Hari ini kerjaan rumah menumpuk dan tiba-tiba bapakku mengeluh susah buang air kecil. Setiap kali bapakku mengeluh sakit, hal yang pertama kali kulakukan adalah browsing google tentang cara mengobati sakitnya. Ya namanya juga mendadak, pengennya dapat cara praktis untuk mendapatkan kesembuhan.
Tadinya sama sekali ga ada rencana mau ke puskesmas, karena bapakku itu paling susah dibujuk untuk berobat ke dokter. Kalau penyakitnya belum parah masih ditahan-tahan, sampai kira-kira pukul 09.30 WIB akhirnya beliau memintaku mengantarkannya ke puskesmas. Jarak rumah kami dengan puskesmas menempuh waktu 30 menit dengan berboncengan naik sepeda. Begitu selesai masak, makan, dan mandi langsung cabut ke puskesmas.
Pikirku sih biasa saja paling nanti dikasih obat terus pulang. Ternyata sampai disana, ketemu sama mantri yang kurang ramah. Bapakku malah disuruh ke rumah sakit yang jaraknya 45 menit naik sepeda dari puskesmas. Dan dengan agak kelelahan aku boncengin bapak sampai ke RSU. Gila bener, cuaca panas banget, tiba-tiba makanan yang aku makan tadi pagi berasa cepet banget ilangnya, kelaparan boo… biasanya aku bawa bekal tapi kali ini sama sekali ga ada prediksi harus ke rumah sakit segala. Memang susah kalau punya pencernaan ga beres ini, menghambat banget, mau makan sembarangan ga bisa, mau bawa bekal wes ndak kepikiran blas tadi, kirain cuma sebentar.
Aku paling malas kalau disuruh antri. Apalagi ngantri rumah sakit, waduh pasiennya buanyak. Makanya disebut RSU. Rumah sakit umum, rumah sakit milik umum. Haha…
Singkat cerita sampailah kami berdua ke rumah sakit, sambil ngos-ngosan aku antar bapakku daftar di pendaftaran pasien. Ternyata surat-suratnya kurang dan ketinggalan di rumah. Mau tak mau aku harus pulang dulu ambil surat, fotokopi, dan tidak lupa membawa bekal makan siang yang sudah kumasak pagi tadi. Badanku rasanya sudah gemeteran, aku minum air mineral yang kubawa sambil menghela nafas panjang mensugesti diri sendiri aku kuat, aku sehat, aku berani. Wes pikiranku cuma harus sampai di rumah dengan selamat dan bawa surat-surat kelengkapan registrasi.
Akhirnya aku pun berhasil membawa surat-surat itu ke RSU. Bapakku sudah menunggu di depan loby rumah sakit. Untunglah aku segera datang, kalau tidak kasihan bapakku menunggu terlalu lama. Sampai disana benar sekali, pasiennya banyak sampai aku tidak dapat tempat duduk. Aku menunggu bapakku diluar ruang tunggu. Kulihat ada detailer cakep duduk sambil ketawa-ketawa sendiri memandang gadgetnya. Baru sebentar utak-utik gadget, dia keluarin lagi Handponenya yang kurasa mahal harganya. Dia cuek banget dengan sekelilingnya. Kupikir “wah cowok yang begini pasti sudah ada yang punya.” Aku pun mengalihkan perhatianku pada handphone milikku. Asik-asik aja yang penting bisa sms dan buka facebook.
Hari makin siang, dokternya belum juga menangani pasien. Eh ternyata dokter lain yang menggantikan. Aku tinggal makan siang dulu di halaman rumah sakit. Lalu aku kembali lagi setelah makan siang. Aku duduk di bangku tadi, dan kulihat detailer itu sudah tidak ada di tempat semula. Tiba-tiba muncul dokter koas yang tak kalah cakepnya. Heran, hari ini aku ketemu sama cowok-cowok cakep. Tapi pupus sudah harapanku karena mereka sudah ada yang punya, ya aku tau lah karena dia pake cincin kawin. Dengan sedikit kecewa konyol aku berkata pada diriku sendiri, “ya ampun san, udah deh ga usah ngarep yang aneh-aneh. Berserah aja sama pilihan Tuhan.”
Aku melihat kembali ruang tunggu pasien, ternyata dokter yang tadi kulihat lewat itu yang memeriksa bapakku. Akhirnya bapakku dipanggil ke dalam kamar periksa. Aku sambil cuci mata melongok ke dalam melihat bapakku sambil mencuri pandang dokter koas itu. Mungkin pikirnya malaikat di atas sana, “ya ampun bocah ini, mata keranjang banget ya hahaha..”
Dari ruang periksa SpPD bapakku disuruh ke ruang IGD. Aku menuntun bapakku sampai ke ruang IGD yang jaraknya kurang dari 10 meter dari ruang SpPD (brasa jarak ideal kamar mandi dan WC ya) hahaha...
Aku memberikan surat-surat kepada petugas IGD. Gila bener, dokter jaganya ganteng pula. Waduh ini mataku yang sliwer apa karena aku kecapean. Bapakku masih buang air kecil di toilet saat dokter jaga itu menanyakan bapakku. Langsung spontan aku bilang, “bapakku lagi pipis mas dokter,” hihi… kadang aku berpikir, enak ya kalau punya suami dokter, kalau sakit ga usah jauh-jauh ke rumah sakit. Kulihat penampilannya cuek banget, dia tidak memandangku mungkin karena hari ini aku tampak lusuh, ga sempat dandan karena tergesa-gesa ke rumah sakit. Ah cuek aja, paling-paling dia juga sudah menikah.
Beberapa saat kemudian, ada 3 orang perawat masuk ke kamar ruang gawat darurat. Bapakku dipasangi selang dan kantong buat buang air kecil. Wah cukup banyak air seninya, pantesan terasa sakit. Bapakku memang susah kalau dinasehati untuk minum air putih yang banyak. Mungkin karena dulu aku tinggal bekerja di luar kota. Beliau tinggal sendirian di rumah, masa minum air 1 Liter baru habis seminggu kemudian? What’s ? Oh no dan kalau minum itu cuma kalau merasa haus. Sekarang sudah dinasehati dokter baru menyadari. Kalau dinasehati anaknya sendiri susah banget…
Syukurlah bapakku bisa buang air kecil. Semoga tidak perlu dioperasi. Kututup lembar hari ini dengan syukur dan kenangan singkat bertemu 3 cowok kece di rumah sakit yang mungkin itu hanya hiburan semata untukku yang lelah.
penghiburku juga kalau bisa online kaya gini nih :)
BalasHapusOh oke :)
HapusBaru cincin melingkar koq, Mba. Yang penting kan janur kuning belum melengkuuung. Wkwkkw
BalasHapusSemoga Bapak lekas sehat ya, Mba.
Oh gitu ya? hehe..makasih mbak Idah
Hapusseruu ya...hiburan yang sederhana...menikmati pemandangan alami
BalasHapuswah pemandangan punya orang :(
Hapus