Nama lain jodoh buatku adalah PH (Pasangan Hidup). Menurutku cari PH itu seperti milih sepatu di pasar Johar Semarang. Banyak banget pilihannya, tampak bagus diluar tapi belum tentu cocok dipakai dan pas buat ukuran kakiku yang terbilang mungil. Mungkin mustinya aku nyari sepatu di tempat jual sepatu anak-anak kali ya? Tapi modelnya ya kayak anak-anak juga.. ga lucu ah..:P.
Kok jadi bahas sepatu ya, balik ke topik. Bisa juga diibaratkan gini, cari PH itu kayak mencari jarum di tumpukan jerami plus lampu mati sekalian. Nah lengkap sudah kesulitannya.
Beberapa waktu yang lalu aku sempat galau akut soal PH. Saking galaunya sampai sampai aku masuk ke semua biro jodoh online yang ada di facebook. Pernah juga salah masuk biro jodoh, ditendang deh aku akhirnya karena ga termasuk kategori (ga perlu aku sebutin nama bironya yang pasti ada unsur SARAnya gitu :( )
Tapi tetep aja usahaku itu sia-sia.
Terus aku inget sama kisah Hana di Alkitab. Hana sih bukan minta PH, tapi minta anak. Dia punya suami yang sayang padanya tapi Hana masih sedih aja karena belum punya anak. Karena dia ga punya anak tak henti-hentinya si Penina (istri muda suaminya) menyakiti hati Hana. Lalu Hana berdoa dan menangis di hadapan Tuhan. Waktu suaminya tahu hal itu, dia berkata: “Apakah aku tidak lebih berharga daripada 10 anak laki-laki bagimu?”
Andaikan Tuhan yang ngomong ke aku ibaratnya bilang gini, “Apakah kasihKU kurang cukup bagimu?” #wah nangis aku kalau jawaban Tuhan kayak gitu.
Membaca kisah Hana ini, aku jadi inget bukankah kasih Tuhan cukup bagiku. Terus kenapa aku pakai kekuatanku sendiri cari PH? Segitu pentingkah PH daripada Tuhan? Ga cuma itu aja, beberapa waktu yang lalu ada seorang teman gereja yang bilang gini sama aku: "Wes lah, kamu sekarang yang penting pasrah aja sama Tuhan karena IA tahu yang terbaik buat kamu. Ga nikah itu gapapa daripada nanti kamu stress sendiri. Dikasih ya syukur ga dikasih ya sudah to. Tuhan kan tahu yang terbaik buat kamu."
Ada juga yang bilang, kamu tu kuper. Jalan-jalan gitu lho jangan dirumah aja. Gimana mau dapat PH kalau ga usaha? Trus aku mikir, emang di jalan bisa nemu ya? Aku jalan-jalan juga kagak ada yang nyangkut. Ada juga yang bilang, kamu mungkin terlalu kurus, kamu pilih-pilih, kamu ini itu bla bla bla...btw, temanku ada lho yang kuper dirumah mulu tapi dapat PH. Bukan dijodohin tapi orangnya dating sendiri ke rumahnya. So, cuma Tuhan yang tahu dan bisa berikan anugrahnya buat kita.
Aku sadar selama ini aku pake kekuatanku sendiri, dan lupa mengandalkan Tuhan. Tuhan berulangkali udah buat mujizat buat aku, tapi begitu nemu masalah baru aku lupa lagi kalau Tuhan itu berkuasa dan sanggup melakukan mujizat. Apa yang tak pernah dilihat mata, ga pernah didengar telinga, ga pernah timbul di dalam hati. Semua itu disediakan bagi orang-orang yang mengasihiNya. #Firman Tuhan e sampe nglothok apal semua. Tapi kembali lagi nunggu kalau Tuhan punya mau.
Kalau dulu aku galau, sekarang dibalik. Aku ga mau galau. Meskipun adik kelasku yang 10 tahun dibawahku pada giliran tunangan dan married. Nonton TV orang punya kekurangan fisik aja juga bisa nikah, temenku yang sudah putus asa sama dirinya aja mau jadi biksuni ternyata ga jadi, malah sekarang anaknya nambah lagi. Mantan bosku yang sudah berumur juga akhirnya bisa nikah. Tak ada yang tahu kecuali Tuhan. Ya mungkin mereka sudah siap semuanya. Belajar bersyukur aja. Oh, Tuhan baik sekali, masih kasih saya waktu buat bebas. Single itu Kriuk kata temen aku. :D saking enaknya sampe kriuk kriuk kayak krupuk.
Sekarang sih lebih enjoy. Hidupku penuh kesibukan, entah berapa malam minggu yang terlewatkan begitu saja, hari Valentine, malam Natal, malam Tahun baru, ku tetap sendiri. Mungkin belum waktunya. Akhirnya aku keluar dari semua biro jodoh yang pernah aku masuki.
Aku belajar bergantung dan berserah, berharap pada Tuhan. Buat apa dapat jodoh cepet-cepet kalau saya ga siap? Jika ia yang kucintai demikian tdak bisa diandalkan dan diharapkan bagaimana ia mau bertanggungjawab atas masa depanku?
Jika ia yang kucinta tidak mencintaiku bagaimana dia mau mencintai anak kami nantinya? Semua itu jadi bahan pertimbanganku dalam memilih PH. Dan tak lupa motivatorku pak Mario Teguh sungguh sangat menguatkan setiap malam minggu.
So, sekarang saya tidak terlalu stress dan galau lagi seperti dulu. Satu pintaku, jagai kesehatanku dan bapakku ya Tuhan. Soal PH kuanggap bonus saja.
Semua sudah ada yang ngatur, mungkin belum datang waktunya aja itu.
BalasHapusBTW suka nonton Mario Teguh juga ternyata... sama dong hehehe
toss mbak hehe..:) iya mbak mungkin memang blm waktunya ya. makasi supportnya
HapusKalau sudha waktunya pasti ada PHya :)
BalasHapusYa mbak ya.. kapan ya? hihi :P
HapusGak tahu apa-apa sih dengan Mbak Susan. baru tahu sekarang setelah baca ini. Tetap positif saja dan syukuri apa yang ada. Saya dapat jodoh di usia baru 33 tahun, Desember 2008. Punya anak Oktober 2009. Jadi paham betapa beratnya melakoni hidup tanpa PH itu. Semoga tetap meyakini bahwa hal terbaik akan selalu ada buat Mbak. :)
BalasHapusmakasi mbak :) iya saya kadang disela-sela kesibukan masih keinget kalau saya masih sendiri. dan paling cemas itu kalau bapak ngeluh sakit. seandainya saya punya PH mungkin tdk telalu cemas seperti ini :(
Hapuswaaa. sip.sipp ^_^
BalasHapusyang masih belum ketemu jodohnya. silahkan dicoba saran dari jengriska.
Bulu Perindu | www.bulu-perindu.com | Jeng Riska