatnya. Diperiksa dokter jaga dan menunggu adiku mengurus pendaftaran. Aku terus muntah. Ternyata adiku mendaftar di poli penyakit dalam. Aku turun dari ranjang IGD dan periksa ke dokter. Aku duduk masih dalam keadaan muntah.
Dapat antrian nomor 13 pula. Aku sempoyongan masuk ke dalam ruang dokter. Dokternya udah kayak nenek-nenek ketika mengetahui aku muntah dia kayak jijik gitu.
Dia tidak memeriksaku sama sekali cuma bilang, loh kok muntah? Jangan muntah disini. Adiku langsung bilang, dia bawa tas kresek kok dok. Wah ya harus mondok kalau gitu, tapi suster bilang kamar sudah penuh jadi harus dirujuk ke rumah sakit lain. Dokter itu membuat surat pengantar dan memberikannya kepada kami sambil kayak orang ngusir gitu. Udah ini ini… tunggu diluar.
Adiku menghubungi temannya untuk bawa motor karena kami akan naik taksi. Di pinggir jalan aku nunggu teman adiku datang, aku masih muntah. Aku pegangan tembok rumah orang karena lemas. Setelah kira kira 20 menit teman adiku baru datang. Udah gitu masih nunggu cari taksi lagi. Plus hp adiku baterenya lowbat. Dia cari pinjaman telepon di kantor rumah sakit.
Setelah menunggu beberapa saat taksi datang. Aku masih muntah.
Sampai di IGD rumah sakit kedua, aku tiduran aja menunggu adiku mengurus administrasi dengan BPJS. Tak ada yang memeriksaku ataupun menghampiriku. Aku terus muntah. Dan tak terasa ternyata aku datang bulan tapi lupa tak bawa pembalut. Waduh kebayang betapa ga nyamannya antara muntah dan mens tanpa pembalut.
Aku memanggil salah seorang suster dan meminta pembalut tapi dengan ketus suster itu bilang tidak ada. Dan dia ngacir pergi.
Aku menunggu kira kira 1 jam, adiku datang dan bilang kalau kamar udah penuh jadi aku pindah ke rumah sakit ketiga. Di rumah sakit ketiga aku diperiksa dokter jaga dengan cermat. Ada 2 dokter yang memeriksaku. Aku ditensi, disuntik dan direkam jantungku. Muntahku masih belum berhenti juga.
Dokter memberiku lanzoprazole tapi kumuntahkan lagi. Jam sudah menunjukan pukul 22.00 WIB tapi aku masih belum berhenti muntah. Hingga aku mulai mengantuk sehabis disuntik namun masih terasa mual.
Dalam keadaan setengah sadar, aku kaget seperti ada dokter menghampiriku. Aku hanya merasa nyaman saja. Kulihat dokter itu bersama seorang dibelakangnya menggunakan jubah warna putih tapi bukan jubah dokter. Aku melihatnya samar-samar tapi tak terlihat wajahnya. Dokter itu tidak bilang apa apa. Dan aku mulai memperhatikan dengan seksama keluar tirai lho dokter yang memeriksa aku kok duduk di tempatnya lha yang kesini tadi siapa?
Aku tertidur kembali sebentar dan terbangun dalam keadaan lebih baik. Muntahku berhenti dan aku mulai makan.
Aku masih bertanya tanya siapa dokter dan seorang berjubah yang tak kelihatan wajahnya itu. mungkinkah IA TUHAN YESUS? Tuhan menjengukku di IGD memberiku kekuatan dan aku berhenti muntah. Setelah makan pisang yang kubawa dari rumah aku minum obatku. Pisang yang kubawa untungnya tidak pait seperti tadi siang. Kemudian Adikku datang dan membawakan bubur nasi bersama telur rebus yang direbus oleh teman adikku yang kos di dekat rumah sakit.
Aku makan dengan lahap dan kondisiku mulai membaik.
Adiku mengajakku pulang malam itu juga karena aku tidak perlu diopname. Tensiku baik, jantungku normal yang tak beres hanya pencernaan saja. Aku diberi obat ulsafat sucralfate untuk melapisi dinding lambung, scopma untuk nyeri perut, ondansetron untuk mual/ muntah, dan lanzoprazole untuk menekan produksi asam lambungku.
Pulang kerumah aku kuat bonceng motor seperti ada yang menopang punggungku sepanjang perjalanan. Aku pulang kerumah pk.00.00 WIB. Aku pun bisa tidur setelah serangkaian perjuangan muntahku meski esok paginya masih muntah asam lambung yang tak terhindarkan. Terima kasih Tuhan Yesus Kau sudah menguatkanku dan mengunjungiku di IGD.