Hari Rabu, 23 Oktober 2013 kami kembali ke rumah sakit. Rencananya hari itu bapak akan copot selang. Seperti biasa kami mengantri dipanggil masuk ke poli bedah. Rumah sakit cukup sepi hanya ada 5 orang yang mengantri diluar poli bedah. Namun yang membuat lama itu, menunggu dokter datang karena masih operasi pasien lain. Beberapa saat kemudian, perawat memanggil kami masuk. Aku pikir mau diperiksa eh ternyata aku malah disuruh kembali ke loket pendaftaran untuk memperbaiki surat-surat karena ada salah tulis.
“Mbak tolong kembali ke loket ya, ini harusnya ditulis poli bedah bukan poli dalam.” Kata perawat.
Ya elah cuma masalah tulisan aja aku harus kembali ke loket pendaftaran yang jaraknya 10 meter dari situ. Sampai di loket pendaftaran aku dilempar lagi.
“Lah kemarin kan di poli dalam mbak?”
“Lho gimana sih pak? Kemarin kan saya sudah konfirmasi ke poli bedah, surat rujukannya juga poli bedah. Wong bapake sing salah nulis kok malah nyalahin saya?"
Akhirnya dia coret itu tulisan poli dalam diganti poli bedah. Lalu dengan agak jengkel petugas di loket pendaftaran kembali mengomel.
“Jan jane sing kebangeten perawate og mbak, mung karek nyoret aja kok harus nyuruh orang riwa –riwi.”
Aku cuekin saja petugasnya ngomel. Alhasil, aku kembali ke poli bedah untuk memberikan ralat suratnya. Kami mengantri lagi. Ini yang bikin lama. Harusnya sudah diperiksa dari tadi, benar-benar tidak efisien waktu. Nulis nama bapakku aja salah. Haduh… ga teliti banget sih petugas rumah sakitnya.
Sabar..sabar. Akhirnya tiba giliran bapakku dipanggil masuk. Aku duduk di samping bapakku sementara dokter koasnya tanya, “Ada keluhan apa ya?”
“Lho, katanya kemaren rabu disuruh kesini dok? Kan katanya mau copot selang? Dokter gimana sih?”
“Oh ya ya saya lupa. Eh tapi harusnya selangnya dipakai sebulan atau copot hari ini ya?”
Lho kok malah dokter tanya pasien ki pie to.
Aku udah bete banget sama dokter ini. Kemarin aku sms dia gara-gara susah nyari obat malah ga dibalas. Setelah aku bilang kalau aku yang sms kemarin dia malah merasa tidak bersalah sama sekali. Gimana ya, kan namanya obat antibiotik harus diminum rutin kalau ga rutin harus ulang lagi dari awal dengan dosis nambah kan? Bingungnya cari obat pengganti eh dokternya di tanyai via sms ga dibalas. Siapa yang ga senewen kalau kayak gt? Penting banget punya nomor HP dokter dan lebih penting lagi jadi dokter harus yang mudah dihubungi biar kalau ada apa apa sama pasien itu penangannya cepat.
Akhirnya selang dicopot dan dokter menyuruh bapakku minum yang banyak, jika sudah bisa BAK lancar maka selangnya tidak akan dipasang lagi tapi sebaliknya jika masih sulit BAK maka selang harus dipasang lagi. 1 liter air mineral berusaha dihabiskan bapakku. Beberapa saat kemudian bapakku ke toilet dan aku pun bertanya bagaimana keadaannya karena aku harus laporan ke dokter lagi. Bapakku senang karena sudah bisa BAK lancar. Sudah tak sabar aku ingin cepat melapor pada dokter tapi sayang terpotong jam istirahat makan siang jadi aku harus menunggu dan menunggu lagi sampai dokter bedah yang satunya datang.
Penantian kami tiba juga, kami masuk ke ruang periksa dan dokter sudah ada di dalam. Beliau mengatakan bahwa bapakku harus terus minum obat yang namanya Harnal D 0,2mg. Dari kelima macam obat yang diberikan di awal periksa, kini obat yang harus diminum bapakku tinggal 1. Bapak makin semangat dan senang karena kondisinya makin hari makin baik. Dan kabar gembiranya lagi bapak sudah doyan makan masakanku. Puji Tuhan.
Kekurangan dalam pelayanan publik memang selalu ada, Mba. Terpenting kita gak nyalahi aturan aja, ya. :)
BalasHapusSyukurlaah, Bapak udah doyan makan. :) Lekas embuh untuk Bapak ya, Mba.:)
iya mbak :D makasi ya
Hapushmmm... Itulah sebabnya saya tidak suka rumah sakit..
BalasHapusmg Bapaknya cepat sembuh Mbak :)
iya makasi mbak Zai
Hapus