Ada yang hilang dari hidupku, sejak ibuku meninggal dunia, aku depresi berat hingga menggerogoti fisikku. Selama 2 tahun aku muntah-muntah setiap hari selama berjam-jam. Berat badanku turun drastis jadi 30 kg. Ternyata, lemahnya jiwaku bisa membuat organ lambungku dan empeduku ikut lemah. Banyak sekali pantangan makan yang harus kuhindari terutama makanan yang merangsang produksi asam lambung berlebihan (makanan berlemak).
Tak hanya itu saja aku juga mudah lapar setiap 2 jam sekali. Kalaupun beli makan di luar harus pesan khusus dan hanya warung tertentu yang bisa kubuat langganan jika sedang malas memasak sendiri. Kalau sudah seperti ini rasanya hidup hanya untuk makan.
Bulan lalu, bapakku juga meninggal dunia. Aku semakin merasa lemah sepanjang hari. Aku takut pergi kemana-mana sendirian, bahkan untuk membeli makan atau berbelanja ke pasar pun butuh perjuangan. Jika aku tidak memaksakan diri untuk pergi beli makan sendiri maka bisa bisa aku tidak makan. Bukan karena tidak punya uang tapi karena terkadang saat kondisi ngedrop tiba-tiba, aku tidak kuat keluar rumah untuk membelinya sedangkan aku tidak bisa meminta bantuan oranglain terus menerus.
Aku tahu pada akhirnya semua orang akan sendirian, banyak orang di luar sana yang kedua orangtuanya sudah meninggal tapi tidak stress sepertiku. Mereka masih bisa melanjutkan kehidupan meski harus berjuang seorang diri. Hal itulah yang membuatku menyadari mengapa kami sama-sama tidak punya orangtua tapi mereka tidak stress sepertiku? Itu karena aku terlalu mengasihani diri. Bahkan dokter bilang aku ini pencemas sejati. Apa-apa dicemasin, hingga detak jantungku berdetak lebih cepat daripda orang normal.
Aku berpikir bahwa tubuhku mudah lemah, zona nyamanku hanya di dalam rumah. Ruang gerakku sangat terbatas, makananku juga terbatas. Aku tidak bisa menikmati hidup yang seharusnya indah ini. Anugrah Tuhan yang indah telah kusia-siakan karena mengasihani diri sendiri. Akupun tidak bisa traveling kemana-mana karena cemas yang berlebihan itu.
Seandainya aku #BeraniLebih bebas dari rasa cemas tentu aku tidak akan mengalami hal seperti ini. Aku bisa bebas kemana pun tanpa rasa kuatir atau takut pingsan di jalan. Aku bisa melakukan banyak hal yang kusuka dengan bebas.
Kadang aku malu pada anak-anak kecil. Mereka seakan hidup tanpa beban. Anak-anak itu bebas berjalan kesana kemari tidak sepertiku yang hanya berani berkutat di dalam rumah menatap layar komputer berteman dengan dunia maya terus menerus. Aku jarang bersosialisasi dengan orang lain. Aku takut keramaian.
Tentu aku tidak mau selamanya seperti ini. Aku harus bangkit, aku ingin bisa kembali normal.
Setiap hari aku melatih diriku agar berani keluar rumah sendiri. Aku berdiri di depan pagar dan mulai memperhatikan “keramaian” itu. Aku mulai berjalan selangkah demi selangkah dan meski diluar rumah, aku “anggap aku sedang ada di dalam rumah”.
Aku percaya, aku pasti sembuh. Aku harus belajar ikhlas dan selalu mengucapsyukur. Aku juga mensugesti pikiranku agar lebih kuat dan #BeraniLebih bebas dari rasa cemas. Aku sadar kecemasanku itu tidak akan menghasilkan apapun kecuali makin lemahnya tubuh ini. Aku harus sehat. Aku ingin mandiri agar tidak jadi beban untuk adikku. Aku ingin menikmati setiap detik yang kulewati bersama Tuhan. Aku tidak mau terlalu banyak berpikir hal-hal yang belum terjadi dan aku ingin berbahagia.
Jumlah kata: 500
(Agustina Dian Susanti)
Twitter: https://twitter.com/moocensusan (@moocensusan)
amiiin..semoga mba Susan bahagia...
BalasHapusamin makasi ya mbak Kania
HapusSemangat mbak susan. saya juga pernah mengalami hal yang sama. nanti saya sharing2,,,
BalasHapusoya? ok
HapusTetap semangat ya Susan, inget bergantung pada Tuhan pasti bisa
BalasHapusAmin, makasih ci Tuti
HapusSemangat mba susan.. Ada Tuhan disisi mba susan.. :)
BalasHapusYa mbak Arin.. always hehe
Hapusaamiin.. semangat ya mbak susan.. semoga ke depannya benar2 bebas dari rasa cemas yg berlebihan ya mbak.. *peluk
BalasHapusyoi makasi mbak OFi
HapusTerus semangat mbak, rasa cemas itu untuk dihadapi dan dikalahkan sehingga menjadi orang yang kuat
BalasHapusya betul itu :D
HapusAmiiin, semangat Mak... Keep Positive, hadapii dengan senyuman dan positiv thinking
BalasHapusI will try it
HapusSemangat mb Susan...;)
BalasHapusoke mbak Ika
HapusSemangat mbak.. keep spirit ... sukses yaa...
BalasHapusthx u ko peng.wah aku jadi pengen bs kayak koko keluar negeri sendirian :D
HapusWith God We Reach Victory...You are not alone..!
BalasHapusAmin, bagaimana keadaannya om?
HapusSemoga sehat selalu ya, Mbak. Banyak tmen2 ko, ngga sendirian. :)
BalasHapusYa betul mba. Sygnya temen jauh2 hihi
HapusUntuk berani lebih, kita harus mau dan mampu menghalau rasa takut. Kita takut atau rasa takut timbul karena kita berpikir melampaui apa yg belum benar-benar terjadi. Semoga bisa melawan ketakutan Mbak ya. Tenang, ada Tuhan bersamamu.
BalasHapussemangat ya,mba..harus selalu optimis jangan selalu cemas.. :D
BalasHapus