Sejak aku sembuh dari muntah berkepanjangan di tahun 2007-2009, aku masih jaga makan hingga sekarang karena takut kumat. Saking banyaknya pantangan makan, aku jadi lebih nyaman tinggal di rumah dan memasak sendiri makananku. Sehingga untuk keluar kota membuatku agak susah makan. Aku takut kecentok makan sembarangan sedangkan disana ga bisa masak sendiri. Satu-satunya makanan yang bisa kumakan hanya oatmeal dan buah sebagai pengganjal lapar yang aman. Sedangkan cemilan roti dan biscuit, sudah tidak bisa kumakan lagi.
Membingungkan dan merepotkan, tapi karena aku harus mengantar bapak berobat mau tak mau aku harus berjuang memerangi kelemahanku demi bapak. Begitu banyaknya warung makan di depan kos adiku, tapi semuanya tidak bisa kumakan dengan bebas sedangkan aku mudah lapar. Memilih menu makanan yang cocok di lambungku di warung sembarangan itu hal yang sangat menegangkan, salah makan bisa muntah lagi.
Tak terasa sudah hampir 6 bulan bapakku berobat jalan di Blora setelah proses CT Scan paru dengan hasil diagnosa PPOK (penyakit paru obstruktif kronis), dan kini saatnya kembali kontrol perkembangan kesehatannya ke Semarang lagi sesuai saran dokter. Banyak yang perlu dipersiapkan, terutama Surat rujukan dari dokter keluarga (puskesmas), rumah sakit, dan stempel dari kantor BPJS untuk keperluan kontrol.
Kami ke Semarang hari Senin, 24 November 2014 naik travel. Dari blora jam 18.00 sampai di Semarang jam 21.30 WIB. Esok harinya jam 06.30 aku diantar adikku menuju ke loket pendaftaran pasien rawat jalan. Sebetulnya rumah sakit buka mulai jam 07.00 tapi waktu kami datang kesana, sudah dapat nomor antrian loket : 120. Kulihat tumpukan berkas surat rujukan pasien BPJS sudah sampai nomor 64. Sedangkan dokter spesialis disana hanya membatasi 3 pasien saja. Alhasil, kami tidak dapat jatah itu karena sudah full.
Rencanaku untuk pulang Blora hari Rabunya ga jadi deh, karena musti nunggu daftar dokter lagi di hari Jumat. Ya sudahlah dengan sabar aku menunggu hari jumat dan belajar dari pengalaman harus datang lebih pagi untuk mendaftar pasien. Benar saja, Jumat pagi-pagi sekali aku bersama adikku menuju rumah sakit. Sedangkan bapakku masih tinggal di kos adiku sambil berdoa semoga dapat jatah antrian dokter.
Sampai disana aku lemas karena lapar akibat dinginya udara pagi. Aku mampir ke warteg depan rumah sakit hanya untuk meminta air panas, aku membuat bubur oatmeal pagi itu untuk menambah kekuatan. Setelah agak kenyang aku kembali menuju rumah sakit dan untungnya hari itu aku berhasil mendapat jatah antrian. Nomor antrian sudah dapat, pegawai belum datang.
Jadi ketika masuk ke ruang pendaftaran, ambil nomor antrian di dekat pintu masuk, lalu mengambil nomor antrian di meja pendaftaran berkas bpjs dan meletakkan surat rujukan dari dokter keluarga dan rumah sakit setempat. Setelah dipanggil ke loket menyerahkan kartu berobat dan kartu BPJS lalu mengambil berkas surat rujukan dari tempat pendaftaran BPJS dan kembali ke loket pendaftaran tadi untuk menyerahkan surat rujukan.
Aku masih harus nunggu lagi beberapa waktu, aku lapar lagi padahal sudah kumakan 3 sdm oatmeal. Pusing, lemas, serasa hampir pingsan namun aku mencoba untuk kuat. Adikku sudah kenyang karena makan 3 bolang baling + the hangat. Sedangkan aku tidak bisa makan bolang baling dan minum teh..hiks hiks..
Akhirnya, aku kembali ke warteg dan membuat oatmeal lagi dan kembali ke rumah sakit karena petugas pendaftaran sudah datang.
Benar-benar perjuangan, berjuang melawan rasa laparku demi mendapat jatah antrian dokter. Setelah urusan mendaftar pasien sudah kelar. Kami kembali ke kos.
Sore harinya aku dan bapakku naik taxi ke rumah sakit karena adikku tidak bisa mengantar. Bodohnya aku karena nanya ke sopir taxinya rate dari kos ke rumah sakit. Serasa mau naik becak nawar dulu. Dia bilang Rp.35.000 tapi di setelah sampai di rumah sakit ternyata di argonya tertulis Rp.23.800. Seharusnya bayar taksi berdasarkan argo kan ya? Namun sopir taksinya tetep kekeh dengan 35rb sesuai perjanjian awal. Hiks rugi.. lain kali ga usah nanya dulu..langsung bayar sesuai argo.
Dokter praktek jam 5 sore, tapi baru datang jam 6 an. Sore itu aku janjian ketemu temen lama di rumah sakit. Untungnya dia bawain aku buah, jadi bisa kuganjal laparku makan buah. Setelah dokter datang dan memeriksa bapakku, beliau membuatkan resep. Kupikir setelah control ini kami tidak harus kembali lagi ke rumah sakit ini. Tapi ternyata dokter bilang kalau bapak harus rutin minum obat seumur hidup dan control ke semarang tiap 6 bulan sekali. Hikssss…..yang jadi beban pikiranku adalah uang transport pp blora-semarang dan berjuang dalam antrian seperti tadi pagi.Sempat stress juga dan bikin lemes ga cuma karena lapar. Tapi ya sudahlah pasrah saja demi kesehatan bapakku. Karena kata dokter kalau sampai lepas obatnya bapak bisa diopname/ mondok karena sakitnya bisa tambah parah.
Setelah keluar dari ruang dokter, kami turun ke lantai 1 dan menunggu dipanggil oleh petugas bpjs rumah sakit. Dari petugas bpjs kami mendapat resep dokter tadi untuk ditebus di apotik.
Kulihat surat rujukan balik dari rumah sakit ini belum disetempel petugasnya, akhirnya aku balik lagi ke loket BPJS dan meminta stempel sambil menunggu obat di apotik. Jam sudah menunjukkan pukul 19.30 waktu makan malamku jadi terlambat karena menunggu obat.
Obat bapak yang semula 3x1/3 tablet diganti jadi 3x½ tablet karena dulu waktu di apotik rumah sakit di blora, petugas apotiknya ga mau membagi 1/3, tapi dikasih tulisan 1/3 aja (mbagi dewe). Waktu aku tanya kok ga dibagi seperti biasanya kenapa? Petugasnya jawab, oh ga apa-apa sehari diminum 1 tablet aja kan sama aja mbak sehari 3x1/3 sama sekali minum 1 hari sekali. Pikirku mungkin petugas apotiknya tidak sempat membagi obatnya jadi 1/3 ga kayak biasanya karena sibuk mengurusi banyaknya pasien. Ternyata setelah aku tanya pak dokternya ga boleh diminum sehari sekali. Tapi diganti jadi setengah tablet aja biar gampang mbaginya. Untung aku ga nuruti petugas apotik di blora, soalnya kalau diminum 1 tablet sekaligus jantung bapakku ga kuat.
Pulang ke kos, naik taxi lagi, kali ini ga nanya lagi. Tapi bayar berdasar argo. Sampai di kos kami makan malam dan beristirahat untuk kembali ke blora esuk paginya.