Pagi ini seusai sarapan, saya membuka obrolan ringan dengan bapak tentang semangat berbagi. Meskipun kami sekeluarga beragama Kristen, tetapi kami diajarkan untuk saling menghargai dan menghormati perbedaan keyakinan dengan orang lain.
Sebenarnya tak hanya dalam moment Ramadhan saja, tetapi setiap saat jika bapak mendapat berkat dari Tuhan maka beliau selalu berbagi dengan orang lain.
Suatu ketika saat kami sedang makan di warung, ada pengemis yang datang menghampiri bapak. Kemudian, bapak menghentikan makannya dan mulai merogoh kantongnya lalu memberikan sejumlah uang kepada pengemis itu.
Bapak juga sering menraktir temannya yang berprofesi sebagai tukang becak jika makan di warung bersama. Bapakku mengajarkan padaku tentang arti memberi dalam kekurangan kami.
Bapak : Memberi dari kekurangan itu berkatnya lebih besar daripada memberi dari kelebihan.
Aku : Kok bisa pak?
Bapak : Misalnya begini, ada 2 orang. Yang satu kaya, yang satu miskin. Suatu ketika ada seorang pengemis yang sedang mengemis di pinggir jalan. Yang kaya memberikan uang Rp.5000,- sedangkan si miskin hanya memberikan uang Rp.500,-. Di mata Tuhan, siapa yang memberi lebih banyak?”
Aku : Si kaya donk pak. Si kaya kan memberi Rp.5000,- sedangkan si miskin hanya Rp.500,-
Bapak : Oh, tidak bisa… (#pake aksennya Sule kalau ngomong) . Di mata Tuhan yang memberi lebih banyak adalah si miskin. Karena si kaya banyak uangnya dan ia memberikan uang dari kelebihan uangnya. Sedangkan si miskin memberi dari kekurangannya. Memang nominalnya lebih sedikit, tapi hati yang rela memberi itulah yang membuatnya lebih banyak di mata Tuhan.
Aku : Oh begitu ya pak, jadi yang penting ikhlas ya pak.
Bapak : Ya. Kalau kita memberi sesuatu kepada orang lain janganlah kita berharap orang yang kita bantu tadi akan memberikan timbal balik kepada kita.
Bukan orang yang kita pernah tolong yang akan membalas kebaikan kita tapi orang lainnya lagi yang justru diluar dugaan yang akan membantu kita.
Oleh sebab itu ya Sus, kita jangan sampai berharap pada manusia, supaya kita tidak kecewa.
Aku : Iya, ya pak. Kadang kalau ada orang yang kita bantu seringnya lupa kalau pernah kita bantu. Kita sudah baik kepada orang eh orang itu ga tau terima kasih. Oh, Susan ngerti sekarang kalau kita ga boleh punya pikiran ada udang di balik rempeyek ya pak. Maksudnya ada maksud-maksud terselubung kalau mau bantu orang. Harus ikhlas ya, begitu kan pak?
Bapak : Oh ya betul itu. Lalu satu lagi, kamu pernah nonton sebuah tayangan reality show “Minta Tolong” ga? Nah disana kan ada contoh nyatanya.
Ada orang yang pura-puranya sedang minta tolong dan ia meminta tolong kepada setiap orang yang ditemuinya. Banyak respon penolakan dari orang yang dimintai tolong olehnya. Tetapi ketika ada orang yang sadar ada kamera memperhatikan dan tahu kalau itu dari TV orang yang punya motivasi pengen dapat uang itu langsung mau menolong. Padahal tadinya membentak-bentak pengemis jadi-jadian tadi.
Ada juga orang yang sama-sama kekurangan tapi mau menolong dan ketika ia dapat hadiah uang malah takut. Baru ketika dijelaskan oleh kru TV penyelengara acara tersebut akhirnya ia mau terima uangnya dan sujud syukur cium tanah karena saking senangnya. Inget gak?
Aku : Iya ya pak aku inget.
Bapak : Nah, sekarang kamu jadi tahu kan perbedaannya memberi dengan ikhlas dan tulus dengan memberi karena maksud udang dibalik rempeyek tadi?
Aku : Ya pak. Lalu pada bulan ramadhan, biasanya bapak melakukan apa untuk tetangga kita pak?
Bapak : Sederhana saja, kalau kita dapat kiriman sembako dari orang lain bapak berikan lagi ke tetangga yang lebih membutuhkan. Susan kan ga makan mie instan lagi, minyak juga sudah punya sendiri, beras juga sudah banyak dirumah, jadi lebih baik kita sumbangkan lagi ke orang lain saja.
Aku : Iya pak, berasnya kuberikan pada mbah penjual daun di pasar aja ya. Kasihan soalnya sudah tua masih juga jualan.
Bapak : Bagus. Nah, kalau pas Idul Adha, kita dapat sate kambing, juga berikan saja ke orang lain.
Aku : Kenapa pak?
Bapak : Bapak kan sudah ompong. ga punya gigi lagi. Ga tedas makan sate kambing apalagi Susan juga ga boleh makan sate kambing juga kan. Jadi berikan saja pada yang punya gigi dan suka makan sate kambing.
Aku : Siap pak :D
Benar, yang penting ikhlas dalam memberi....
BalasHapusyup betul
HapusSuper sekali Mbak... Semoga ketulusan itu senantiasa ada pada diri kita utk berbagi kpd sesama..
BalasHapusAmin mbak Rita :D
Hapuswah te;adan yg baik dari Bapak mbak
BalasHapusYa betul mbak fitri hehe
Hapusjgn pernah berharap kpd manusia krn cuma kecewa yg di dapat,,,, tapi berharap hanya kpd alllah saja yang pasti akan di kasih
BalasHapusAssalamu'alaikum...
BalasHapusTerima kasih sudah berbagi cerita inspiratif ini, ya!
Good luck! ^_^
Emak Gaoel