"Berbohong itu dosa #:-s," kata guru sekolah mingguku dulu. Apapun alasannya bohong tetap bohong. Tidak ada dosa kecil dosa besar, semua dosa sama. Artinya melanggar perintah Tuhan. Ok, saya bukannya mau khotbah disini tapi sekedar mengutarakan sebuah hal tentang bohong.
Saya termasuk orang yang terbuka, blak-blakan dan tidak pandai menyembunyikan perasaan. Mungkin kesannya apa adanya dan ceplas ceplos. Suka bilang suka, ga suka bilang ga suka. Karakter saya berbeda 180 derajat dengan bapak saya. Kalau beliau orangnya lebih kalem dan pandai menyembunyikan perasaan.
Seringkali ketika kami pergi berdua dan ada orang yang tanya “Ini cucunya ya, mbah?” (aku dikira cucunya bapakku) kemudian bapakku menjawab “Iya.”
Aku langsung protes ketika mendengar hal itu, “Lho bapak kok bilang aku cucu, aku ini anakmu pak, bukan cucu. :o”
Bapakku langsung menjawab, “Ya sudah biarkan saja, angger di iyoni lak wes (asal di iyakan saja ga papa) biar cepet selesai ngomongnya ga berkepanjangan.
Nah, lain waktu ketika kami mau pergi ke puskesmas ada yang tanya, “Mau kemana mbah?”
Bapakku jawab, “Ini lho dolan.” (padahal mau ke puskesmas). Hal-hal semacam ini yang bikin aku agak berbeda pendapat dengan bapakku.
Suatu hari teman lama bapakku datang kerumah membawa oleh-oleh, bakmi buatannya. Padahal bapakku sudah makan. Ketika menerima serantang bakmi rebus, beliau langsung masuk ke dapur dan meletakkan bakmi itu di mangkuk. Setelah agak lama beliau keluar menemui temannya di ruang tamu. Sedangkan aku masih online di depan komputer. Kudengar perbincangan antara bapakku dan temannya.
“Terima kasih ya, bakminya enak.” Kata bapakku.
“Oh, sudah kamu habiskan?”
“Sudah kok, sekali lagi terima kasih ya.”
Beberapa saat kemudian aku hendak ke kamar mandi dan melewati dapur, aku lihat bakminya masih utuh belum dimakan bapakku sesendok pun. “Wah, bapakku bohong lagi nih.” pikirku.
Setelah tamunya pulang, aku menghampiri bapakku dan bertanya, “Kok bapak bohong sih? Bakminya masih utuh begitu lho kok bilangnya enak dan sudah dihabiskan?”
“Ya gapapa lah, menyenangkan orang lain kan besar pahalanya. Terkadang kita perlu berbohong untuk menjaga perasaan orang lain.”
Setelah aku pikir-pikir, bener juga ya, kalau misalnya dikasih sesuatu sama orang terus kita ga suka lalu bilang, “Ah nggak usah repot-repot, aku ga doyan.” Hehe.. mungkin itu lebih sadis ya. >=) Jujur sih jujur tapi yang denger bisa mak jleb dengernya.
Jadi bohong itu boleh ga? Dosa ga? Whatever.. yang pasti dalam bersosialisasi dengan orang lain kita harus pandai-pandai menempatkan diri. Cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.
Wah, benar juga ya, bohong itu menyenangkan hati orang lain. Seingatku, berdasarkan cerita seorang ustadz di pesantren dulu, Rasulullah pernah duduk di suatu tempat, lalu ada orang baik yang berlari melewatinya karena dikejar oleh orang jahat, ketika orang jahat tsb bertanya pada Rasulullah apakah ia pernah melihat seseorang yang disebutkan ciri2nya (org baik tadi), Rasulullah hanya memindahkan arah duduknya, lalu berkata "selama saya duduk begini, saya tidak melihat orang yang Anda maksud".
BalasHapusBijak sekali ya mbak kalau demikian :) makasi mbak sofia
HapusBiasanya untuk urusan makan, kayak dikasi oleh-oleh makanan padahal kitanya uda kenyang. Saya blng ke si pemberi "Wah, kebetulan saya uda makan," tapi sembari menjaga perasaan yg ngasi saya sambil membaginya 1/4 atau 1/2 bagian untuk saya makan di depan yg ngasi, untuk sekedar dia tahu saya menghargai pemberiannya. Lalu ayah saya juga sering ngaku2 ke orang lain mengenai adik terkecil saya kalo itu cucunya, jadilah adik saya suka ngambek. Wkwkwkw... Tapi namanya white lie tetep saja dosa. Jadi sebisa mungkin ya mengurangi saja hehe..
BalasHapusOh begitu ya mbak :) :D bener kalau bisa mengurangi ya :D soal ngaku cucu kok sama ya haha
HapusBagus tulisannya, sama aku juga orangnya ceplas-ceplos. Tapi tetap enakkan jujur, kalo suamiku bilang katakalan sejujurnya walau itu menyakitkan tapi menyenangkan hati orang juga perlu.....tuing2x bingungkan solusinya jujur tapi bisa menyenangkan hati
BalasHapusMakasih mak Harie..iya ya :D bingung :O
HapusYuhui Mbak Susan...
BalasHapusperihal infeksi paru yang diderita oleh bapak njenengan, kalau menurut dokter yang merawat bahwa gelembung paru mengempis, mungkin yang dimaksud adalah gagal mengembangnya paru. Nah mungkin ini disebabkan oleh infeksi yang sudah lama sehingga merusak jaringan dari paru tersebut. Obat yang dibutuhkan tergantung diagnosisnya (penyakitnya). misal jika itu disebabkan TBC maka diberi obat OAT (obat anti TBC), kalau pneumonia bisa menggunakan antibiotik lain misal Levofloksasin.
Perihal makanan, setahu saya tidak ada pantangan makanan yang berhubungan dengan infeksi paru. tetapi bisa saja diatur jenis makanannya karena pertimbangan kondisi dari pasien, bukan berhubungan langsung dengan jenis penyakitnya.
rutin terapi dan kontrol saja mbak. semoga bapak lekas sembuh.
Oh ya mbak Susan, Ria Enes kemana?
sudah rutin dok sudah setahun minum antibiotik tp kalau kelelahan kumat lagi, dokternya bilang ga bs sembuh, fungsi parunya cm 60% hiks, kalau ngeluh sesek nafas langsung cemas sayanya. bingung aja dok.kalau dari puskesmas dikasih OBH mulu n dikasih obat asma malah. Ria enesnya nikah, aku ditinggal... :( >=) ah dokter nih nglawak mulu :D
HapusBohong untuk menjaga perasaan orang lain saya rasa bisa dimaklumi...
BalasHapusSalam kenal mbak Susan, makasih udah berkenan hadir :)
:D oh begitu ya mbak :) sama sama mbak
HapusAku juga kadang suka bohong untuk kebaikan hihihihi
BalasHapus>=) hayoooo ya :D
HapusBohong putih. . . :)
BalasHapuswhite lie? :O
Hapuswah bapak kamu sama kayak aku..Aku suka bohong dalam hal makanan yang dikasih orang. Meski aku ga suka, tp kalo dikasih, aku ga bisa bilang ga suka pasti bilangnya suka. Itung2 menyenangkaan hati orang yang memberi. Karena orang yang memberi kepada kita itu, aku pandang sebagai rejeki, mau suka atau tidak di kitanyaa. Paling kalo aku ga suka, aku kasih tetangga lainnya :)
BalasHapusoh hehe karakter orang beda beda ya mbak :) tapi bagus yang kayak mbak gitu jd bisa menjaga perasaan orang lain hehe.
Hapus