Kami bersyukur kepada Tuhan Yesus karena sudah menunjukkan kepada kami pembeli rumah kami yang serius. Nah kali ini aku mau cerita bagaimana perjuangan kami di detik-detik sebelum penandatanganan Akta Jual Beli ke Notaris.
Setelah kami deal harga, pembeli rumah kami ini yang mencari sendiri notarisnya dan itu sangat meringankan kami. Pihak penjual hanya membayar Pajak Penjual dan yang lain ditanggung oleh pembeli.
Masalah muncul ketika kami sadar kalau SPPT PBB taun ini belum kami terima. Padahal kalau mau jual beli rumah itu harus menyertakan SPPT PBB asli dan bukti pelunasannya.
Suamiku saat beli rumah tersebut secara KPR, hanya diberi fotokopi SPPT PBB taun 2020 yang sudah dilegalisir oleh notarisnya. Tapi yang taun 2021 kemana ya?
Sedangkan suamiku belum pernah menempati rumah tersebut sejak dibeli. Ga tau cari dimana, mungkin harus cari pak RT nya. Waktu kami sangat mepet.
Akhirnya Selasa, 21 Desember 2021 malam itu juga setelah pulang kerja, aku dan suamiku capcus meluncur ke lokasi rumah yang kami jual dan mencari pak RT dari sumber info yang tertera di copy SPPT PBB tahun lalu.
Sampai di lokasi, suamiku tanya padaku. "ni kita mau kemana ya? belok kanan apa kiri?"
Aku bilang, "udah coba belok kanan dulu nanti cari tulisan RT di rumah-rumah atau tanya tetangga."
Aku dan suamiku tengok kanan kiri naik motor malam-malam. Rumah banyak yang tutupan. Sampai kami berhenti di sebuah rumah yang ada tulisan RTnya.
"Nah ini dia, eh betul ini rumah pak RT." Aku senang dan masuk ke dalam rumah itu.
Pak RT menyambut baik kedatangan kami. Dan ketika kami sampaikan maksud kedatangan kami yang sedang mencari SPPT PBB, ternyata pak RT tidak membawanya karena beliau baru menjadi RT sebulan ini. Sedangkan RT lama sudah meninggal. Wuss, mateng aku.
Lalu, pak RT memanggil bu RT dan menanyakan apa sudah dibagi SPPT PBB tahun ini? Dan menurut bu RT sudah dibagi dan yang membagi adalah anak almarhum pak RT lama.
Kami mulai mencari rumah anak pak RT lama yang kebetulan ada di dekat situ. Tapi ternyata orangnya pergi, aduh... cobaan apa lagi ini? Aku jadi harap-harap cemas.
Tiba-tiba salah seorang tetangga datang menghampiri kami dan menanyai kami. Lalu dia memanggil cucu pak RT yang lagi nonton TV tapi cucunya ga tahu menahu soal SPPT. Hingga akhirnya pamannya datang dan mempersilakan kami masuk.
Lalu beliau mencarikan SPPT yang belum dibagi. Beberapa saat kemudian, beliau keluar sambil membawa tumpukan SPPT. Dan puji Tuhan, akhirnya SPPT PBB suamiku ketemu, tepat di urutan teratas tumpukan itu.
Kami lega banget, satu tugas selesai. Tapi belum berhenti sampai disitu, masih ada tugas lain yang harus dikerjakan yaitu surat perpanjangan pernyataan kelurahan kalau nama di sertifikat tanah suamiku berbeda 1 huruf dengan nama di E-KTP.
Sedangkan waktu kami hanya tinggal besok pagi, jam 9 kita sudah harus ketemuan lagi dengan pembeli dan melakukan penandatanganan AJB di notaris.
Tuhan maha mengatur segala sesuatunya. Pagi itu kira kira jam 7, tiba-tiba pembeli bilang kalau nama di sertifikat beda 1 huruf dengan nama di ektp dan kami harus segera mengurusnya. Kebetulan juga, notarisnya pada jam 9 ada acara jadi diundur jam 12. "Wah kita masih punya waktu ni ko," sahutku pada suami.
Benar saja, jam 8 pagi setelah makan, kami pergi ke kelurahan. Tapi untuk dapat surat dari kelurahan harus ada pengantar RT domisili dan tandatangan RW juga. Sedangkan pak Lurah sedang tidak di tempat tapi nanti jam 10 baru kembali ke kantor karena ada acara. Aduh, pusing kokoku. pak RT dihubungi ternyata lagi ga dirumah, sedangkan waktu terus berjalan.
Tapi puji Tuhan, pak RT pun pulang kerumahnya jam 9 pagi. Langsung bikin surat pengantar dan setelah itu ke pak RW. ternyata pak RW juga sedang bekerja jauh dari rumah. Tambah cemas lagi. Untung istrinya mau menelponkan dan pak RW ternyata mau menyempatkan waktu pulang ke rumah sebentar untuk stempel dan tanda tangan.
Jam menunjukkan pukul 9.45. Puji Tuhan surat pengantar dan tanda tangan RT RW sudah di tangan kami. Kami langsung menuju ke kelurahan dan ternyata di kelurahan antri. Aduh ...sabar-sabar... kulihat pak lurah juga belum ada di kantornya. Makin cemas aku, tapi suamiku menenangkanku.
Jam 10 tepat, kami dilayani oleh petugas kelurahan. Beliau langsung membuat surat pernyataan bahwa nama di sertifikat tanah dengan nama di Ektp suamiku adalah orang yang sama.
15 menit kemudian, pak Lurah datang dan akhirnya surat tersebut sudah ditangan kami. Tapi belum selesai. Kami harus ke kecamatan untuk minta tanda tangan pak Camat. jam sudah menunjukkan pukul 10.30 kami pun tiba di kantor kecamatan dan mendapat tanda tangan & stempel pak Camat.
Masalah kecil muncul, kami kebelet ke toilet. Ya sudah mampir sebentar ke SPBU. Setelah itu tiba-tiba perutku krucuk krucuk, biasalah kalau panik jadi mudah lapar. Akhirnya mampir dulu beli roti buat kami berdua.
Aku chat pembeli rumah kami kalau kami agak telat karena baru otw jam 11 siang. Untung saja pembelinya maklum. Akhirnya sampailah kami di rumah yang kami jual dan menunggu pembeli datang. Aku dan suamiku menyempatkan diri ngemil roti dulu sambil menunggu pembeli datang.
Jam 13.30 pembeli datang dan mengajak kami naik mobilnya untuk sama-sama ke notaris.
Jam 14.00 kami sampai di kantor notaris. Tapi notarisnya belum datang. Suamiku dimintai nomer EFIN untuk laporan pajak tapi suamiku lupa nomer EFINnya. Mana hpnya lagi eror pula, ga ada jaringan. Aduh makin deg-degan. Untunglah akhirnya bisa masuk pakai password.
Surat AJB masih diketik oleh staff notaris. Jam menunjukkan pukul 14.20 WIB, sedangkan jam 15.00 kami sudah harus sampai di bank, karena sebentar lagi bank tutup. Kami mulai panik berjamaah.
Berhubung notaris masih belum datang juga akhirnya digantikan oleh asistennya dan akhirnya kami bertiga pun tanda tangan AJB.
Kami naik mobil lagi ke bank. Dan jam menunjukkan pukul 14.55. Kami segera turun dari mobil dan naik ke lantai dua untuk melakukan pemindahbukuan/ transaksinya. Dan tepat jam 15.00 semuanya sudah selesai. Kami pun lega.
Yang mau aku garis bawahi dari kejadian ini, saranku buat kalian baik para petugas admin dukcapil, dimohon ketelitian dalam mengetik nama. dan mungkin karena human eror karena melayani banyak orang, berarti sebagai masyarakat kita juga harus croscek ikut teliti juga apabila kalian setelah mendapat ektp harap dicek lagi. Jika ada kekeliruan segera diperbaiki agar tidak kerepotan sendiri di masa yang akan datang seperti kasus suamiku ini.
Terlepas dari semua liku-liku birokrasi yang kami lalui, kami bersyukur Tuhan turut campur tangan dalam mengatur waktuNYA sehingga urusan jual beli rumah selesai dengan baik.Tuhan tidak pernah terlambat datang menolong kita. PenyertaanNya sempurna