Bapakku adalah penderita TB yang pernah putus obat, baca kisah sebelumnya disini.
Awalnya beliau selalu menolak kuajak berobat sebelum akhirnya beliau setuju setelah aku bujuk berulangkali.
Sebenarnya aku paling cemas kalau bapakku mulai mengeluh nggak doyan makan dan sesak nafas lagi. Beliau itu belum mau berobat kalau dirasa penyakitnya belum parah. Ini yang repot dan bikin was-was. Padahal bapakku itu punya riwayat sakit TB dengan gejala yang kupaparkan di serial sebelumnya disini.
Kita tahu bersama, yang namanya TB itu kan berbahaya kalau nggak segera diobati dan kalau mau sembuh maka penderitanya harus rutin minum obat selama 6 bulan sampai tuntas. Masalahnya kalau nggak rutin dan tuntas minum obatnya bisa kena MDR-TB (multi drug resistance tuberculosis) alias kumannya jadi kebal obat (terutama rifampisin dan INH) dan kalau sudah begitu penanganannya akan lebih sulit lagi, mana dosisnya pasti lebih tinggi dari semula, butuh waktu pengobatan lebih lama (sekitar 2th), belum lagi efek samping yang ditimbulkan lebih kuat dari sebelumnya.
Aku berusaha menjelaskan kepada bapakku tentang pentingnya berobat sejak dini dalam upaya menyembuhkan TB yang dideritanya.
dokumentasi pribadi |
Aku : Bapak kok batuk-batuk? Sesak nafas lagi? Wah badan bapak kok demam begini, ayo pak besok Susan antar ke puskesmas ya. Siapa tahu penyakit TB bapak kambuh lagi, soalnya dulu kan bapak pernah putus obat.
Bapak : Ah, aku rapopo nduk, ini cuma masuk angin biasa, paling dikerokin sebentar juga sembuh.
Aku : Astaga, bapak ini lho! Mencegah kan lebih baik daripada mengobati. Lagipula nih pak, menurut artikel di internet yang Susan baca, TB bisa kambuh lagi kalau stamina bapak lemah, mana bapak nggak doyan makan pula. Aduh, kumannya itu bisa menyerang tubuh bapak lagi kalau begini. Ayo ah pak, nggak lama kok minum obatnya, cuma 6 bulan aja berobat yang bener, ya pak ya?
Bapak : Malas nduk. Obatnya banyak, nanti bapak mual-mual lagi kayak dulu.
Aku : Pak, itu karena bapak minum obatnya ga rutin. Bapak mau sehat gak sih? Susan bingung dan sedih pak kalau bapak sakit begini. Sekarang obat TB yang 4 macam itu sudah dijadikan 1 tablet aja kok pak namanya paket kombinasi dosis tetap (KDT), jadi bapak tinggal minum 1 obat aja. Lagipula berobat di puskesmas kan gratis pak. Ayo to pak, tugas bapak cuma minum obat dengan rutin dan tuntas aja biar cepat sembuh dan sehat kembali. Nanti Susan yang jadi PMO deh buat bapak biar bapak ga lupa dan ga telat minum obatnya. Pak, kalau bapak menunda-nunda berobatnya nanti kumannya bisa menyebar kemana-mana dan malah tambah parah, lho. Kalau sudah parah, obatnya bisa tambah banyak pak. Ayo to…Susan ga mau bapak sakit.
Setelah berusaha membujuk cukup lama dan bapakku kasihan melihatku sedih, barulah bapakku mau diajak berobat lagi.
***
Kejadian semacam ini jika dibiarkan akan membuat banyak penderita TB di dunia ini meninggal dunia karena tidak segera mendapat penanganan medis. Tak bisa dipungkiri, alasan-alasan seperti malas berobat, merasa sudah sembuh, berat badan naik dan lain-lain itu membuat penderita TB tidak tuntas dalam meminum obatnya.
Padahal sebenarnya TB itu bisa sembuh total. Hal ini ditandai dengan bukti tidak ditemukan kuman mycobacterium tuberculosa lagi di dalam tubuhnya saat dilakukan pemeriksaan kembali yaitu setelah 6 bulan biasanya dokter akan memeriksa dahak penderita sebanyak 3x dan didukung dengan pemeriksaan lanjutan berupa rontgen dada.
Nah kalau cuma sembuh aja mungkin kurang mantap ya, yang mantap itu sembuh tanpa kambuh lagi tapi ada syaratnya biar ga kambuhan, diantaranya harus mau melakukan hal-hal berikut ini:
- Berobat TB sejak dini dan tuntas jika diketahui gejala TB
- Selalu menjaga kesehatannya dengan makan makanan bergizi, istirahat cukup, berolahraga dan minum obat secara teratur
- Berjemur di bawah sinar matahari pagi untuk membantu mematikan kuman penyebab TB.
- Menghindari kontak dengan penderita TB lainnya.
- Dukungan dari keluarga dan lingkungan di sekitarnya
Jangan khawatir lagi, TB bisa disembuhkan asal ada kemauan dan semangat dari penderitanya untuk mau sembuh. Tak lupa dukungan keluarga atau orang terdekat sangat dibutuhkan demi proses kesembuhannya.
Jangan mengucilkan penderita TB di sekitar kita, sebaliknya berikan edukasi tentang TB dan bawa berobat segera ke puskesmas/ rumah sakit pemerintah terdekat jika kita menemukan penderita dengan gejala-gejala TB seperti batuk lebih dari 3 minggu, sesak nafas, nafsu makan hilang, berat badan menurun, demam dan keringat dingin di malam hari.
Mau Indonesia bebas TB? Mulai sekarang mari setiap kita peduli TB. Dengan begitu maka akan mengurangi angka kematian penderita akibat TB dan banyak orang akan mengalami kesembuhan.
sumber referensi:
- www.tbindonesia.or.id
- http://www.femina.co.id/isu.wanita/kesehatan/khawatir.tbc.kambuh/005/005/463
- http://health.okezone.com/