Ibuku adalah wanita tangguh yang sederhana. Semua pekerjaan rumah tangga dilakukannya dengan penuh semangat dan tak kenal lelah. Selain mengurus keluarga, ibu juga bekerja membuka usaha warung klontong kecil-kecilan.
Uang ganti rugi karena warung ditabrak itu digunakan ibu untuk membuka warung nasi pecel. Ibu bangun pada pukul 03.00 dini hari dibantu bapak, memasak untuk jualan nasi pecel. Sedangkan aku dan adiku masih tidur nyenyak. Ada rasa bersalah kalau ingat masa itu karena aku tidak ikut bangun membantu ibu, tapi ibuku memang melarangku untuk membantunya memasak. Katanya malah ngrusuhi. Jadi paling-paling aku cuma disuruh metik sayuran, iris cabe dan kupas setampah bawang.
Dagangan ibu laris banget karena masakannya enak dan ibuku ramah pada pembeli. Setiap malam ibu mengumpulkan uang hasil jualannya dan selalu ke bank setiap hari untuk setor tabungan. Sedikit demi sedikit ketika tabungannya terkumpul, ibu bisa renovasi warung dan membeli TV serta sepeda untukku.
Disaat ibu sedang senang-senangnya menikmati hasil usahanya, penyakit kanker telinga membuatnya terkapar selama setahun. Awalnya ibu kehilangan salah satu pendengaran di telinga kanan dan kepalanya sering pusing. Penyebabnya dari infeksi karena ibu sering membersihkan telinga setiap habis mandi dan mungkin terlalu dalam membersihkannya.
Ibuku yang dulu gemuk dan sehat, kini terbaring lemah tak berdaya mengeluh sakit kepala setiap malam, daun telinganya hilang dimakan sel kanker, lukanya berbau dan bernanah sehingga perban harus sering diganti. Tubuhnya tinggal kulit pembungkus tulang. Setiap akan berangkat sekolah aku memandikan ibuku dan mengganti perbannya. Ketika aku pulang sekolah aku menemani ibu dan menyanyikan lagu-lagu pujian untuk menenangkan ibu. Namun ibuku terus menangis dan memegangi kepalanya yang pusing dan sakit seperti dipalu rasanya.
Suatu ketika ibu memintaku untuk memasak sayur untuknya. Seumur-umur aku belum bisa memasak. Tapi kali ini ibu menyuruhku memasak. Meski dalam keadaan sakit ibu masih ingat betul bumbu-bumbu apa saja untuk memasak. Aku mencatat daftar belanjaan untuk membuat masakan ibu. Ibu juga mengajariku secara lisan cara memasak sayur yang dimintanya.
Awalnya aku tak yakin. Namun demi ibuku aku tetap berusaha memberi yang terbaik. Aku nekat memasak sayur untuk ibuku. Tanpa bumbu penyedap rasa, tanpa garam dan tanpa gula. Hambar sekali rasanya. Aku saja ga doyan makan masakanku itu, tapi ibu memanggilku, menanyaiku apakah masakanku sudah matang? Dengan agak ragu aku memberikan semangkuk sayur yang diminta ibuku.
"Apa enak bu?" tanyaku meski kutahu itu ga enak.
Tapi ibu menjawab, "enak kok nak, terima kasih ya".
Oh, pecah hatiku rasanya mendengar ibu berkata begitu. Itu adalah masakan pertama dan terakhirku untuk ibu. Kini ibuku telah tiada, keinginanku untuk membahagiakan ibu mungkin hanya sebatas semangkuk sayur buatanku. Tapi aku sangat bersyukur sudah diberi kesempatan meski hanya hal sederhana.
Postingan ini diikutsertakan dalam
Special New Year Gift for Mom
Blogger's Competition bersama Moxy
Jumlah :500 kata
Bahagianya, masih sempat memberi yang diingini ibu ya mbak :)
BalasHapusiya mak, untung masih ada kesempatan
HapusDuh jadi kangen ibuku..aku juga pengen sampai sisa umurnya membahagiakan ibu
BalasHapusHehe..lakukan yg terbaik
HapusSemoga semua amal ibadah ibunya diterima Allah, Mbak. :)
BalasHapusAmin mb anisa
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusIbunda tentu bahagia dengan apa yang sudah mba berikan selama ini :)
BalasHapusYa mba Rach...semoga
HapusIihhh...terharu mbak...:) ibu oh ibu..
BalasHapusMksh mb eka
HapusGood story..
BalasHapusOyea?
Hapusmanteb bak..visit balik ke blog saya ya
BalasHapussudah, loading blog anda berat sekali ,. saran saya kurangi kode script yang tdk perlu.
Hapussemoga ibu tenang disana ya mbak
BalasHapusAmin, thx
HapusSemoga ibu bahagia disana, Mbak...
BalasHapusSemoga ibu bahagia di sana ya Mba.. :)
BalasHapusaku kayanya malah blm pernah bikin masakan buat ibu..karena jauh tinggalnya sekarang
BalasHapusPerjuangan ibu luar biasa ya mba demi anak2nya
BalasHapusjadi teringat waktu siang sebelum ibu saya meninggal malamnya, beliau juga minta dimasakin sayur bayem..
BalasHapuswaktu itu minta nambah tapi sama papa ga dibolehin, disuruh istirahat..
Ternyata itu sayur bayem terakhir yang saya masakin..
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus