Di sekolahku ada seorang anak bernama Lusi. Rambutnya keriting dan ia terkenal sangat usil. Lusi suka mengganggu teman-temannya. Lusi juga sering terlambat masuk sekolah dan selalu lupa kalau disuruh mengerjakan PR. Ibu guru sering memarahi Lusi karena ia nakal. Di kelas, Lusi tidak pernah mendengarkan penjelasan ibu guru.
Credit |
Hari itu ada ulangan matematika. Lusi tidak belajar tadi malam. Lusi mulai gelisah karena tidak ada satu soalpun yang dapat ia jawab.
“Aduh, soalnya sulit-sulit. Bagaimana ya cara mengerjakannya?” Lusi bergumam sendiri sambil menoleh ke kanan dan ke kiri berharap ada temannya yang bisa menyontek kertas ulangan temannya yang lain.
Lusi melempar penghapus ke arah Mira dan Mira menoleh, “Ada apa sih?”
“Hei Mira! Kasih jawaban nomor 1 dong. Apa jawabnya? Cepat nanti ketahuan bu guru!” Bisik Lusi.
Ibu guru melihat ulah Lusi lalu menghampirinya, “Lusi! Sedang apa kamu? Mau menyontek lagi ya?”
“Ah tidak bu, saya tidak menyontek,” Lusi malu.
“Bohong bu, Lusi menyontek kertas ulangan saya,” seru Mira.
“Apakah yang dikatakan Mira itu benar, Lusi?”
“Tidak bu, Lusi tidak menyontek.”
***
Selesai mengerjakan ulangan, Lusi dipanggil menghadap ke kantor guru bersama Mira. Lusi dihukum karena telah memaksa Mira memberikan contekan kepada Lusi. Lusi harus menulis kalimat “Saya tidak akan menyontek lagi” di buku sebanyak 20 kali. Dalam hati Lusi marah dan dendam kepada Mira karena telah melaporkannya kepada ibu guru.
Sejak saat itu ibu guru dengan tegas memberitahukan kepada murid-muridnya agar selalu jujur dalam mengerjakan ulangan. Pelajaran hari itu pun usai.. Ibu guru memberikan tugas kepada murid-muridnya untuk menghafalkan perkalian.
***
“Anak-anak, siapa yang sudah hafal perkalian boleh maju ke depan?”
Semua anak terdiam lalu ibu guru memanggil salah satu muridnya yang bernama Dimas, “Dimas ayo maju ke depan dan hafalkan perkaliannya.”
Dimas maju ke depan dengan malu-malu, “1x1=1, 2x2=4,3x3=9, 4x4? Aduh, Dimas lupa bu guru.”
“Ayo siapa yang tahu berapa 4x4?” Tanya ibu guru sambil melihat ke semua murid-muridnya.
“Saya, bu,” Mira mengangkat tanggannya dan menjawab, “4x4=16”
“Betul Mira.”
Tanpa sengaja ibu guru melihat Lusi yang sedang mengganggu temannya.
Kemudian ibu guru memanggilnya, “Lusi, jangan suka mengganggu temannya ya! Mana tugas menulis kata yang ibu suruh kemarin? Apakah sudah kamu tulis di buku? Bawa ke meja ibu guru sekarang ya?” Pinta bu guru.
“Baik bu,” Lusi maju ke depan dan memberikan buku tugasnya, “Ini bu.”
Ibu guru memeriksa buku Lusi, “Ya sudah jangan diulangi lagi,ya!”
Lusi menunduk dan berjanji tidak akan menyontek lagi.
***
Keesokan harinya, Ibu Mira membawakan bekal makan siang untuk Mira. Dua buah roti isi. Saat jam istirahat tiba ia melihat Lusi memegangi perutnya karena tadi pagi ia belum sarapan. Mira datang dan memberikannya roti isi, “Lusi ini buat kamu.”
Melihat Mira memberikan roti isi itu, Lusi senang sekali, “Wah, terima kasih, Mira. Tapi mengapa kamu baik padaku? Aku kan selalu usil?”
“Ah sudahlah aku mau memaafkanmu asal kamu jangan usil lagi.”
Mereka berdua tertawa bersama sambil makan roti isi. Sejak saat itu Lusi dan Mira bersahabat dan Lusi tidak usil lagi.[]
Lusi sekarang gak usil lagi dunk ya
BalasHapusya tante,,,Lusi udah tobat hihi
HapusMira baik banget ya, mau memaafkan Lusi :)
BalasHapusya hrs itu hehe.....
Hapus