Setelah Bapak dinyatakan meninggal dunia di ruang perawatan intensif rumah sakit, aku dan adikku terduduk lemas di lantai. Kemudian datang salah satu keluarga pasien ruang sebelah yang mengetahui hal itu, dan beliau menghibur kami sementara perawat menelepon mobil jenasah milik rumah sakit.
Memang tak banyak orang yang tahu bapak meninggal pagi itu karena kami berdua tidak menangis histeris, hanya lemas saja. Kami sudah ikhlas dengan kepergian bapak karena melihat penderitaan bapak selama seminggu itu.
Aku pergi ke ruang perawat dan mengembalikan beberapa obat yang terlanjur ku ambil dari apotik. Perawat itu hanya memintaku meninggalkan KTP agar besok pagi bisa kembali lagi untuk mengurus biaya administrasi.
Adikku menelepon salah seorang sopir gereja yang biasa mengantar jemput bapak dan ia datang bersama istrinya. Aku mengemasi barang-barang dan berjalan di belakang keranda dorong menuju mobil jenasah.
Adikku naik motor bersama sopir dan istrinya sedangkan aku naik mobil jenasah bersama sopir dan petugas pengangkat jenasah.
Ketika hampir sampai di rumah ada tetangga kami yang masih terjaga yang melihat mobil jenasah lewat. Mereka berdua datang ke rumah kami dan membantu membereskan ruang tamu agar bisa dipakai untuk upacara pemberangkatan besok.
Pengurus gereja mulai dikontak satu persatu dan kami mengontak saudara-saudara bapak.
Bapak dimandikan pagi itu juga dan peti, kursi, serta perlengkapan untuk upacara sudah siap. Banyak yang membantu kami mengurusnya. Aku kecapaian luar biasa karena hampir seminggu tidak pernah bisa tidur. Namun karena pagi itu mulai banyak tamu berdatangan, aku disuruh segera mandi oleh salah satu pengurus gereja.
Ketika saudara-saudara bapak mulai datang satu per satu, aku memutuskan untuk pergi sebentar mengurus biaya administrasi ke rumah sakit sekalian ambil KTP. Sesampainya disana, ternyata biayanya gratis dan KTPku dikembalikan bersama surat keterangan kematian dari rumah sakit. Untunglah ada BPJS, kami hanya membayar biaya mobil jenasah sebesar Rp.105.000,-
Setelah balik dari rumah sakit, aku sudah tidak kuat lagi. Aku langsung masuk kamar dan tidur. Adikku yang menyambut para tamu. Aku tidur hingga jam 12.00 WIB, bangun langsung makan siang dan mulai ikut upacara pemberangkatan jenasah serta ke makam menghantar jenasah bapakku.
Acara pemberangkatan dan pemakaman jenasah bapak berlangsung lancar meski hujan rintik rintik turun saat akan berangkat ke makam. Saat bapak dimakamkan muncul angin cukup kencang 3x. Jenasah bapak dimakamkan dengan baik disamping makam ibu dan nenek. Aku menabur bunga bersama adikku dan saudara saudara bapak lainnya. Semua orang menyalami kami dan mengucapkan belasungkawa.
turut berduka, Mbak :'|
BalasHapussabar yaaa...yg kuaaaaat
ya mbak Artha.. makasi ya..
Hapussemoga bapak mendapat tempat terbaik di sisi-Nya ya mba. aamiin..
BalasHapusAmin
HapusBapak sudah tenang disana ya
BalasHapusBapak pasti bahagia di sana ya Mak, karena beliau telah memiliki anak perempuan perkasa nan penuh bakti sepertimu. #hug
BalasHapusya mak. makasi ya
HapusTurut berduka, Susan. Beliau sudah berpulang dengan damai dan hidup baru bersama Bapa di surga.
BalasHapusAmin, makasi ya mak
Hapus